Tantangan peningkatan kemandirian pangan berkaitan dengan tingginya permintaan kebutuhan pangan termasuk gandum meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kesejahteraannya. Pimpinan Cabang Nasyiatul ‘Aisyiyah (PCNA) Sukorejo, Kendal, melalui Badan Usaha Milik Nasyiatul ‘Aisyiyah (BUANA) menginisiasi terbentuknya rumah produksi “NAMIRA” yang dikelola oleh Pimpinan Ranting NA Kalibogor besama PCNA Sukorejo dengan variasi produk unggulan berupa kecap dan eggroll dari tepung mocaf.
Konseptor Namira, Baroroh Baried menuturkan bahwa terbentuknya rumah produksi Namira yang digagas sejak tahun 2016 ini merupakan bentuk kepedulian pihaknya dalam melihat tingginya ketergantungan pangan di Indonesia. Oleh karenanya, ia menggagas produksi makanan dengan menggunakan bahan dasar yang terjangkau seperti eggroll yang terbuat dari tepung mocaf (tepung dengan bahan baku singkong), serta kecap dengan bahan baku gula aren.
“Jadi kami tertuntut dengan adanya kemandirian pangan di Indonesia. Kami melihat bahwa sebenarnya umat punya kemampuan. Sehingga perlu melakukan sesuatu agar harus mandiri secara ekonomi bagi umat,” tuturnya.
Lebih lanjut Baroroh menyampaikan bahwa proses produksi yang dilakukan NAMIRA mengusung prinsip ekonomi kerakyatan. Sehingga semua bahan dasar dan proses produksi yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui ketersediaan sumber daya yang ada.
“Kami membangun ekonomi kerakyatan. Jadi semuanya dari rakyat. Tepung mocaf yang kami gunakan, kami buat dari Gunung Kidul. Kecap, kami buat dari gula aren yang kami ambil dari salah satu anggota NA yang merupakan petani nira. Jadi dari proses produksi hingga pemasaran semua dari anggota NA. Sehingga semua rantai tidak terputus dari adanya rumah produksi tadi,” terangnya.
Berkaitan dengan penamaan, lanjut Baroroh, dipilihnya nama NAMIRA yakni dengan harapan rumah produksi yang dikelola ini dapat menjalankan usahanya dengan gesit dan lincah. “Namira kalau diartikan dalam bahasa Arab itu kan gesit, lincah. Jadi, pribadi namira itu harus gesit dan lincah. Kalau dilihat dari singkatannya, NAMIRA itu adalah Nasyiah Mikir Rakyat. Sehingga kita tidak hanya berpikir untuk diri sendiri, tapi berpikir di luar untuk rakyat,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua 2 PCNA Sukorejo Marfuah mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya untuk mengembangkan rumah produksi NAMIRA dengan terus meningkatkan mutu dan kualitas serta memperluas pasar.
“Pemasaran produk dilakukan dengan merekrut reseller lokal serta bantuan dari PWNA dan PDNA yang mengikutsertakan kami dalam event yang ada. PCNA sendiri terus memotivasi kami serta turut memasarkan melalui Jaringan Saudagar Muslim maupun beberapa grup yang ada,” ungkapnya.
Marfuah berharap, rumah produksi ini dapat terus berkembang dengan memperkaya produk-produk unggulan ke depannya. “Harapannya dapat berkembang dengan baik mengingat ini merupakan produk lokal dan dikerjakan oleh teman-teman di Ranting yang notabene mereka tidak bekerja,” tandasnya. (gsh)
—
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM 19 Tahun 2017