Sore itu gerimis ketika rombongan Suara Muhammadiyah memasuki halaman di sebuah bukit di Sumpur Kudus. Rumah-rumah penduduk di bawah terlihat berserak. Di bukit inilah berdiri Panti Asuhan Muhammadiyah, satu-satunya amal usaha milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
Panti Asuhan Muhammadiyah sendiri mulai beroperasi tahun 2006. Keberadaan Panti disponsori oleh Buya Syafii Maarif selepas ia menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah. Buya Syafii yang kelahiran Sumpur Kudus mengakhiri periode kepemimpinannya pada tahun 2005, jadi ada waktu lebih untuk memperhatikan perkembangan Muhammadiyah Sumpur Kudus.
Tetapi perkembangan Panti hingga saat ini masih tersendat. Penghuni panti yang diperuntukkan bagi Yatim, Piatu dan Dhuafa itu hanya berisi 10 orang anak asuh saja. “Sebetulnya kapasitas Panti bisa menampung lebih dari itu, tetapi banyak yang masuk kategori itu malu masuk ke Panti,” kata Asmul, keponakan Buya Syafii, yang dibenarkan oleh Ketua PCM Sumpur Kudus Asril, SPdI.
Bahkan Asril sempat berpikir untuk mengubah Panti itu menjadi amal usaha pendidikan jika tidak ada yang mau menghuni Panti lagi. “Sudah saya konsultasikan dengan Buya Syafii tetapi belum ada tanggapan dari Buya,” kata Asril.
Untuk pembiayaan Panti, menurut Asril, tidak masalah. Selain dari kolega Buya, Panti juga memiliki sawah yang panen empat bulan sekali. “Sawah-sawah itu juga yang mengusahakan Buya, agar Panti nantinya semakin mandiri,” katanya.
Panti sendiri diasuh oleh sepasang suami isteri, Joni Al Fitri dan Mariza Fitri. Mereka diberi fasilitas Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) untuk memberi ketrampilan anak asuhnya yang kesemuanya perempuan. Jumlah ATBM yang dimilikinya sebanyak 20 buah. “Jadi melebihi kebutuhan anak asuh.”kata Asril.
Untuk memanfaatkan ATBM ini, Panti memiliki binaan ibu-ibu yang ada di sekitar Panti. Setiap satu alat yang ada di dalam Panti diperuntukkan bagi dua orang binaan. “Mereka diajari menenun hingga bisa, rata-rata tiga bulan mereka sudah ahli mengoperasikan ATBM dengan berbagai motif tenunan,” kata Joni Al Fitri.
Menurut Asril, tenunan yang lagi dipopulerkan di Kabupaten Sijunjung adalah tenunan motif Unggan. Unggan sendiri merupakan nama nagari di Kecamatan Sumpur Kudus. “Bupati sangat antusias untuk mengkampanyekan tenun motif lokal yang ada di Sijunjung,” kata Asril.
Efek ekonomi dari usaha menenun ini dirasakan oleh ibu-ibu binaan. Jika sebelumnya, mereka harus bekerja seharian untuk mendapatkan Rp.50.000,-. Kini mereka dapat menambah penghasilan dengan menenun, toh tidak setiap hari ada pekerjaan di sawah. “Mereka bisa menenun dan juga bisa meluangkan waktunya untuk mengasuh anak,”kata Asril.
Bagi yang sudah ahli menenun, menurut Joni, diberi kebebasan untuk tetap menggunakan ATBM milik Panti atau mengusahakan ATBM sendiri. “Yang ingin menenun sendiri di rumah, biasanya memanggil tukang untuk membuatkan ATBM seperti milik panti,” kata Joni.
Dengan demikian, Panti tidak hanya mengasuh anak-anak tetapi juga ikut membina keluarga-keluarga yang ingin meningkatkan taraf ekonominya. “Semuanya diperuntukkan membantu ummat,”kata Asril.
Berbeda dengan Muhammadiyahnya yang hanya memiliki satu amal usaha, Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Sumpur Kudus memiliki empat amal usaha. Kesemuanya berhubungan dengan anak-anak.
Keempat amal usaha Aisyiyah itu tidak hanya di Nagari Sumpur Kudus tetapi menebar di Kecamatan Sumpur Kudus. Amal usaha itu adalah TK/Paud Aisyiyah Calau di Nagari Sumpur Kudus Selatan, TK Aisyiyah Unggan di Nagari Unggan, TK Aisyiyah Sumpur Kudus di Nagari Sumpur Kudus dan TPA Tepi Balai di Sumpur Kudus.
Ada 11 Nagari berada di Kecamatan Sumpur Kudus, yaitu Kumanis, Tanjung Bonai Aur, Tamparungo, Sisawah, Sumpur Kudus, Unggan, Silantai; Mangganti, Sumpur Kudus Selatan, Tanjung Bonai Aur Selatan, dan Tanjung Labuah. Dari 11 Nagari tersebut hanya ada 9 Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) di PCM Sumpur Kudus. Kesembilan PRM tersebut PRM Kumanis, Tanjung Bonai Aur, Tamparungo, Sisawah, Sumpur Kudus, Unggan, Silantai; Mangganti, dan PRM Calau (Sumpur Kudus Selatan).
Menurut Asril, PCM belum sempat membuat PRM pada nagari-nagari yang dimekarkan. Kedua nagari yang dimekarkan tersebut adalah Tanjung Labuah, dan Tanjung Bonai Aur Selatan. Kegiatan warga Muhammadiyah Tanjung Labuah masih bergabung dengan PRM yang lain. Demikian pula warga Muhammadiyah Tanjung Bonai Aur Selatan masih bergabung dengan PRM Tanjung Bonai Aur.
Meskipun kehidupan Muhammadiyah dan Aisyiyah di Sumpur Kudus masih berlangsung hingga saat ini, tetapi Ketua PCM Sumpur Kudus Asril mengkawatirkan kelanjutannya di masa mendatang. Saat ini, menurut Asril, organisasi otonom Muhammadiyah yang menghimpun Angkatan Muda Muhammadiyah tidak ada di Sumpur Kudus, baik itu Pemuda Muhammadiyahnya, Nasyiatul Aisyiyahnya, apalagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyahnya.
Kondisi ini, menurut Asril, telah dilaporkan kepada Buya Syafii Maarif. PCM Sumpur Kudus berusaha mendatangkan da’i dari tempat lain. Orang yang belum diketahui cacatnya, agar bisa dipercaya umat dan bisa membina secara perlahan tetapi kontinu. (Lutfi Eff)
—
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 5 Tahun 2018