Keberadaan Muhammadiyah di Sumbawa secara resmi telah ada sejak tahun 1940. Menurut Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sumbawa H Ahmad Jama’an MY, 6 Mei 1940 warga Muhammadiyah Sumbawa mengirimkan surat ke HB (sekarang Pimpinan Pusat) Muhammadiyah untuk mengesahkan Group Muhammadiyah Sumbawa Besar. Kemudian 29 Mei 1940 terbitlah Surat Keputusan dari PP Muhammadiyah tentang berdirinya Group Muhammadiyah di Sumbawa Besar. Mulailah Muhammadiyah menggeliat.
Muhammadiyah di Sumbawa terus bergeliat, tetapi sayang terus ada pendudukan Jepang di Indonesia sehingga pertumbuhan Muhammadiyah di Sumbawa menjadi stagnan. Baru pada tahun 50an Muhammadiyah Sumbawa menggeliat kembali ketika Group Muhammadiyah Sumbawa Besar menjadi Pimpinan Cabang Muhammadiyah. Pada tanggal 1 September 1952 muncullah amal usaha Muhammadiyah yang pertama berupa SMP Muhammadiyah Sumbawa di kota Sumbawa Besar. Murid sekolah ini tak hanya berasal dari Sumbawa tetapi juga dari Dompu dan Bima.
Muhammadiyah Sumbawa terus bergerak, akhirnya pada tahun 1962, menurut Ahmad Jama’an, Pimpinan Cabang Muhammadiyah di ibukota kabupaten ditingkatkan menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumbawa. Dengan ditingkatkan menjadi Pimpinan Daerah ini maka Muhammadiyah Sumbawa membentuk sejumlah Pimpinan Cabang Muhammadiyah di kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa.
Kemudian satu persatu Cabang berdiri di Sumbawa, Cabang Alas berdiri 25 Januari 1964, Cabang Taliwang 15 Juli 1964, Cabang Ai’ Paya 25 Juli 1964, Cabang Mapin 20 September 1964, Cabang Seteluk 9 Agustus 1965, Cabang Empang 18 November 1965 dan Cabang Bu Er 1 Desember 1965. Sedangkan sejumlah Cabang lain yang berdiri tidak diketahui kapan berdirinya, di antaranya, menurut Jama’an, Maronge, Plampang, Labuhan Sumbawa, Utan, Jurumapin, Lape, Moyo, Lenangguar, Lunyuk, Jereweh,dan Semamung.
Namun dengan adanya pemekaran pada 18 Desember 2003 sejumlah Cabang masuk ke Wilayah Sumbawa Barat dengan ibukota di Taliwang. Pimpinan Cabang Muhammadiyah yang masuk ke Kabupaten Sumbawa Barat adalah Cabang Taliwang, Cabang Seteluk, dan Cabang Jereweh. Cabang-cabang tersebut lepas dari tanggung jawab PDM Sumbawa menjadi tanggung jawab PDM Sumbawa Barat.
Muhammadiyah Sumbawa terus bergerak untuk memperluas teritorialnya, namun sampai saat ini belum semua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) ada di Kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa. Dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa hanya ada 18 PCM. Menurut Ketua PDM Sumbawa Drs H Fahmi Salim, ada tujuh kecamatan yang belum ada PCMnya.
Ketujuh kecamatan yang belum ada PCM-nya tersebut adalah Kecamatan Lantung, Kecamatan Rhee, Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Ropang, Kecamatan Labangka, Kecamatan Orong Telu dan Kecamatan Unter Iwes / Unterwiris. Keberadaan PCM di tempat ini terus diupayakan.
Menurut Fahmi Salim, PDM terus berupaya mendirikan PCM di tujuh kecamatan tersebut. Sesuai dengan persyaratan yang ada, untuk mendirikan PCM harus ada tiga Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) terlebih dahulu, karenanya PDM fokus mendirikan PRM terlebih dahulu. “Kami mencari tanah wakaf untuk mushalla sebagai cikal PRM Langkah kedua menghidupkan Organisasi Otonom. Alhamdulillah di Kecamatan Rhee sudah terbentuk Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah,” kata Fahmi.
Namun selain berusaha menumbuhkan Cabang baru di kecamatan yang belum ada cabangnya juga berusaha membuat Cabang baru di Kecamatan yang Muhammadiyah tumbuh subur. Misalnya di Kecamatan Sumbawa, kecamatan ini terdapat dua PCM, PCM Sumbawa dan PCM Lempeh.
“Untuk kecamatan Sumbawa total ada 8 Ranting yang terbagi dalam 2 Cabang Muhammadiyah, PCM Sumbawa dan PCM Lempeh,” tutur Fahmi Salim.
PCM Lempeh memisahkan diri dari PCM Sumbawa, menurut Fahmi, pada tahun 1985, bersamaan Din Syamsuddin, putra Sumbawa, terpilih menjadi Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) . PCM Sumbawa terdiri lima Ranting: PR Samapuin, PRM Pekat, PRM Seketeng, PRM Bugis dan PRM Brang Bara. Sedangkan PCM Lempeh terdiri PRM Lempeng, PRM Uma Sima, dan PRM Brang Biji.
Di Pimpinan Ranting Muhammadiyah Samapuin inilah, Prof Din Syamsuddin berasal. Sejak dia aktif di Muhammadiyah, keluarganya yang berasal dari Nahdlatul Ulama hijrah ke Muhammadiyah. PRM Samapuin menjadi hidup, seluruh peribadatan di Masjid Samapuin, menurut Ketua PRM Fahri yang juga adik Prof Din Syamsuddin, disesuaikan dengan manhaj Muhammadiyah.
Masjid menjadi tumpuan gerak Muhammadiyah Samapuin. Sehingga masjid yang kecil harus diperbesar untuk menampung gerak Muhammadiyah Samapuin. Oleh Prof Dr Din Syamsuddin kemudian Masjid Al Ihsan itu dibangun lebih besar yang dapat menampung jamaah Muhammadiyah Samapuin.
Peran Prof Din Syamsuddin untuk memajukan Muhammadiyah di tempat kelahirannya bukan hanya membantu PRM Samapuin, menurut Jama’an, juga membantu Muhammadiyah Sumbawa secara keseluruhan. Di antaranya mengembangkan SMA Muhammadiyah Sumbawa dan Klinik Surya Medika PKU Muhammadiyah Sumbawa di kota Sumbawa Besar. Bahkan saat ini, poliklinik ini akan dikembangkan menjadi rumah sakit.
Selain di Kecamatan Sumbawa, Amal Usaha Muhammadiyah yang berkualitas juga berada di Kecamatan Tarano. Sekolah-sekolah yang dikelola Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tarano mempunyai banyak peminat. Bahkan, menurut Jama’an, lebih diminati ketimbang sekolah negeri. (Lutfi)
—
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 21 Tahun 2018