METRO, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Edy Suandi Hamid, MEc menyebut perguruan tinggi saat ini dituntut menyelaraskan dengan zaman. Menurutnya kemajuan teknologi mendorong proses pembelajaran di perguruan tinggi yang tidak lagi konvesional namun dibutuhkan banyak inovasi.
“Sudah acap kali muncul di media cetak dan beredar luas di medsos di tanah air, ancaman bunuh diri massal PT akan terjadi jika PT masih berjalan biasa, mengikuti jalur masa lalu, tidak melakukan inovasi-inovasi, metode pendidikan yang kaku dan tidak mendorong kreativitas, dan hanya mengandalkan metode pendidikan tatap muka,” terangnya saat memberikan sosialisasi pembelajaran jarak jauh di Universitas Muhammadiyah Metro, Ahad (01/12).
Guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) ini menegaskan, jika beberapa cara lama masih diterapkan, tidak bisa dipungkiri jika para calon mahasiswa akan menjauh dan seleksi alamiah terjadi. “Perguruan tinggi yang lambat berubah akan tersingkir dengan sendirinya. Perguruan tinggi pun tidak terlalu banyak dibutuhkan jumlahnya, namun bisa saja daya tampungnya tetap meningkat pesat,” jelasnya.
Lebih lanjut, rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta ini menerangkan, tantangan perguruan tinggi juga mengacu pada tuntutan perusahaan besar di mana para lulusan tidak hanya direkrut berdasarkan ijazahnya namun juga dilihat pada kompetensi yang dimiliki.
“Langkah beberapa perusahaan raksasa saat ini sudah mulai diikuti dan menjadi trend sebagian besar perusahaan global, di mana hanya lulusan perguruan tinggi yang berkualitas sajalah yang dapat memenuhi kebutuhan mereka,” tambahnya.
Untuk mengatasi hal ini, sambungnya, perguruan tinggi harus memahami empat peran Perguruan tinggi di era revolusi industri 4.0 saat ini. “Perguruan tinggi harus mempersiapkan SDM yang kompetitif. Jadikan perguruan tinggi yang kita pimpin merupakan perguruan tinggi yang paling banyak diminati di tempat kita,” jelasnya.
Peran kedua, lanjutnya, perguruan tinggi harus menyelaraskan design pendidikan dengan skill yang diperlukan baik bagi pengguna lulusan mau pun karena tuntutan zaman.
Yang ketiga, menurutnya perguruan tinggi harus ikut mendesain dan mengarahkan jalannya industri 4.0, bukan hanya sekadar mengikuti trend yang ada namun langsung diterapkan.
“Pembelajaran Jarak Jauh merupakan alternatif dalam memenuhi kebutuhan pendidikan di era revolusi industri 4.0. Bapak/Ibu harus paham kenapa PJJ penting bagi perguruam tinggi, yang pertama manfaatnya adalah untuk mobilitas kerja cepat. Mahasiswa yang ingin kuliah di tempat kita kadang mereka tidak bisa hadir full-time, sehingga diperlukan solusi salah satunya melalui PJJ. Sehingga para mahasiswa bisa kuliah di tempat mereka bekerja,” paparnya.
Masih dengan Prof Edy, yang perlu saya tekankan, PJJ yang diterapkan harus mempertahankan kualitas. Sehingga tidak ada bedanya kualitas pendidikan antara pembelajaran secara daring mau pun konvensional, yang ada bedanya hanya pada media pembelajarannya saja.
“Yang terakhir, peran perguruan tinggi harus berfokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas riset bagi dosen. Semakin tinggi jumlah riset bagi perguruan tinggi akan berefek pada banyaknya inovasi-inovasi yang dihasilkan termasuk ikut mendorong mahasiswa dalam berinovasi,” pungkasnya.(red)