Haji Bisri Ilyas Penggerak Sekolah Muhammadiyah

 

Sponsor Utama Sekolah –Sekolah Muhammadiyah Berkualitas

Bisri Ilyas, semasa hidup sangat akrab disapa sebagai Haji Bisri, atau Kaji Bisri.  Dilahirkan di Kabupaten Gresik pada 23 Agustus 1936. Beliau meninggal dunia di Gresik pada 24 Juni 2016. Orang tuanya adalah seorang pedagang kampung. Ayahnya meninggal dunia ketika Bisri masih kanak-kanak, sehingga hidup dan pendidikannya ditanggung oleh kakak tertuanya.

Setelah sempat berhenti sebagai santri di Pondok Pesantren Gontor pada jenjang Madrasah Aliyah, Bisri Ilyas kemudian menamatkan pendidikan di SMA Airlangga Surabaya. Saat itu Bisri brangkat setiap hari dari Gresik setiap subuh, dengan fasilitas transportasi yang terbatas.   Selepas SMA Bisri melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, namun berhenti karena alasan ekonomi.

Bisri kemudian merintis berbagai bidang bisnis hingga menjadi pengusaha besar. Mulai dari merintis jual beli minyak tanah di pelabuhan gresik, kemudian menjadi pedagang kopra, yang mengantarkannya menjadi salah satu satu pedagang kopra yang mendapat lisensi dari pemerintah. Salah satu usaha yang kemudian berkembang hingga sekarang adalah usaha real etate, mengembangkan komplek – kompleks perumahan yang dirintisnya sejak tahun 1978.

Haji Bisri melihat dengan menjadi pengusaha real estate akan banyak peluang yang bisa dilakukan untuk masyarakat, salah satunya adalah dengan mengembangkan institusi pendidikan yang maju ditenggah kompleks yang dikembangkannya. Pengembangan pendidikan menjadi perhatian khusus karena Haji Bisri ingin ikut memecahkan masalah keterbatasan akses mendapat pendidikan yang baik, untuk warga gresik khususnya. Perhatian tersebut didukung dari pengalaman masa mudanya yang kesulitan dalam mengakses pendidikan. “Dimasa mudanya Pak Bisri merasakan bahwa mencari sekolah itu tidak gampang bagi anak Gresik, waktu itu harus ke surabaya dan setiap hari berangkat setelah subuh” kata Rachmat Ridlo, putra sulung Haji Bisri, yang saat ini menjadi penerus usahanya di PT Bumi Lingga Pertiwi (BLP).

Bisri juga melihat bahwa institusi pendidikan yang dibangun itu harus berkualitas dan maju, yang menurut H. Marindra, salah satu sahabat masa kecil Haji Bisri yang pernah menjadi pimpinan Muhammadiyah di GKB bagian pendidikan, bentuk kemajuan tersebut adalah adanya sekolah yang memiliki konsep pendidikan akhlak dan karakter yang kuat dan mengembangkan jiwa enterpreuner.

Impian Haji Bisri membangun sekolah –sekolah berkualitas ditengah perumahan yang dikembangkannya tersebut dipercayakan kepada Muhammadiyah, karena menurut Haji Bisri Muhammadiyah itu besar dan Muhammadiyah itu ada pimpinan  pusatnya. “Kalau kita memberikan sesuatu bagi Muhammadiyah tidak akan sia – sia. Seandainya di Gresik ini suatu saat tidak ada yang mengurus, Pak Bisri berkeyakinan pimpinan pusat akan mengurusnya” kata H. Herman, salah satu sahabat Haji Bisri yang juga menemani Haji Bisri membangun perusahaan Real Estate sejak awal perintisan.

Selain karena sistem organisasinya, Haji Bisri merasa benar – benar bersimpati kepada Muhammadiyah karena menurutnya orang – orang Muhammadiyah itu tulus ikhlas dan benar – benar bedakwah dan berbuat untuk masyarakat. Karena kepercayaan ini wakaf untuk Muhammadiyah tidak hanya di kota gresik saja, tapi juga di desa – desa diberbagai daerah di Gresik dan sekitarnya.

Pilihan Haji Bisri mempercayakan wakafnya kepada Muhammadiyah juga didasari dari latar belakang keaktifan Bisri dimasa muda. Bisri muda aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia yang merupakan afiliasi dari Partai Masyumi saat itu, dimana banyak mantan aktifisnya ketika dewasa berafiliasi kepada Muhammadiyah.

Di sisi lain Bisri muda sangat mengidolakan sosok Kyai Haji Ahmad Dahlan dan sangat terkesan dengan pesannya yaitu “Hidup – hidupilah Muhammadiyah, Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah”.  Salah satu wasiatnya adalah dengan mendirikan Masjid KH Ahmad Dahlan di jalan Gresik – Lamongan yang saat ini sudah selesai ditunaikan pembangunannya oleh putra – putranya, dengan pengelolaan diserahkan kepada PDM Gresik.

