Cara Muhammadiyah Melawan Kristenisasi
Dengan semangat berkompetisi dalam kebaikan Muhammadiyah bergerak menandingi gerakan kristenisasi di Nusantara. Muhammadiyah membangun sekolah, mendirikan rumah sakit, dan juga merawat orang-orang yang terlantar.
Ekspansi bangsa Eropa ke tanah Melayu tidak hanya mengubah keseimbangan ekonomi. Tapi juga mempengaruhi tata budaya bahkan juga agama.
Bangsa Melayu yang selama beberapa abad identik sebagai bangsa yang beragama Islam dipaksa berkenalan dengan budaya dan agama bangsa Eropa yang dibawa oleh para penjajah Eropa. Yakni Agama Nasrani (Katholik dan Kristen).
baca tulisan lain terkait kristenisasi:
1. Alwi Shihab: Muhammadiyah Sudah Melampaui Masa Pembendungan Kristenisasi
2. Muhammadiyah Bendung Kristenisasi di Lamongan Selatan
3. Hadapi Kristenisasi, Muhamadiyah Melakukan Kompetisi Kebaikan
4. Tips Pak AR Melawan Dakwah Para Pastur
Tidak hanya dengan wajah kolonialisme, mereka yang merupakan pendatang baru di tanah Nusantara ini juga ada yang datang dengan wajah yang ramah.
Mereka mulai memperkenalkan aneka kebajikan agama mereka untuk merekrut pemeluk baru. Mereka memperkenalkan budaya baru dalam beramal nyata mewujudkan ajaran agamanya.
Budaya baru yang dibawa para misionaris dan zending Eropa itu dapat dikatakan sebagai tamparan keras pada budaya agama Islam yang saat itu tengah terpuruk di titik nadirnya. Suka bertengkar dan menyalahkan anar kelompok yang berbeda. Terjebak dalam kekolotan dan kebodohan serta terperangkap dalam kekumuhan budaya.
Dengan berbagai amal nyata lewat rumah sakit, sekolah, juga pantiasuhan kaum misi dan zending sukses merebut hati sebagian kaum bumiputra. Secara halus, mereka berhasil menyusup dalam sendi budaya bangsa Nusantara.
Di tengah keterpurukan yang nyaris sempurna itu, Kiai Dahlan tergerak untuk menandingi amal kebajikan nyata para juru dakwah agama Eropa itu. Seluruh amal kaum Nasrani saat itu ditandingi oleh Kiai Dahlan dengan program-program nyata Muhammadiyah.
Dengan semangat berfastabiqulkhairat, atau berkompetisi dalam kebaikan untuk meraih yang terbaik, Muhammadiyah mulai bergerak menandingi gerakan kaum misi dan Zending. Muhammadiyah mulai membangun sekolah, mendirikan rumah sakit, dan juga merawat orang-orang yang terlantar. Mulai saat itu hingga hari ini kompetisi dalam kebaikan itu terus dilakukan.
Di beberapa daerah yang umat Islamnya masih menjadi minoritas, Muhammadiyah justru sudah mampu mengibarkan panji-panjinya dalam beramalnyata. Memamerkan etalase kebaikannya.
Di beberapa daerah di Papua misalnya, kehadiran Muhammadiyah justru disambut dengan sangat gembira oleh umat agama lain yang menjadi mayoritas di daerahnya. Muhammadiyah disambut dengan tangan terbuka karena Muhammadiyah mampu membawa budaya baru yang berkemajuan. Ketika pemerintah belum berdaya, Muhammadiyah justru telah mampu menghadirkan sekolah-sekolah yang dibutuhkan oleh mereka.
Namun, di wilayah yang lain. Di dalam masyarakat Islam menjadi mayoritas kadang kita justru kebobolan. Dari banyak segi, kita harus mengakui, dibanding lembaga gereja, pelayanan organisasi Islam dalam mengurusi umatnya memang masih banyak yang kurang.
Dalam kompetisi kebaikan era sekarang ini, umat Islam memang tidak kalah secara total seperti di era kolonial. Namun harus diakui kita masih banyak ketinggalan. Isma
Membendung Kristenisasi Secara Konkrit
Kala Non Muslim Bertutur Tentang Ketulusan Toleransi di PKU Muhammadiyah
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 22 Tahun 2016