Oleh: M Muchlas Abror
Seni atau kesenian, sering kita dengar dalam percakapan keseharian. Kalau kata itu disebut, maka kita membayangkan sesuatu yang indah atau ada keindahan. Secara umum tentulah itu tidak keliru. Sebab, memang, esensi seni adalah keindahan. Kesenian merupakan ekspresi jiwa manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia yang mendorongnya untuk mengekspresikan segala sesuatu yang indah.
Manusia hidup tidak dapat dipisahkan sama sekali dari seni. Seni bagi manusia menjadi bagian dari hidup dan kehidupan. Bahkan, itu merupakan salah satu fitrah hidup. Potensi diri pada manusia itu merupakan anugerah Allah. Anugerah itu hendaklah digunakan secara baik untuk menikmati dan mengekspresikan keindahan.
Allah tentu tidak melarang. Rasulullah Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Indah. Dia menyukai keindahan”. Demikian Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud. Dari Hadits shahih tersebut, kita mendapat pelajaran berharga. Keindahan semestinya dikaitkan dengan nilai Ilahiyat itu. Selanjutnya dijadikan salah satu prinsip pokok yang diterapkan dalam seluruh aspek dan cabang kesenian.
Kesenian adalah bagian dari kebudayaan yang merupakan hasil karya dan daya cipta manusia. Kesanggupan dan kemampuan berseni menjadi salah satu pembeda bagi manusia dengan makhluk lain. Karena Allah mengaruniai manusia akal untuk berpikir, berpendapat, berpaham, dll. Sehingga pada manusia ada dinamika. Keseniannya pun terus berkembang dari waktu ke waktu. Tidak demikian halnya dengan hewan, misalnya. Dari dulu, sekarang, dan yang akan datang tidak mengalami perubahan. Nah, kesenian banyak ragam dan jenisnya. Di antaranya seni sastra, seni suara, seni musik, seni tari, seni rupa, seni drama atau teater, dll.
Islam, sebagai agama fitrah, menghargai seni. Islam mendorong dan mendukung kesenian yang bermanfaat bagi manusia. Tampilannya mengandung dan mengungkapkan keindahan serta mendukung fitrah manusia yang suci. Selain itu mengabadikan nilai-nilai luhur, menyucikan hati dari kotoran, dan memperluas rasa keindahan dalam jiwa manusia. Juga penting untuk mengingatkan jati diri manusia. Dan dapat menggambarkan akibat baik atau buruk dari satu pengalaman.
Nah, kaum Muslimin yang berbakat seni hendaklah dapat mengekspresikan berbagai keindahan lahir batin itu dalam karya seni masing-masing. Dalam berkarya seni itu hendaklah dilandasi keimanan, keikhlasan, bertujuan hanya mengharapkan keridhaan Allah. Semoga karya yang dihasilkan bernilai ibadah dan menjadi amal shalih.
Seni atau kesenian adalah salah satu sarana dakwah. Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah. Ini merupakan tugas mulia. Menyampaikan dan menyiarkan Islam kepada manusia dan masyarakat. Tentu menurut kadar kemampuan masing-masing. Dengan menggunakan cara yang benar dan menempuh jalan yang diridhai Allah.
Banyak cara yang dapat digunakan dalam berdakwah. Satu di antaranya berdakwah dengan menggunakan dan melalui kesenian. Dengan kata lain, menjadikan kesenian sebagai sarana untuk berdakwah.
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah. Tugas utamanya ialah menyiarkan Islam. Sejak awal, Muhammadiyah telah mengenalkan kepada masyarakat berdakwah melalui seni. Dilakukan lewat pendidikan, tabligh, aktivitas Ortom, berbagai lomba dan pentas seni, dll. Harap maklum bahwa pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, piawai dalam bermusik, memainkan biola. Sebagaimana kita saksikan dalam film “Sang Pencerah”.
Muhammadiyah dalam berdakwah melalui seni mengalami pasang surut. Namun, kepedulian Muhammadiyah dalam berdakwah menggunakan seni sebagai sarana tak pernah hilang. Muhammadiyah pernah punya ISBM. Setelah tiada, lalu ada Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah (LSBM) dalam Pimpinan Persyarikatan. Yang pernah menjadi Ketua LSBM Pusat ialah Taufiq Ismail (penyair) dan Chaerul Umam (sutradara film). Pada periode ini, LSBM namanya berganti menjadi Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah.
LSBO Muhammadiyah sekarang dan yang akan datang dalam berkiprah dakwah melalui seni lebih meningkat dan berkibar. Semoga.
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 3 Tahun 2015