YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan bahwa bangsa Indonesia maupun umat Islam memerlukan sentuhan seni. Agar kehidupan berbangsa menjadi lebih halus dan gembira yang mana rasa gembira dan halus itu mulai luruh, tererosi oleh sikap-sikap yang keras dan instrumental utamanya di era digital.
Hal tersebut disampaikan Haedar usai menggelar pertemuan dengan musisi yang juga gitaris band Sheila on 7 Eros Chandra di Grha Suara Muhammadiyah, Rabu (14/8). Rencananya Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggandeng Eros untuk mengaransemen Theme Song Muktamar Muhammadiyah ke-48.
Dalam pertemuan tersebut, Eros Chandra yang merupakan Alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta berdiskusi tentang isi lagu yang liriknya dibuat langsung oleh Haedar Nashir.
Theme Song Muktamar Muhammadiyah ke-48, kata Haedar, memiliki spirit yang tentu mempunyai konteks, arah dan tujuan yang bukan sekadar lagu tapi untuk menanamkan rasa bermuhammadiyah. Muhammadiyah harus punya gerak yang lebih dinamis ke depan, tetapi gerak dinamis itu juga harus dalam pondasi, ritme, bingkai dan cita-cita Muhammadiyah. “Tidak keluar dari itu, karena itulah identitas Muhammadiyah,” katanya.
“Bersamaan dengan itu, gerak Muhammadiyah ke depan juga tentu harus bisa memobilisasi segala kekuatannya sebagai pembawa misi dakwah tajdid di tengah tantangan zaman, baik dalam konteks umat, bangsa, semesta. Muhammadiyah harus betul-betul bisa menjawab tantangan tersebut,” ungkap Haedar.
Haedar mengatakan, dalam Muhammadiyah, seni itu hidup. Muhammadiyah termasuk merintis drum band, seni drama, termasuk dalang-dalang pewangangan di beberapa daerah banyak dari Muhammadiyah.
SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta melahirkan banyak budayawan dan seniman. Semisal nama Emha Ainun Najib (Cak Nun) hingga Ebiet G Ade yang tampil pada gelaran Milad Muhammadiyah tahun lalu. Ada juga sastrawan Taufik Ismail serta komposer Dwiki Dharmawan. “Banyak dari musisi-musisi ini Muhammadiyah menjadi rumah untuk berekspresi,” tutur Haedar.
Di Muhammadiyah sendiri, masih menurut Haedar, seni itu dibolehkan, tentu seni yang membawa dekat kepada Allah seperti seni untuk berdakwah, mencerahkan, menyejukkan. Seni bukan untuk sia-sia (lagha), jauh dari nilai-nilai luhur.
“Bagi seniman maupun musisi di Muhammadiyah berkiprahlah lewat gerakan ini langsung maupun tidak langsung sebagai manifestasi dari ilmu, bahwa ilmu dan diri kita memberi manfaat, khairunnas anfa’uhum linnas,” pesan Haedar.
Terkait Muktamar, Haedar menyampaikan, harus menjadi kekuatan kolektif Muhammadiyah agar tetap utuh, bersatu, kompak, serta membangun solidaritas internal yang kokoh. (Riz)
Baca juga:
Haedar Nashir: Urusan Muamalah, Tidak Ada Bid’ah dalam Seni Budaya