Namun selama hidupnya Haji Bisri tidak pernah bersedia menjadi pimpinan Muhammadiyah dan memilih hanya menjadi simpatisan Muhammadiyah.“Itu sudah menjadi gaya beliau, merasa cukup dibelakang layar dan menjadi simpatisan saja” kata H. Marindra memberi kesaksian. Namun semua orang di Gresik tahu bahwa kompleks perumahan yang dibangun H Bisri adalah wilayah dakwah yang kondusif bagi Muhammadiyah.

Bagi Haji Bisri berjuang secara kultural tidak kalah penting. Komitmen besarnya terhadap Muhammadiyah mengantarkan Bisri pada suatu kesimpulan, yaitu “bangsa Indonesia akan maju bila dipimpin oleh orang Muhammadiyah.” Mengapa? “Diistilahkan bahwa orang Muhammadiyah itu ibarat orang yang bekerja, tetapi di tangan kanannya memeluk alQur’an.  Artinya, spiritual jalan dan rasionalnya pun tetap bekerja,” begitu filosofi Haji Bisri.

Haji Bisri berharap Muhammadiyah akan besar dan memiliki kemandirian dalam mengelola amal usaha dan juga ekonomi warganya. Ketika mengajak para aktifis Muhammadiyah di kompleks Gresik Kota Baru (GKB), Haji Bisri tidak menanggung seluruh kebutuhan pembangunan sekolah, namun dengan memberikan wakaf tanah dan meminjami dana pembangunan dan operasional sekolah.

Menurut H. Marindra, ketika pertama kali membangun SD Muhammadiyah 1 GKB pada tahun 1996, setelah penyerahan tanah  Haji Bisri kemudian membangunkan bangunan awal. Pesan Haji Bisri “bangunannya saya bangunkan, tapi Muhammadiyah harus melunasinya”. Jadi pinjaman tersebut sebenarnya itu semacam dana talangan yang bila berhasil dilunasi akan menjadi dana bergulir bagi Muhammadiyah, dan bisa digunakan untuk membangun fasilitas sekolah berikutnya, maupun mengembangkan sekolah lain.

Demikian juga menurut kesaksian Muhammad Djufri, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB, yang menyatakan bahwa dengan wakaf dan dana talangan dari Haji Bisri ini Muhammadiyah di GKB bisa mengembangkan sekolah – sekolah dengan baik, dan termotifasi untuk mengelolanya dengan mandiri. “Haji Bisri membuka kesempatan besar bagi kami membangun sekolah, kami di PCM GKB mengusahakan pengelolaan dan pengembangannya bersama segenap warga” terangnya. Sehingga PCM GKB dalam waktu tidak terlalu lama bisa memiliki sekolah – sekolah yang cukup besar dan berkualitas. Ini wujud dari keyakinan Haji Bisri bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang tepat  mendapatkan amanah terbukti di kemudian hari.

Sekolah – sekolah yang berkembang di PCM GKB khususnya saat ini sudah menjadi sekolah – sekolah yang diakui masyarakat Gresik sebagai sekolah –sekolah yang berkualitas dan mandiri. Menjadi model pengembangan dakwah di bidang pendidikan untuk kompleks – kompleks perumahan, khususnya yang berkembang menjadi ‘kawasan’, bisnis, perkantoran, pendidikan, dan lain-lain. Dalam tempo yang tak terlalu lama GKB sendiri telah ‘menjelma’ menjadi kawasan kota Gresik yang baru.

Selama hidupnya, Haji Bisri sudah mewakafkan lebih dari 55 hektar aset tanah pada Muhammadiyah baik untuk institusi pendidikan atau yang lain seperti untuk masjid. Tercatat Komplek Perguruan Muhammadiyah di Jalan Kiai Cholil Gresik, SD Muhammadiyah GKB1, SD Muhammadiyah GKB 2, SMP Muhammadiyah GKB, SD Muhammadiyah Manyar, SMA Muhammadiyah 10 Gresik, dan Universitas Muhammadiyah Gresik, adalah sebagian kecil kontribusi “King of Real Estate” tersebut. Secara resmi acara penyerahan wakaf Haji Bisri itu disampaikan langsung pada Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin. Penyerahan dilakukan pada 2015, semasa Haji Bisri masih hidup.

Perumahan – perumahan yang dikembangkan Haji Bisri saat ini dikenal sebagai komplek perumahan “Bakti Pertiwi”,”Gresik Kota Baru”, “Pondok Permata Suci”, dan “Perumahan Rewwin Sidoarjo”. Bisnis lain yang dikembangkan seperti usaha pengurukan, angkutan, distributor semen, SPBU, pertokoan, dan sebagainya.

Haji Bisri juga memiliki perhatian besar kepada kemandirian ekonomi ummat melalui Muhammadiyah. Haji Bisri bercita – cita membangun sebuah pondok pesantren yang juga berlatar belakang enterpreuner. Selain itu Haji Bisri juga memiliki impian agar Muhammadiyah memiliki jaringan toko besar, sehingga bisa mandiri secara ekonomi.

Penulis : Arif Nur Kholis

Exit mobile version