Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengubah kondisi perekonomian masyarakat. Syaratnya hanya satu, jeli melihat pasar dan jeli melihat potensi yang ada. Syarat sederhana inilah yang memutus anggapan bahwa menghidupkan perekonomian masyarakat harus dimulai dengan modal dana yang cukup.
Kejelian inilah yang mendasari lahirnya kegiatan kerajinan tangan Bina Usaha Ekonomi Aisyiyah (BUEKA) Biraeng, Pangkep, Sulawesi Selatan. Yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga dengan mengubah limbah plastik jadi barang bernilai ekonomis. “Keterampilan dari bahan limbah plastik nantinya dijadikan bross, tempat tissue, tas, sandal dan pernak pernik lainnya,” terang Nurfaidah Ketua BUEKA Balai Sakinah Aisyiyah (BSA) Biraeng.
Selain bahan bakunya yang mudah didapat, Nurfaidah menceritakan, dihasilkannya kerajinan dalam berbagai bentuk tersebut lebih membidik kepada pernak pernik untuk kaum perempuan. “Jadi selain dipasarkan di luar, kami pun turut membeli dan memakai berbagai hasil kerajinan yang kami buat,” ulasnya.
Dari bahan baku yang sangat murah, ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam BUEKA, bisa menjual peritem hasil kerajinannya kisaran 60 ribu hingga 250 ribu rupiah. “Biasanya kami mengambil bahan bakunya dari rumah para pengepul sampah dan sebagian lagi kami mengumpulkan sendiri,” kata Nurfaidah.
Berawal dari usaha kecil-kecilan mendaur ulang sampah menjadi kerajinan tangan tersebut, kini BUEKA Biraeng melebarkan sayapnya dan mengembangkan unit usaha lain. Di antaranya, Nurhaeda menyebutkan membuat keripik kentang, keripik singkong, kerupuk berbahan umbi-umbian, dan makanan ringan lain.
Menurut Nurhaeda, keterampilan mendaur ulang sampah dan membuat makanan kecil merupakan wujud kreatifitas ibu-ibu Aisyiyah Biraeng. Keterampilan ini, digiatkan oleh 5 kelompok BSA yang masing-masing terdiri 35 orang. Sedang untuk pembinaannya, kata Haedah, masing-masing kelompok BSA memiliki jadwal pertemuan sendiri. Tapi paling sering pembinaan untuk meningkatkan keterampailan dibarengkan dengan pengajian baik yang diadakan oleh Ranting maupun Cabang. “Usai pengajian biasanya ibu-ibu langsung mengelompok-mengelompok dengan sendirinya, menyesuaikan keterampilan yang ingin diikutinya,” papar Ketua PRA Biraeng itu.• (syada/gsh)
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 3 Tahun 2018