BANTUL, Suara Muhammadiyah – Masjid kampus memiliki peran dan andil sebagai pembina dalam mengembangkan toleransi aktif dan moderasi agama. Peran masjid kampus dengan revitalisasi fungsinya dalam hal tersebut dinilai bisa mengatasi persoalan masyarakat, khususnya dalam konteks pendidikan karakter.
Hal tersebut disampaikan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Belmawa Kemdikbud RI) Prof Dr Ismunandar saat menjadi Keynote Speaker dalam acara pembukaan Wokrshop Nasional Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI).
Acara yang bertemakan “Revitalisasi Peran Masjid Kampus Dalam Rangka Pemberdayaan Umat Menuju Pengokohan Ideologi Bangsa” ini digelar di Gedung KH Ibrahim Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan diikuti oleh 170 peserta dari 90 masjid kampus di Indonesia pada Sabtu-Ahad (14-15/12).
Dalam acara pembukaan tersebut, Ismunandar memaparkan materi terkait metode pendekekatan pendidikan yang dipilih Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makariem, B.A, M.B.A yaitu 6C creative, critical thinking, compassation, connectivity, colaboration, communication, dan computational logic atau yang lebih sering disebut 6C.
“Tak hanya itu, pendidikan karakter itu juga penting. Maka dari itu, terkait dengan pendidikan karakter ini, saya rasa AMKI memiliki peran dan andil untuk menanamkan karakter yang baik pada mahasiswa. Selain itu, AMKI juga berperan sebagai pembina untuk mengembangkan toleransi aktif dan moderasi agama menuju Indonesia maju, sesuai dengan tema AMKI hari ini,” ujarnya.
Peran tersebut menurutnya dapat dibentuk melalui literatur keagamaan dengan mengajarkan pendidikan agama dalam masyarakat majemuk. “Bukan dengan saling menghakimi kepercayaan orang lain, melalui Pancasila. Karena Pancasila merupakan titik temu antara agama dan demokrasi, melalui prinsip kesetaraan warga negara di depan hukum (citizenship), dan kohesivitas sosial sebagai modal kultural dan modal sosial bangsa Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum AMKI, Prof Ir Hermawan K D, MSEE, PhD mengatakan bahwa diselenggarakannya workshop tersebut untuk menguatkan revitalisasi fungsi masjid kampus dalam rangka pemberdayaan umat menuju pengokohan ideologi bangsa. “Masjid kampus sebagai salah satu lembaga keagamaan memiliki tanggungjawab dalam pembentukan karakter manusia. Jadi harus difungsikan agar bisa memberikan kontribusi dalam menyiapkan kader pemimpin bangsa yang berkarakter patriotik Islami,” jelasnya.
Selain itu, masjid kampus sebagai lembaga dakwah Islam juga memiliki tanggungjawab untuk memberdayakan umat, terutama dalam bidang ekonomi. “Karena itulah, kami mengadakan workshop ini, untuk melakukan koordinasi secara nasional agar fungsi masjid kampus ini bisa lebih kuat dan ada kesepakatan bersama terkait tata kelola masjid kampus. Khususnya dalam menyiapkan kader pemimpin bangsa berkarakter patriotik Islami dan pemberdayaan ekonomi umat,” pungkasnya. (id/riz)