Dadang Kahmad: Muhammadiyah Cerdaskan Anak Bangsa

Masyarakat Utama

Dok PP Muh

JOMBANG, Suara Muhammadiyah – Sejak berdirinya pada tahun 1912 Muhammadiyah berdakwah melalui lembaga pendidikan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Pada saat itu terdapat dua model pendidikan yaitu sistem sekolah Belanda yang sekuler dengan sistem pesantren yang mengajarkan agama Islam. Model pendidikan Muhammadiyah menyatukan dua sistem pesantren dan sekolah formal ala Belanda.

Hal tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Dadang Kahmad, MSi saat menjadi narasumber Hari Lahir ke-120 tahun Pesantren Tebuireng dalam acara seminar nasional bertajuk “Peran dan Sumbangsih Ormas Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa” di Gedung Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu, (24/8).

Menurutnya orientasi utama Muhammadiyah adalah untuk mewujudkan kemajuan dan pencerahan. “Muhammadiyah sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan 1912 M/1330 H, merupakan gerakan Islam yang mendorong kepada kemajuan dan pencerahan. Model Pemahaman Islam yang membawa kehidupan pemeluknya pada kebaikan di dunia dan di akhirat. Gerakan Islamnya bersifat kaffah meliputi sosial, pendidikan, kebudayaan, hukum, olahraga, ekonomi-kewirausahaan, kebangsaan-politik, pemikiran dan segala bidang kehidupan manusia,” ungkap Dadang.

Dadang menambahkan bahwa terdapat sebuah ayat yang menjadi yang mendasari berdirinya Muhammadiyah yaitu QS Ali ‘Imran Ayat 104, “Waltakum mingkum ummatuy yad’ụna ilal-khairi wa ya`murụna bil-ma’rụfi wa yan-hauna ‘anil-mungkar, wa ulā`ika humul-mufliḥụn, ini merupakan ayat yang selalu dijadikan dalil oleh orang Muhammadiyah dan dijadikan dasar pemikiran oleh KH Ahmad Dahlan,” imbuh Dadang.

Kemudian Dadang mengungkapkan diumur ke 120 tahun Pesantren Tebuireng tetap eksis berdiri hingga sekarang dikarenakan terus memberi berbagai manfaat. Begitu juga Muhammadiyah sebagai Ormas selalu konsen dalam memberikan kemajuan pada bangsa.

Selain Dadang, Turut hadir sebagai narasumber Ketua umum PB Al-Khairaat DR Al-Habib Sholeh bin Muhammad al-Jufri, dan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Mohamad Nasir, PhD.(Riz)

Exit mobile version