YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Rasyid Ridha Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada (STAIMS) resmi mimiliki ketua umum baru dengan berjalannya rangkaian acara Musyawarah Komisariat I (Musykom) pertama yang menjadi Musyawarah tertinggi di tingkat Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Acara ini dimulai pada hari sabtu sore 5 – 6 oktober di Sekolah Dasar Muhammadiyah Pringgokusuman Gedongtengen Yogyakarta. Dimulai dengan pertemuan bersama kader baru yang telah resmi mendaftarkan diri bergabung bersama PK IMM Rasyid Ridha STAIMS Yogyakarta.
Dengan tegur sapa antara Pimpinan Komisariat dengan kader baru mampu membuat suasana sore menjadi lebih hangat dan bersahabat. Dilanjut dengan shalat berjamaah Maghrib dan Isya di Masjid Al Hasanah yang bertepat di sisi selatan SD Muhammadiyah Pringgokusuman yang juga adalah masjid yang dikelola oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gedongtengen Kota Jogja.
Untuk menambah wawasan pergerakan dan culture IMM khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat Stadium General bertemakan “Masa Gepan Gerakan IMM Non PTM” yang menjadi salah satu rangkain dalam acara Musykom I PK IMM Rasyid Ridha STAIMS dengan menghadirkan seluruh ketua umum Pimpinan Cabang (PC IMM)se DIY dan mengundang seluruh PK IMM se Djazman Al Kindi untuk ikut dalam diskusi besar ini. Meski dengan tidak hadirnya pihak kampus STAIMS yang berhalangan dalam Musykom I ini, acara diskusi besar ini tetap dimulai dengan diawali kalam ilahi dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Muhammadiyah, dan Mars IMM secara seksama dipimpin oleh IMMawati Mutia.
Sebagai gerakan mahasiswa kita perlu mengetahui dan belajar dengan praktisinya langsung, melihat konsep, taktik, dan evaluasi dalam mengarahkan pergerakan mahasiswa khususnya IMM di lingkup perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) dan Perguruan Tinggi non Muhammadiyah (non PTM). Mengingat bahwa IMM adalah salah satu ortom dari gerakan persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam ruang lingkup mahasiswa. “Bersyukur kali ini seluruh Pimpinan Cabang IMM dapat hadir dihadapan kita. Saya coba perkenalkan para ketua umum yang hadir malam ini mulai dari sisi kiri saya, yang pertama adalah IMMawan Khoiril Faiz (PC IMM BSKM), kemudian IMMawan Muhammad B. Ashidiqie (PC IMM Kulon Progp), IMMawan Ilhamsyah Muhammad Nuruddin (PC IMM Djazman AL Kindi), IMMawati Laili Isna (PC IMM Sleman), Raihan Ibrahim Annas (PC IMM AR Fakhruddin)”. Jelas Afrian selaku moderator dari Ka.bid Hikmah PK IMM Rasyid Ridha
“Silahkan sesuaikan gerakan dengan kompetensi teman – teman yang ada di PK IMM Rasyid Ridha STAIMS yang basis kampusnya adalah dalam bidang pendidikan. Berawal dari mengenal kompetensi dan basis rekan – rekan di kampus sangat bisa melahirkan pikiran – pikiran segar yang akan menjadi konsep dalm pergerakan”. Ujar Ketua Umum PC IMM BSKM.
