Garis Panjang

Garis Panjang

Sharing Motivasi Bagus Kastolani Dok SM

Alkisah pada suatu pagi di sebuah kelas, seorang guru tak biasanya langsung menggambarkan sebuah garis panjang di papan tulis. Panjang garis yang digambarkannya sekitar 30 cm. Setelah menggambar garis tersebut, ia memandang tajam semua muridnya di kelas. Cukup lama ia terdiam sambil menatap semua murid-muridnya. Tiba-tiba sang guru berujar, “Silahkan perpendek garis yang saya gambar ini!”

Tantangan sang guru ini disambar oleh seorang murid yang duduk di deretan depan. Sambil maju ke papan tulis, ia bergumam di dalam hatinya, “Sangat gampang memperpendek garis sang guru ini.” Maka ia pun mengambil penghapus dan menghapus seperempat garis 30 cm milik sang guru ini. Ia pun berujar dengan mantap, “Garis ini sekarang lebih pendek daripada garis yang guru gambarkan tadi. Jika garis tadi panjangnya 30 cm maka sekarang saya menghapus seperempatnya hingga panjangnya tinggal 22,5 cm.”

Sang guru menggelengkan kepala tanda tidak setuju dengan perlakuan muridnya terhadap garis yang ia gambarkan. “Adakah diantara kalian yang mempunyai solusi lain untuk memperpendek garis ini?”, tantang sang guru lagi. Ketika mendengar hal ini, seorang murid yang duduk di deretan belakang maju dan mengambil kapur di papan tulis.

Sang murid tanpa mengucapkan sepatah kata pun menggambarkan sebuah garis lebih panjang di bawah garis sang guru. Seandainya garis milik guru tinggal 22,5 cm maka ia menggambarkan garis lebih panjang di bawahnya sepanjang 32,5 cm. Sang guru tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda persetujuan terhadap tindakan sang murid yang berhasil memperpendek garis sang guru. “Inilah solusi yang saya inginkan! Memperpendek garis punya saya tidak harus dengan menghapusnya. Namun buatlah garis baru yang lebih panjang sehingga garis punya saya terlihat lebih pendek. Apakah anda semua terfikir tentang ini?”

Betul kawan, memperpendek garis orang lain tidak harus dengan menghapus garis itu. Cukup buatlah garis yang lebih panjang daripada garis orang lain tersebut. Mengkritik orang lain tidak harus dengan menghapus karyanya atau menghujat karyanya. Cukup dengan membuat karya yang lebih baik dan fokus dengan karya kita tersebut maka orang lain memandang karya kita lebih baik daripada karya orang lain. Bukankah ketika kita fokus mengenal diri sendiri dan mengoptimalkan potensi diri maka sebenarnya kita lebih mengenal Allah SwT?

Wallahu a’lam bi shawab.

Rubrik Motivasi hidup Islami dalam kehidupan karier profesional. Diasuh oleh Dr M G Bagus Kastolani, Psi, seorang psikolog dan kader Muhammadiyah

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 4 Tahun 2019

Exit mobile version