Asik Hanita, pemuda Kapanewon (Kecamatan) Ponjong Gunungkidul Yogyakarta ini tidak pernah lelah untuk berusaha mengajar menggapai cita-cita untuk terus belajar. Anak ke-7 dari 8 bersaudara pasangan Bapak Kamas Darsono (alm) dan Ibu Soejarwati ini terus memperjuangkan cita-citanya walaupun ditinggal ayahnya meninggal setahun yang lalu dan disaat ibunya yang saat ini sedang berjuang melawan kangker servisk (stadium IV B) . Lahir dari keluarga miskin tidak pernah membuat Asik berhenti mengejar mimpi-mimpinya sampai saat ini.
Semua itu terbukti setelah dia lulus dari SMK Muhammadiyah 2 Ponjong (2014) ia langsung melanjutkan kuliah dengan beasiswa hafalan Al-Qur’an (11 Juz) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Support orang tua yang hanya bisa memberikan doa akhirnya bisa tetap membuat Asik kuat untuk bisa menyelesaikan S1 nya kurang dari 4 tahun.
Tidak mudah, untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, ia bekerja serabutan di Yogyakarta. Ia pernah menjadi Guru Private Bahasa Inggris, Guru ngaji dari perumahan ke perumahan bahkan sampai menjadi driver perjalanan paket wisata di salah satu agen Tour di Yogyakarta. Tidak merasa cukup, Asik juga berkuliah sambil berjualan pulsa untuk mahasiswa dan terkadang ikut kepanitian di event-event nasional ataupun internasional di Yogyakarta untuk menambah “bekal” Asik agar bisa bertahan hidup sewaktu kuliah.
Di tengah keterbatasan dengan kondisi ekonomi yang ada, Asik justru mempunyai banyak prestasi ketika menjadi mahasiswa. Salah satu prestasinya adalah start di Quarter Final dalam event National English Debate competition, 1st Winner UMY debate competition dan berbagai event-event debat bahasa inggris tingkat nasional ataupun wilayah.
Selain itu, Asik juga aktif dalam berbagai organisasi seperti Himpunan Koperasi Mahasiswa Yogyakarta, English Education Department student Association, Lembaga pengkajian Al-Qur’an UMY dan Perkumpulan remaja yang ia pernah di dapuk menjadi ketuanya. Lulus dengan durasi kurang dari 4 tahun dengan predikat cumlaude tidak membuat Asik berpuas diri. Ia berusaha keras untuk melanjutkan study master di tahun 2018 tetapi harus tertunda lantaran Ibunya harus di rawat intensif di RS Sardjito selama 2 bulan.
Ia menunda cita-citanya kuliah S2 tahun 2018 demi merawat dan menunggui Ibunya setiap hari di kos dekat RS. Sadrjito dikarenakan hanya Asik yang belum berkeluarga dan masih bisa merawat ibunya untuk berobat jalan di RS Sarjito. Merawat ibunya yang menderita kangker selama 2 bulan tidak membuat asik terus berdiam diri. Sebenarnya sebeluam ia diwisuda, Asik sudah berkerja di Lembaga Kerjasama dan Urusan Internasional UMY sebagai staff legal dan immigration division tetapi lantaran ibunya harus dirawat jalan, Asik memutuskan untuk lebih merawat ibunya (Izin cuti) dan mencari kos dengan ibunya di dekat RS. Sardjito.
Setelah Ibunya selesai dirawat dan selesai berobat jalan di sardjito, Asik terus berusaha melengkapi berkas persyaratan beasiswa dan terus memperjuangkan mimpinya untuk belajar ke luar negeri. Ia berusaha mengirimkan surat pengajuan beasiswa dan mendaftar ke beberapa univeristas di Australia, Amerika dan Taiwan dengan jalur beasiswa. Tetapi takdir membawa beasiswa dari pemerintah Taiwan yang berhasil ditembusnya.
Di Taiwan, bukan hanya satu beasiswa saja yang asik dapatkan tetepi ia mendapat dua beasiswa yang berasal dari universitas Asia Univesity Taiwan dan beasiswa dari pemerintah Taiwan. Saat ini tempat Asik satu bulan berada di negeri Formosa tersebut untuk meneruskan Master di bidang Business Administration. Asik sengaja memilih jurusan berbeda dengan S1 nya karena Asik melihat bahwa sektor bisnis akan punya dampak lebih banyak untuk bisa menjadikan dia orang yang lebih bermanfaat seperti yang ia cita-citakan sejak ia kuliah.
Tidak heran karena komitmennya yang tinggi, baru sebulan di negeri matahari terbit ini, Asik juga sudah masuk dalam salah satu anggota komisi Ekonomi Perhipunan Pelajar Dunia (PPI Dunia) dan bahkan ia sudah masuk dalam salah satu anggota Divisi informasi dan kerjasama internasional Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Taiwan. Dulunya Asik pernah aktif sebagai Ketua IPM SMK Muhammadiyah 2 Ponjong dan anggota PD IPM Gunungkidul.
Asik sangat berharap bahwa di kampusnya yang baru ini, Asia University Taiwan, ia bisa lebih banyak mengembangkan kemampuanya dan sekaligus belajar bahasa mandarin. Saat ini hidup dan belajar di luar negeri dengan biaya pemerintah adalah beasiswa yang sangat prestige karena beasiswa yang berasal dari pemerintah pasti lebih dari cukup untuk meng-cover biaya hidup dan lainya. Asik berharap kepada pemuda-pemuda yang punya keterbatasan finasial untuk tetap memperjuangkan mimpi-mimpinya dan jangan pernah lelah atau menyerah untuk berjuang. (Riz)