Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi dakwah memang dipandang sangat solutif. Tidak melulu mengumandangkan ajaran agama, tapi juga peduli terhadap kualitas hidup masyarakat. Baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Strategi dakwah berbasis pemecahan masalah ini terus dilakukan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah guna mewujudkan masyarakat yang mandiri, masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Program pemberdayaan masyarakat, khususnya pemberdayaan perempuan, menjadi agenda penting ‘Aisyiyah, terlebih pada ranah akar rumput. Sebab itu, program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) digulirkan ke berbagai daerah guna memajukan peran perempuan sekaligus mengantarkanya pada kemandirian ekonomi.
Salah satu binaan MAMPU adalah Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Sungai Bakau Kecil, Mempawah Timur, Mempawah, Kalimantan Barat. Melalui kelompok BSA (Bina Sakinah ‘Aisyiyah) yang ada, Cabang Sungai Bakau Kecil kini memiliki kelompok produksi makanan kemasan yang sangat menguntungkan.
“Kegiatan BSA ada hasilnya, dan hasilnya untuk kesejahteraan ibu-ibu di desa Bakau,” ucap Siti Nurseha Ketua PCA Sungai Bakau Kecil kepada Suara Muhammadiyah.
Eka Suryaningsin Anggota MAMPU Daerah Mempawah mengatakan, dari BSA yang ada di Cabang, dibagi menjadi beberapa kelompok ibuibu untuk kemudian memproduksi beragam makanan kecil kemasan. Di antaranya kelompok abon, krupuk malay, semprong, manisan blimbing, kripik pisang, kerupuk, dan rengginan. “Yang cukup menjanjikan produksi abon,” tuturnya.
Produksi abon, Ketua Kelopok Produksi Juliani menceritakan, sudah dimulai sejak dua tahun lalu.”Sengaja kami memilih abon karena bahan dasarnya mudah didapatkan. Daerah kami kan pesisir, dan masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai nelayan. Jadi selain sebagai kegiatan ekonomi ibu-ibu, produksi abon ikan juga bagian dari upaya kami meningkatkan ekonomi masyarakat dengan membuat olahan makanan hasil laut,” terangnya.
Sementara ini, sambung Juliani, produksi abon berjalan sesuai jumlah pesanan yang ada. Tapi pada hari-hari tertentu, seperti menyambut lebaran dan hari besar lain, abon juga dipasarkan ke minimarket-minimarket terdekat. “Dari penjualan itu, diambil dari keuntungan untuk kas organisasi sebanyak satu persen,” paparnya.
“Sumber pendapatan kas kita sekarang itu lebih banyak. Kalau dulu kan kita cuma mengandalkan iuran dari anggota, nah sekarang kan kita sudah memiliki sumber pendapatan lain, dari kelompokkelompok produksi yang dijalankan ibu-ibu di sini,” imbuhnya. (uz/gsh)
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 1 Tahun 2018