MADRID, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menghadiri International Meeting “Peace With No Borders: Religions and Cultures in Dialogue”. Agenda tersebut merupakan forum dialog antaragama dan golongan yang diselenggarakan Community of Sant’Egidio di Kota Madrid, Spanyol.
Noordjannah menyampaikan pandangannya terkait perdamaian dan anak bertajuk “Children Want Peace”. Pembicara lainnya yaitu Anggota Parlemen Eropa dari Italia Pietro Bartolo, jurnalis dan penulis Meksiko Anabel Hernández García, Koordinator Sekolah Damai Community of Sant’Egidio Italia Adriana Gulotta, Sosiologis University of Deusto Spanyol Javier Elzo Imaz, Sosiologis Ramon Llull University Spanyol Josep Gallifa Roca, dan Sekjen World Council of Churches (WCC) Swiss Olav Fykse Tveit.
Noordjannah dalam paparannya menyampaikan bahwa perdamaian merupakan milik semua orang. Menurutnya adalah hak semua orang untuk hidup aman, tenteram, dan harmoni tanpa gangguan, kekerasan, konflik, dan perang. “Karena itu, setiap pemeluk agama harus menjadi role-model dalam menyebarkan dan mempraktikkan hidup damai untuk semua. Termasuk menciptakan perdamaian bagi anak-anak,” jelas Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini, Senin (16/9).
Menurut Noordjannah, anak merupakan anugerah Tuhan yang berharga untuk dikembangkan potensinya sebagai generasi pembangun peradaban. Anak-anak sejak kecil harus hidup dalam pola asuh dan lingkungan yang positif sehingga ketika dewasa menjadi manusia yang matang secara fisik, psikologis, sosial, dan kemanusiaan selaku makhluk Tuhan yang utuh dan memberi makna bagi lingkungan di mana mereka hidup.
“Anak-anak memerlukan dunia yang damai. Dunia yang memberikan mereka rasa aman, nyaman, selamat, dan menyenangkan sehingga mereka bertumbuh menjadi insan yang hidup dalam suasana harmoni. Hidup harmoni dalam dirinya maupun dengan lingkungannya baik di rumah, sekolah, dan ruang sosial lainnya,” tambahnya.
Selain itu, anak-anak juga harus dilindungi dari perlakuan dan lingkungan yang penuh tekanan negatif, kekerasan, pelecehan seksual, konflik, perang, dan hal-hal yang merugikan kehidupannya. Disinilah Noordjannah menekankan pentingnya peran organisasi-organisasi keagamaan dan civil society selain negara atau pemerintah dalam menciptakan dan mengembangkan peran perdamaian serta mewujudkan budaya hidup damai. “Organisasi-organisasi kemasyarakatan tersebut memiliki kedudukan dan peran sebagai agen-sosial perdamaian,” ucap Noordjannah.
Terkait perdamaian bagi anak, Noordjannah juga memaparkan peran yang sudah dan akan terus dilakukan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah memiliki pengalaman sosial untuk mewujudkan perdamaian bagi anak-anak melalui pendidikan. ‘Aisyiyah telah mengelola lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak, tingkat dasar dan menengah sampai perguruan tinggi.
“‘Aisyiyah merupakan pelopor berdirinya pendidikan usia dini melalui Taman Kanak-Kanak Bustanul Atfhal. Pada tahun 1919, ‘Aisyiyah mendirikan kelompok bermain atau Taman Kanak-Kanak Fröbel yang kini disebut Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Busthanul Atfhal.”
Noordjannah melanjutkan bahwa melalui pendidikan ‘Aisyiyah menanamkan nilai-nilai kasih sayang, kejujuran, kebersamaan, keadilan, toleransi, cinta negeri, dan nilai-nilai kemanusiaan yang multikultural. “Dengam jumlah Taman Kanak-Kanak lebih 19 ribu, ratusan sekolah dasar dan menengah, serta 13 perguruan tinggi ‘Aisyiyah pada setiap tahun dapat menciptakan budaya dan perilaku damai bagi puluhan ribu anak-anak di Indonesia,” jelas Noordjannah.
Agenda lain yang dilakukan Aisyiyah ialah melalui kegiatan “Gerakan Cinta Anak” (GACA) dan “advokasi sosial” sebagai satu kesatuan dalam gerakan komunitas untuk perlindungan anak dan perempuan yang aktor-aktornya adalah relawan ‘Aisyiyah di lingkungan masyarakat setempat.
Noordjannah menegaskan bahwa komitmen dan peran ‘Aisyiyah dalam mewujudkan ruang kehidupan yang damai, antikekerasan dan perlakuan buruk terhadap anak merupakan usaha perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak uang dijamin oleh konvensi internasional dan konstitusi di Indonesia.
“Karena itu ‘Aisyiyah mengajak semua pihak di seluruh negara dan kekuatan-kekuatan civil society untuk berkolaborasi dalam mewujudkan dunia damai bagi anak serta memberi harapan besar dan jalan kehidupan yang lebih baik dalam menciptakan perdamaian bagi kelangsungan masa depan kemamusiaan semesta,” pungkasnya. (ppa/riz)