Dan perarakan pun dimulai!
Anak-anak kecil berpeci itu menaiki mobil kap terbuka, diiringi senandung solawat. Mobil berarak mengelilingi kampung Sungai Mulia Gombak, Kuala Lumpur, Malaysia.
Di padang rumput yang luas, mobil dinas Pemadam Kebakaran Gombak sudah menunggu mereka. Dan seketika disemburkan pancuran air ke tengah lapangan. Kaki² kecil itu pun berlari, wajah ceria turun dari mobil dan melompat kesana kemari menghampiri siraman air Damkar. Menikmati dingin yang membasahi tubuh mereka. Tawa riang memenuhi lapangan rumput. Indah sekali pemandangan itu.
Anak² ini diajak bermain air. Diajak senang dan rileks, karena tak lama setelah itu mereka akan dikhitan. Ya, mereka, anak-ana Malaysia dan WNI dalah peserta khitanan massal yang terdiri dari anak² yatim, faqir dan fisabilillah. Setiap tahun agenda ini dilaksanakan oleh Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Malaysia bekerja sama dengan Muslimat NU, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), KMNU dan Komite Masjid Zaid Bin Haritsah Gombak.
Kegiatan tahunan ini sudah dilakukan empat kali. Akhir pekan ini akan diadakan lagi untuk kali kelima.
Setiap tahunnya, tidak kurang dari 50 anak, 5 orang tim dokter, puluhan panitia, serta ratusan orang tua dan keluarga yg menemani peserta khitan, tamu dan pengunjung akan meramaikan acara tersebut.
Warga PCIM dan PCIA Malaysia menggunakan kesempatan ini dengan memberikan layanan bekam dan akupuntur gratis kepada pengunjung, termasuk warga lokal dan WNI. Tidak kurang dari 1000 jarum yang sudah disiapkan untuk layanan tersebut. Mengukur dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, layanan bekam dan akupuntur ini sangat banyak peminatnya.
Pada peresmian acara Khitanan tahun 2018 yang lalu, Direktur Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur (JAWI) yang setaraf pejabat eselon 4 di bidang administrasi agama Islam di Malaysia, mengapresiasi upaya Muhammadiyah dan NU karena kegiatan memberikan manfaat bagi anak-anak Malaysia.
Ada pesan mulia yang ingin kami ketengahkan dengan kegiatan ini. Pertama, bahwa ‘Aisyiyah harus mendatangkan manfaat kepada masyarakat sekitarnya, termasuk penduduk Malaysia. PCIA yang sudah sepuluh tahun eksis di negeri jiran ini berusaha menyalurkan potensi dan kemahiran aktivisnya dalam koridor dakwah.
Kedua, PCIA Malaysia ingin meneguhkan kembali semangat kebersamaan dalam ukhuwah kebangsaan. Muslimat NU adalah mitra kita dalam mendukung integritas keislaman NKRI. Dalam konteks ini, PCIA siap bekerjasama dengan semua elemen bangsa demi kerja mulia seperti bakti sosial dan dakwah bilhal melalui khitanan massal.
Pesan ketiga, PCIM dan PCIA Malaysia siap mendukung Internasionalisasi pergerakan Muhammadiyah seperti yang dicanangkan pimpinan persyarikatan. Menjejaki usia ke 107 ini, kita seharusnya sudah selesai dengan masalah perbedaan metodologis dalam gerakan dakwah. Tugas kita ke depan jelas, bahwa Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah harus “go internasional” dan siap menghadapi tantangan global. Tekad ini harus dibuktikan dengan me-reorientasi dakwah bilhal ke masyarakat antarabangsa.
Dan untuk PCIM-PCIA, mari kita mulai dengan masyarakat dimana kita hidup bersama. (Nita Nasyithah/Ketua PCIA Malaysia)