MALANG, Suara Muhammadiyah – Darul Arqom Madya(DAM) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Malang hadir karena kegelisahan akan fenomena diskriminasi, ketidakadilan dan ujaran kebencian terkait ras, suku dan etnis tertentu di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Irsyad Madjid, Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Malang Raya ketika pembukaan DAM IMM Malang, Jumat (13/12/2019). Bertempat di Rumah Singgah Syihabuddin Malang, Irsyad merasakan kegelisahan itu mendera bangsa ini beberapa tahun kebelakang.
“Beberapa tahun kebelakang, ketidakadilan dan narasi kebencian semakin nyata di Indonesia,” jelasnya. Solusinya beragam, namun menurut dia pendidikan kritis adalah kuncinya.
“Supaya masyarakat dapat melakukan konfirmasi ulang sebuah informasi dan menggugat kebijakan yang tak adil,” ungkapnya. Berlangsung 6 hari 5 malam, kegiatan ini bertajuk, “Reposisi Gerakan IMM: Membangun Kesadaran Kritis Dalam Rangka Kontra Narasi Kebencian dan Ketidakadilan”.
Tema tersebut dibuat bertujuan untuk mereposisi gerakan IMM. Menjadi gerakan yang transformatif berlandaskan nilai-nilai profetik (Humanisasi, Liberalisasi, dan Transendensi).
Senada dengan itu, Wildasari selaku MOT DAM Malang menjelaskan lahirnya kontra narasi untuk melawan ujaran kebencian dan fenomena ketimpangan.
“Peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia ini dapat melakukan kontra narasi di daerahnya dengan berbagai upaya kreatif,” jelasnya.
Masyarakat kelak memiliki alternatif informasi, lanjutnya, dalam memahami realitas. Harapan itu tersampaikan untuk kader dari tujuh belas daerah yang hadir dalam DAM IMM Malang.
Dengan total 45 peserta dari 100 pendaftar, DAM IMM Malang hadirkan narasumber kece. Mulai dari Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Malang hingga Sekretaris Jendral Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Malang. (anf/riz)