TASIKMALAYA, Suara Muhammadiyah – Together we are stronger. Ini adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan bersatunya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan Organisasi Otonom (Ortom) di Kota Tasikmalaya dalam memberi sebanyak-banyaknya manfaat untuk ummat. Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas) selaku AUM menggandeng Ortom Muhammadiyah dalam pengabdian masyarakat yang dilakukan secara bersamaan.
Jika beberapa waktu lalu Dosen Fakultas Teknik Umtas bekerja sama dengan MPM PDM Kota Tasikmalaya dalammenyelenggarakan Pelatihan Elektronika Dasar, kali ini Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Umtas mengajak PD Nasyiatul Aisyiyah Kota Tasikmalaya dalam Pemberdayaan Perempuan dalam Pelayanan Kesehatan Remaja di Kota Tasikmalaya.
Ida Rosidawati, M. Kep., sebagai pengusul proposal Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKMS) kepada Kemenristekdikti mengaku senang atas lolosnya proposal tersebut. Bersama dengan timnya, Neni Sholihat, M. Psi., Psikolog, ia menjalankan program tersebut sejak Agustus lalu.
“Kami mengajak PDNA Kota Tasikmalaya karena mereka adalah organisasi puteri Muhammadiyah yang peduli terhadap perempuan. Mereka juga memiliki program Pashmina (Pelayanan Remaja Sehat Milik NA), yang sangat pas dengan program yang kami usulkan. Kami juga mengajak mahasiswa Umtas yang tergabung dalam PIKM Care (Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa) karena program yang kami usulkan beririsan juga dengan program kerja mereka,” ungkap Ida.
Kegiatan yang mereka lakukan pertama kali adalah silaturahmi dengan mitra kerja, yaitu PDNA Kota Tasikmalaya dan PIKM Care selaku UKM Kesehatan Remaja Umtas. Setelah itu, tim tersebut mendatangi target yang disasar, yaitu SMA Negeri di lingkungan Kota Tasikmalaya. Mereka akan melakukan pelayanan kesehatan bagi siswa kelas XII SMA.
Dipilih kelas XII SMA sebagai objek sasaran kegiatan, menurut Neni Sholihat, dikarenakan anak kelas XII sedang berada pada fase remaja. Masa transisi kanak-kanak menuju dewasa. Masa strum and drung. Masa topan badai. Mereka mengalami perkembangan emosional dan psikososial sebagai bagian dari perkembangan identitas diri. Remaja mulai mencari identitas dan mempertanyakan “siapa saya sekarang”, sekaligus “siapa saya di masa depan.” Jika hal ini gagal, maka mereka akan terkena krisis identitas.
Kualitas generasi masa depan ditentukan oleh kualitas kesehatan remaja, baik fisik maupun psikis. Fakta di masyarakat mendeteksi bahwa permasalahan utama pada remaja saat ini adalah minimnya pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh pemahaman tentang seksualitas sejak dini yang masih dianggap tabu.
“Seks dan Seksualitas itu beda. Kebanyakan masyarakat kita masih menganggapnya sama. Jika seks berarti berhubungan suami, istri, maka seksualitas adalah hal-hal yang melibatkan seluruh aspek jasmani dan rohani seseorang secara keseluruhan, bukan sekadar kelaminnya saja. Seksualitas dibentuk oleh nilai-nilai, sikap, perilaku, tampilan fisik, keyakinan, emosi, kepribadian dan spiritualitas/agama dari seorang individu. Sikap itu bagian dari seksualitas.
Sebagaimana Islam mengajarkan perempuan untuk menutup aurat, laki-laki untuk menundukkan pandangan, orang tua untuk memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan, mengetuk pintu kamar pada jam-jam tertentu, menjauhi zina dan memegang nilai bahwa hubungan seks hanya boleh dilakukan setelah menikah. Ini tugas kita untuk mengajarkan kepada mereka sejak dini,” papar Neni.
Kelalaian orang tua dalam memberikan pengetahuan dasar tentang seksualitas kepada anak dapat berdampak panjang. Salah satunya, anak akan mencari sendiri menggunakan media dan teknologi yang sangat mudah diakses di masa kini. Hal tersebut berdampak pada adanya pornografi, pornoaksi, LGBT, pergaulan bebas, kecanduan game, narkoba, alkohol, tindak kekerasan, dan juga stress akademik. Fase rawan ini dapat membawa remaja memiliki kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat, termasuk dalam gaya hidup negatif yang sangat mempengaruhi kepribadian remaja.
Dengan melakukan road show ke lima SMA di Kota Tasikmalaya yakni, SMA Negeri 1, 2, 3, 6, dan 8, pelayanan kesehatan remaja tersebut diagendakan selesai pada 12 September 2019. Kegiatan layanan kesehatan ini meliputi tujuh pos layanan meliputi, pos pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas, suhu), pos pemeriksaan indeks massa tubuh/IMT, pemeriksaan hemoglobin (HB), pos konseling kesehatan reproduksi, pos konseling psikologi, pos layanan makanan bergizi, serta pos Edu.
“Khusus untuk kegiatan dalam pos Edu dilakukan obrolan santai remaja. Bagi yang ingin konsultasivtentang akademik, tentang curhat seputar pertemanan, termasuk terkait bahaya pergaulan bebas, narkoba dan HIV/AIDS,” pungkasnya. (nu)