JAKARTA, Suara Muhammadiyah – DPP IMM resmi meluncurkan buku “Mempersatukan Indonesia” dan Batik Nasional IMM di Gedung Bussines Center Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Peluncuran ini dilaksanakan sebagai rangkaian acara pembukaan Pelatihan Menulis Opini yang digagas Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan DPP IMM.
Acara pembukaan ini dihadiri oleh Pradana Boy ZTF di sesi peluncuran dan Pemred Harian Republika Irfan Junaidi di sesi Studium General.
Memulai pidato kuncinya, Pradana Boy ZTF mengucapkan selamat atas diluncurkannya batik nasional IMM dan buku yang ditulis oleh tim penulis DPP IMM. “Karya yang baik adalah karya yang selesai. Buku yang baik adalah buku yang selesai ditulis, batik yang baik adalah batik yang di-launching,” kata Pradana Boy, Jumat (18/10).
Asisten Staf Khusus Presiden Republik Indonesia tersebut mengatakan, menulis adalah jalan sunyi. Dia berpesan bahwa menulis membutuhkan kesabaran, di antaranya karena tak semua orang akan suka dengan hasil tulisan kita. Kemudian, ketika ada orang lain yang menafsirkan tulisan kita dengan bebas, kita harus siap. Selain itu, kata dia, ketika menulis jangan dulu berpikir akibatnya. “Tugas kita adalah berkarya, soal akibat biarlah hukum alam,” ungkapnya.
Dalam sesi Studium General, Pemred Republika Irfan Junaidi hadir dan berbagi pengalaman tentang dunia tulis-menulis kepada peserta. Bagi Irfan, menulis merupakan pilihan. Semasa muda, dia menceritakan, saya memilih untuk berdakwah melalui tulisan.
Di era digital ini, dia mengatakan, banyak pilihan untuk berdakwah, tidak hanya melalui mimbar dan tulisan, bisa melalui vlog dan sebagainya. Namun, dia menjelaskan, pilihan itu harus melihat di mana kemampuan kita, sehingga bisa dijalani dengan ikhlas dan bernilai ibadah. “Mungkin sudah menjadi jalan saya berdakwah melalui media massa, Republika,” ungkapnya.
Selain itu, Irfan juga memotivasi peserta pelatihan yang merupakan delegasi IMM dari berbagai daerah untuk tidak menyerah mengirim tulisan di media massa, meskipun sering ditolak. Menurut dia, hal itu lumrah dan biasa dialami oleh setiap penulis. Dalam kesempatan itu, dia juga berpesan agar IMM berkomitmen dalam mengembangkan dan mengakomodasi kader-kadernya yang gemar menulis. (Sholeh)