YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Pimpinan Pusat Muhammadiyah melantik Dr Muchlas, MT sebagai Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) periode 2019-2023 menggantikan rektor UAD periode sebelumnya Dr Kasiyarno.
Pelantikan rektor UAD yang dilakukan di Amphitarium kampus terpadu UAD pada Rabu (9/10) diantaranya dihadiri oleh BPH UAD yang juga ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Ketua PP Muhammadiyah bidang Pustaka dan Informasi Dadang Kahmad. Pelantikan Rektor baru UAD dilanjutkan dengan penyerahan memori akhir jabatan yang didampingi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Selain mengajak segenap warga UAD untuk bersama-sama memajukan UAD, dalam pidato pelantikannya, Muchlas memaparkan sejumlah hal yang akan menjadi fokus pengembangan UAD dalam masa kepemimpinannya. Baginya, berbagai tantangan dihadapi pada era revolusi industri ini membuat perguruan tinggi menjadi lebih dinamis. “Dengan keberadaan revolusi industri 4.0, telah melahirkan berbagai kemudahan bagi peserta didik seperti adanya open source, juga berbagai pelayanan dan jasa yang berbasis online. Dalam penyelenggaraan pendidikan, UAD harus merespons tantangan ini secara cepat juga bijak.”
Sejumlah langkah yang akan ditempuh UAD dalam menjawab tantangan ini di antaranya menurut Muchlas adalah dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan industri di era terkini. Kedua, mengembangkan konten pembelajaran sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri. Ketiga, melakukan reformasi konten dan metodologi pembelajaran/pendidikan melalui pendekatan digitalisasi dengan mulai menerapkan filosofi kontemporer konektivisme di semua landscape pembelajaran dan pendidikan. Keempat mengupayakan terciptanya SDM terbaik agar dapat terlibat dalam kepemimpinan industri dan pasar global. Kelima, melakukan reformasi pendidikan tinggi dengan memperhatikan trend bisnis terbaru. Keenam, menciptakan kolaborasi bidang riset antara universitas, pemerintah dan industri.
Menanggapi hal ini Ketua Umum Haedar Nashir menggarisbawahi bagaimana sejumlah masyarakat dunia telah merespons dengan society 5.0, di mana salah satunya dengan memanfaatkan revolusi industri 4.0 menjadi alat untuk meningkatkan harkat kemanusiaan. Seperti halnya Jepang yang telah merespons keberadaan jumlah penduduk usia seniornya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.
“UAD harus memperkokoh dirinya dengan keberadaan revolusi industri, dengan tetap menghidupkan akal budi, hati dan sikap manusia.”
Haedar mengingatkan bahwa UAD ke depan harus tetap mempertahankan dan meningkatkan dirinya sebagai center of excellence. Dengan penguasaan IT, UAD diharapkan tetap mengingat komitmennya sebagai penyelenggara pendidikan.
“UAD diharapkan menjadi teladan bagi yang lain. Dengan kemampuan penguasaan IT sebagai keunggulan, UAD akan menjadi center of excellence kampus Muhammadiyah yang berbasis IT. Namun harus diingat bahwa teknologi hanya alat, pendidikan memiliki peran yang lebih luas dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas UAD dalam penyelenggaraan pendidikan adalah untuk membangun aklhlak mulia, mencerdaskan, menjadikan mereka orang yang membawa manfaat bagi orang banyak,” terangnya.
Haedar mengharapkan UAD terus menjadi driving force misi dakwah dan tajdid. Penanaman nilai-nilai al-Islam dan Kemuhammadiyahan harus terus melembaga dan menginternalisasi menjadi identitas UAD.
“Penanaman nilai islam yang bermisi dakwah menjadi nilai fundamental yang melekat dalam budaya dan perilaku seluruh civitas akademika UAD. Upaya ini penting sebagai penyaring paham dan pandangan yang tidak sejalan dengan Muhammadiyah. Sebagai penguatan karakter Islam yang menjadi pondasi Muhammadiyah. Ini bukan sebagai bentuk ekslusifitas. Namun merespons berbagai pandangan dan paham Islam yang tumbuh begitu rupa, sebagai respon terhadap globalisasi dan situasi kehidupan yang semakin sekular dan liberal.”
Haedar mengapresiasi bahwa rektor UAD periode sebelumnya telah menjadi contoh sebagai rektor yang berhasil mengukir prestasi membuat UAD sebagai kampus yang berkemajuan.
“Saya melihat UAD naik tingkat luar biasa, bahkan jaringan internasionalnya juga luar biasa. Beliau telah membangun daya jelajah UAD yang sudah melintas batas.”
Selain memberi apresiasi yang tinggi tinggi, Haedar percaya bahwa pengalaman dan jaringan yang telah dibangun oleh Kasiyarno akan diteruskan untuk mendukung Rektor UAD yang baru dalam menjalankan amanah. “Pengalaman susah dibeli, saya percaya bahwa pak Kasiyarno akan dengan bijak berbagi pengalaman yang berharga itu,” ungkap Haedar tentang Kasiyarno, Rektor UAD periode sebelumnya yang telah mengemban amanah sebagai rektor UAD selama 12 tahun. Sebelumnya, Kasiyarno bahkan sempat menjadi Wakil Rektor selama 8 tahun yang membuat genap 20 tahun pengalamannya berkiprah di Rektorat UAD.
“Pak Kasiyarno telah melanjutkan peran rektor sebelumnya dengan membuat UAD menjadi kampus yang membanggakan. Bukan hanya untuk mahasiswa UAD namun juga masyarakat luar Jogja. Sedangkan Rektor baru memberikan harapan baru untuk menjadi kampus yang maju dan berkemajuan. Mampu memberi pengayaan bagi kampus ini. Dengan visi yang menanggapi revolusi industri 4.0. Prestasi UAD bisa digunakan untuk berbagi dengan kampus lainnya khususnya yang masih perlu binaan,” lanjutnya.
Dalam pelantikan tersebut, Kasiyarno membawakan puisinya yang berisi sejumlah refleksi akan kiprahnya di kampus tersebut juga pesannya untuk segenap civitas akademika UAD. Bukan hanya itu, pada malam sebelumnya pada Selasa (8/10) telah dilaksanakan peluncuran Buku Biografi Kepemimpinan Kasiyarno berjudul “Jiwa Besar” yang digelar di Hall Kampus Terpadu UAD. (Th)