SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Menteri keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati tekankan mahasiswa UNISA siap hadapi era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy). Hal tersebut disampaikan dalam serangkaian acara milad UNISA ke 28 yakni pada orasi ilmiah dengan tema “Mendidik Generasi Unggul Cendekia untuk Kemandirian Ekonomi Bangsa” di Auditorium UNISA Yogyakarta, Rabu, 2 Oktober 2019.
Serangkaian acara milad UNISA ke 28 berhasil diselenggarakan dengan meriah yang diisi oleh penampilan kreasi seni dari perwakilan mahasiswa, sambutan-sambutan, pidato dari staf ahli KOMINFO RI dan juga diakhiri oleh orasi ilmiah yang disampaikan oleh menteri keuangan Republik Indonesia. Dalam pembukaan orasi, Sri Mulyani menyampaikan selamat dan apresiasi tinggi kepada UNISA atas perjalanan UNISA berkiprah dalam dunia pendidikan hingga saat ini setelah 3 tahun berganti status dari perguruan tinggi menjadi universitas.
“Organisasi ‘Aisyiah ibarat ibu dari RI yang memiliki komitmen akan terus membangun dan merawat RI hingga bisa menjadi Negara maju dan bermartabat.” ujar Sri. Berawal dari visi Nyai Ahmad Dahlan mengenai pendidikan dan peranan perempuan, menjadi bukti bahwa Muhammadiyah melalui organisasi ‘Aisyiah sudah maju dengan visi luar biasa berkiprah tentang bagaimana memberdayakakan SDM baik dalam pembangunan sektor kesehatan maupun pendidikan.
Sri menyampaikan bahwa saat ini sudah memasuki tahapan revolusi industry 4.0, di mana setiap kebutuhan manusia sudah menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan kekuatan teknologi yang begitu besar. Maka penting mahasiswa UNISA sebagai generasi bangsa yang unggul dalam kemandirian Ekonomi kedepannya memahami tentang knowledge based economy atau era ekonomi berbasis pengetahuan.
Menurut Asian Development Bank menyampaikan bahwa knowledge bassed economy adalah suatu ekonomi yang bergantung atau ditopang pada ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, inovasi dan riset. Dengan ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan riset, maka perekonomian ini dapat tumbuh dengan baik meningkat daya saingnya dan bisa terus maju berkelanjutan. Sri menyebut, “Knowledge ekonomi adalah menjamin perekonomian dari suatu Negara tersebut bisa terus maju, berkembang, meskipun natural resources nya semakin menurun.”
Sri juga menambahkan bahwa “knowledge bassed ekonomi ini bukan sekedar keren, ini bukan sekedar biar keliatan pinter, maju, kita mengikuti update dengan teknologi. Tapi ini merupakan sebuah prasyarat bagi sebuah perekonomian untuk bisa maju berkembang dan menciptakan pemerataan. Karena knowledge dan technology bisa membuka mereka yang tadinya tertinggal untuk mengejar ketertinggalan.”
Teknologi industri 4.0 menyebabkan munculnya apa yang disebut era robotic, dan otomatisasi. Seperti yang terjadi di Amerika dan Negara maju lainnya rumahnya sudah terkonek dengan internet of think, di sini tergambar seolah-olah manusia dengan mesin sudah hidup bersama. Maka dalam hal ini merupakan tantangan besar UNISA sebagai lembaga pendidikan pencetak generasi bangsa mampu memanfaatkan keunggulan dari teknologi namun bisa mengatur down rise-nya, karena sebuah alat bisa memberikan manfaat namun bisa menciptakan mudharat.
Namun di sisi lain Sri menjelaskan bahwa dari kemungkinan terjadinya down rise, teknologi bisa merusak lapangan kerja yang selama ini dikerjakan oleh manusia. Lapangan-lapangan kerja yang sifatnya manual repetitive sangat mudah diganti oleh robot dan terkena dampak otomatisasi. “International Labour Organization yaitu organisasi buruh internasional di bawah naungan PBB United Nation memprediksikan bahwa otomatisasi akan mengancam 56 % pekerjaan di Negara kita Indonesia,” ungkap Sri.
Sri berharap UNISA akan mendidik manusia professional qur’ani dengan dimensi kesehatan yang kuat dan bisa melahirkan mahasiswanya menjadi professional manager baik itu dalam bidang kesehatan maupun pendidikan. Selain itu Sri menambahkan agar UNISA di dalam mendesign dan memberikan kurikulum tahu mana pelajaran dan ilmu yang akan continue long last think dan pelajaran maupun skill mana yang akan bisa mudah didampingkan oleh mesin.
Selain itu kemampuan berpikir yang harus tertanam terhadap mahasiswa juga menjadi hal penting dalam mendidik manusia yang tidak hanya memoriesing melakukan manual work, tapi yang mampu melakukan analytical work, kreativitas, suatu kompleks problem solving. Karena Anak-anak yang tidak mampu melakukan critical thinking, tidak memiliki basic mathematica dan sains serta kemampuan untuk reading dan understanding mereka tidak mungkin bisa produktif.
“Bangsa ini dilahirkan oleh organisasi Muhammadiyah. Maju dan mundur nya RI di tangan kita sendiri. saya berharap di dunia pendidikan seperti UNISA akan muncul para pemikir-pemikir yang ikut bertanggungjawab membangun dan memajukan untuk mencapai tujuan bangsa. Jangan menjadi generasi yang terlalu mudah menyalahkan pihak lain kalau kita belum maju,” tutur Sri saat penutupan orasinya. (US)