SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Fakultas Ekonomi Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHUM) Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta menggelar Diskusi Ilmiah Bersama Komunikasi (DIBKOM UNISA), yang dilaksanakan di Gedung B Kampus Terpadu UNISA Yogyakarta.
Ketua Mejelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr M Nurul Yamin, MSi hadir sebagai narasumber diskusi. Dalam pemaparan materinya, Yamin mengatakan bahwa komunikasi dakwah Muhammadiyah melalui aktifitas pemberdayaan terbagi menjadi empat kata kunci.
Yang pertama komunikasi, berbicara mengenai komunikasi berarti membahas tentang siapa mengatakan apa, siapa yang berbicara kepada siapa, melalui media apa dan yang paling penting efeknya apa.
“Sebuah komunikasi dalam konteks ilmu komunikasi berbeda dengan komunikasi dalam aktivitas sehari-hari. Komunikasi dalam ilmu komunikasi harus menjawab pertanyaan apa efeknya atau dampaknya, banyak aktivis komunikasi kita (da’i/da’iah) tetapi tidak komunikologis. Dalam gerakan dakwah tidak bisa dihilangkan hanya sekedar komunikasi tetapi harus komunikologi. Komunikologi adalah berbijak pada prinsip-prinsip dasar sebuah komunikasi, artinya ada unsur perencanaan, ada unsur pengorganisasian dan ada unsur evaluasi dll,” jelasnya, Kamis (24/10).
Yang kedua dakwah, dakwah adalah ajakan, seruan terhadap Islam. dakwah ialah mengajak seseorang kepada ajaran Islam.
Yang ketiga Muhammadiyah, Muhammadiyah merupakan suatu organisasi masyarakat yang bergerak dibidang dakwah Islam. “Dakwah Muhammadiyah dikenal dengan amal ma’ruf nahi mungkar salah satu bentuknya adalah universitas, sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan berbagai amal usaha lainnya.”
Yang keempat pemberdayaan, yaitu membantu orang lain untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri, agar dapat menolong dirinya sendiri. “Orang tidak berdaya, karena ada tiga faktor penyebabnya pertama individual atau personal kedua lingkungan sosial dan yang faktor yang ketiga struktural.”
Rujukan pemberberdayaan ini, tercantum dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’ud Ayat 11 yang atinya sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sehingga mereka mau mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. “Yang harus mengubah nasib seseorang adalah dirinya sendiri, dan yang harus diubah yakni mulai dari pola pikirnya yang kurang bagus atau pola pikir yang malas,” ucapnya.
Diakhir materinya Yamin mengatakan kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa “Saya akan mengubah diri saya sendiri sebelum saya mengubah diri orang lain.” (Rahma/Riz)