MEDAN, Suara Muhammadiyah – Bedah Buku Kuliah Kemuhammadiyahan karya Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah edisi 1 dan 2 berlangsung di aula Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Jumat (27/9).
Bedah buku yang dipandu Dekan FAI UMSU Dr. Muhammad Qorib itu, dihadiri Ketua PW Muhammadiyah Sumut, Rektor dari beberapa perguruan tinggi di Sumatera, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dari berbagai daerah di Sumatera Utara.
Kehadiran Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Medan selain ingin melakukan konsolidasi dengan pimpinan amal usaha pendidikan, rektor PTM se-Sumatera, peresmian Muhammadiyah Corner di Kampus UMSU juga mengikuti kegiatan bedah buku Kuliah Ke-Muhammadiyahan.
Buku yang kini menjadi rujukan bagi kader Muhammadiyah, pimpinan di seluruh level, dosen, mahasiswa dan pemerhati Muhammadiyah itu menjadi buku laris di pasar. Haedar Nashir yang dikenal sebagai ideolog Muhammadiyah menulis dua buku dengan harapan orang akan mendapatkan gambaran Muhammadiyah dalam presfektif yang benar karena dari buku sejarah Muhammadiyah yang sudah banyak diterbitkan, peran dan dinamika Kiai Dahlan yang melahirkan Muhammadiyah pada tahun 1912 masih banyak yang belum terungkap dengan baik.
Buku Kuliah Kemuhammadiyah berisi sejarah dan identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam berbagai aspek secara komprehensif. Dengan terbitnya buku Kuliah Ke-Muhammadiyah ini, kata Haedar Nashir, maka kesan bahwa Muhammadiyah lahir sebagai gerakan pemurnian maka dalam buku ini Muhammadiyah diulas sebagai gerakan pembaharuan. Tentu saja, sekaligus sebagai penegasan bahwa Kiyai Dahlan adalah tokoh pembaharu yang berbeda dari presfektif yang dikenal selama ini.
Buku Kuliah Ke-Muhammadiyahan juga membahas karakter Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, tajdid dan masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah.
Selain bedah buku Kuliah Ke-Muhammadiyahan, Haedar Nashir memanfaatkan waktu yang ada untuk memberikan penjelasan kepada pimpinan Muhamadiyah Sumatera Utara dan para Rektor PTM se Sumatera seputar perkembangan kondisi Indonesia terakhir. Haedar juga menjelaskan peristiwa tewasnya dua mahasiswa di Kendari, Sulawesi Tenggara dimana salah seorang diantaranya adalah Kader IMM.
Haedar Berharap dari eskalasi politik yang semakin menghangat itu, agar seluruh pimpinan di lingkungan Muhammadiyah untuk tetap solid dan melakukan kosolidasi baik internal maupun ekternal dengan memahami adanya perbedaan.
Menyinggung kondisi terkini, kata Haedar Nashir merupakan akumulasi dari banyak hal mulai dari problem sosial dan ketidakpuasan yang terjadi dari satu periode ke periode berikutnya. Muhammadiyah diharapkan dapat memosisikan dari bagian dari pemberi solusi.
Kegiatan bedah buku Kuliah Ke-Muhammadiyahan yang berlangsung di aula pascasarjana UMSU itu ditandai dengan dilakukannya penandatangan prasasti buku Kuliah Ke-Muhammadiyahan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (Syaifulh/Riz)