Seorang Dokter yang Organisatoris
Sejak kecil, Almarhum dr. H. Kusnadi telah aktif di Kepanduan Hizbul Wathan di Bondowoso. Anak dari tokoh Muhammadiyah dan Aisyiyah Bondowoso ini begitu mencintai kepanduan Hizbul Wathan. Buah dari kecintaanya terhadap Hizbul Wathan, seorang Jaksa di Bondowoso yang bernama Muhammad Asrah, memberikan sponsor kepada dr Kusnadi untuk dapat sekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) (sekolah Belanda untuk bumiputera). Karena pada masa itu jika tidak ada sponsor dari Pemerintah Daerah, anak pribumi tidak dapat sekolah di sekolah Negeri.
Selepas sekolah di HIS, dr Kusnadi kembali mendapatkan sponsor dari Jaksa tersebut untuk sekolah kedokteran di Universitas Airlangga (Unair) atau yang dulu dikenal dengan Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS). Ketika mengenyam pendidikan kuliah itu dr Kusnadi kembali mendapatkan sponsor dari Muhammad Asrah. Setelah lulus dari Unair, dr Kusnadi ditempatkan di Lumajang, dan beberapa tahun kemudian kembali lagi ke tanah kelahirannya di Bondowoso dan menjadi dokter kabupaten. Tidak lama berselang, dr Kusnadi kembali diangkat menjadi dokter Keresidenan Besuki. Kegigihan dr Kusnadi sebagai dokter Keresidenan Besuki, mengantarkannya mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk kembali sekolah dan menjadi ahli penyakit dalam, khususnya spesialis paru-paru. Telah menjadi cita-cita dr Kusnadi sejak lama untuk dapat menjadi spesialis paru-paru, pasca Ibundanya meninggal dunia karena penyakit paru-paru.
Sebelum hijrah ke Jakarta, dr Kusnadi dikenal sangat gigih untuk mencari sponsor guna mendirikan SMP Muhammadiyah Bondowoso. Guna mengenalkan Muhammadiyah Bondowoso, dr Kusnadi juga dikenal sebagai sosok yang tidak pernah ‘absen’ untuk menghadiri kongres Muhammadiyah.
Berkaitan dengan gagasan didirikannya Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, dr Kusnadi berfikir bahwa perlu adanya pelayanan Rumah Sakit yang bernafaskan Islam. Bersama rekannya yakni Ir Sanusi, dan Mahmud, dr Kusnadi mencoba mengusulkan untuk mendirikan Rumah Sakit Islam kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam tempo yang singkat dr Kusnadi akhirnya mampu meyakinkan pihak-pihak terkait untuk ikut mendukung pendirian rumah sakit tersebut. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan usul-usul tentang pendirian rumah sakit tersebut serta ketentuan perundangan yang berlaku, maka pada tanggal 18 April 1967 berdasarkan akte nomor 36 tahun 1967 dengan notaris R. Surojo Wongsowidjojo, berdirilah Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) yang kemudian diketuai langsung oleh dr. Kusnadi.
Selain dikenal aktif membesarkan RSIJ Cempaka Putih, dr Kusnadi juga dikenal sebagai dokter yang organisatoris. Diantaranya dr Kusnadi dikenal aktif di Masyumi, merintis dan menjadi pengurus generasi awal Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Muhammadiyah, perintis Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), perintis Perkumpulan Promotor & Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI), dan beberapa organisasi lainnya, dan juga berhasil membangun 200 rumah bersalin di Indonesia.
Berkat lobby dan pendekatan yang dilakukan dr Kusnadi dengan pemerintah, RSIJ Cempaka Putih kerap mendapatkan tanggungjawab untuk membina calon jamaah haji Indonesia. Yang kemudian perolehan SHU (Sisa Hasil Usaha) dari pembinaan jamaah haji itu digunakan dr Kusnadi untuk membesarkan RSIJ, dan juga melahirkan rumah sakit lainnya, seperti Rumah Sakit di Pemalang, Samarinda, dan daerah lainnya.
Sementara guna terciptanya regenerasi dalam kepengurusan RSIJ dan juga memunculkan kader-kader Muhammadiyah dalam bidang kesehatan, dr Kusnadi kerap mengajak dokter-dokter muda RSIJ untuk turut aktif mengikuti rapat-rapat dengan MPKU dan juga dengan pihak eksternal, salah satunya dengan BKKBN. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas Rumah Sakit, dr Kusnadi sering mengirimkan dokter-dokter muda ke luar negeri, untuk belajar tata kelola Rumah Sakit, khususnya yang berkaitan dengan Manajemen Rumah Sakit dan Sosial Kemasyarakatan.
Dipenghujung hidupnya dr Kusnadi meminta kepada anak-anaknya untuk aktif dan menghidup-hidupi Muhammadiyah, dan juga dr Kusnadi berpesan bahwa Ia ikhlaskan perjuangannya dalam merintis berdirinya RSIJ sebagai amal usaha milik Muhammadiyah. Kalimat terakhir yang muncul dari dr Kusnadi ialah “Kutitipkan Rumah Sakit Muhammadiyah Ini”, pesan itu Ia sampaikan kepada dokter-dokter muda RSIJ.
Penulis : Adam