“Yang pertama, kita coba kembali renungkan hakikat kita (manusia) diciptakan, bahwa sesungguhnya kita diciptkan Allah SWT hanya untuk beribadah, dan menjadi khalifah di muka bumi. Dengan dua landasan itu memang kemudian banyak orang yang menafsirkan dengan caranya masing – masing. Muhammadiyah senidiri menafsirkan dua landasan tersebut dengan menjadi agent of change, menjadi tangan kanan Tuhan dalam menyampaikan firman – Nya. Maka IMM juga harus bersinergi bersama dengan Muhammadiyah dalam menajalankan misinya berdakwah. Yang ke dua kita perlu mencontoh para pemuda dahulu Muhammad Al Fatih contohnya, dengan umur yang belia mampu menaklukkan konstatinopel demi terciptanya tatanan mayarkat sesuai dengan pemahaman Islam. Khususnya PC IMM Kulon Progo saat ini sedang fokus pada penangulangan kristenisasi yang ada di Kulon Progo. Ujar Ketua Umum PC IMM Kulon Progo dan ditutup dengan closing statemen bergeraklah karena dalam pergerakan ada barokah”.
“Tidak selamanya kami IMM yang ada di PTM dalam keadaan baik – baik saja, saya rasa setiap Cabang memiliki dinamikanya tersendiri. Hanya saja kami di UAD mendapatkan keuntungan karena berada di dalam kampus Muhamadiyah mendapat support secara moral dan pendanaan. Di luar itu semua kami juga harus memperjuangkan kader IMM untuk berperan aktif dalam ber IMM. Tetapi kemudian yang menjadi pertanyaan apakah saat ini IMM yang ada di dalam kampus Muhammadiyah mampu menjawab tantangan zaman dengan kuantitas kader yang ada ?, jika memang tidak, bagaimana jika IMM di bubarkan saja ?”ujar Ketua Umum PC IMM Djazman Al Kindi.
“Dalam sejarah berdirinya IMM, UIN adalah salah satu tempat pertama berdirinya komisariat. Karena sejarah awalnya IMM dulu berbasis pada regional daerah bukan kampus, kemudian kembali back to campus pada tahun 1981. Jelas Ketua Umum PC IMM Sleman mengutip dari buku karyanya Agam. Sebenarnya di PTM ataupun tidak IMM harus tetap bergerak mengambil sikap apriori jangan sampai terperangkap zona yang kecil maupun besar. Tambahnya
“Yang pertama saya merasa ini sesuatu yang luar biasa, musyawarah setara Komisariat mampu mempertemukan kami PC IMM se DIY dalam satu meja, dengan tema yang menurut saya menarik untuk di bahas dan didiskusikan. Untuk masa depan gerakan IMM non PTM tidak selamanya selalu sulit untuk berkembang, karena pada dasarnya mereka masih memiliki ruang public ketika ruang kampus tidak dapat memfasilitasi kegiatan. Semua perlu konsep yang matang, bias dengan identifikasi karakter apa yang ada disekitar sehingga mampu membuat gebrakan baru yang dapat mengangkat eksistensi pergerakan. Semua harus berkolerasi dengan ruang dan waktu yang ada. Sehingga kemudian kita tidak bias menggeneralisasikan anatara pergerakan IMM PTM dengan non PTM,”jelas Ketua Umum PC IMM AR Fakhruddin.
Peserta Stadium General berduyun duyun mengajukan pertanyaan dengan berakhirnya pemaparan dari para Pimpinan Cabang IMM se DIY.
“Bagaimana cara menarik mahasiswa saat ini untuk turun berkecimpung dalam organisasi?, jujur saat ini begitu sulit kami mengajak bahkan menarik para mahasiswa untuk ini, khususnya IMM”. Tanya seorang IMMawati dari jurusan Syariah UIN
“buatlah banyak kegiatan yang menarik, dan ekpos kegiatan tersebut ke media social yang ada, karena saat ini para Mahasiswa lebih suka berseluncur di media sosialnya dari pada terjun ke dunia organisasi”. Jawab para ketua umum menanggapi pertanyaan tersebut.
Pada akhirnya dari Stadium General ini dapat menjadikan para kader IMM lebih progresif dalam menjalalankan perannya sebagai Mahasiswa sekaligus agent of change yang mampu menjawab persoalan zaman sesuai dengan ruang dan waktu yang dimiliki. (Medkom IMM STAIMS)