Panik Anak Minta Menginap

Panik Anak Minta Menginap

Assalamu’alaikum wr wb. Bu Emmy yth, saya (33 tahun) ibu dari 2 putri dan putra. Si sulung kini sudah kelas 5 SD. Beberapa hari ini merengek minta menginap di tempat temannya. Saya tidak segera menjawabnya. Ia memang belum pernah pergi menginap tanpa saya, meski menginap di tempat neneknya. Tapi, saya tidak tega melarangnya. Katanya, temantemannya sudah diijinkan oleh orangtua mereka, nanti bisa bergantian.

Apa sih yang harus diperhatikan agar saya tenang melepas mengijinkannya menginap? Sebaiknya diijinkan atau tidak, Bu? Mohon sarannya. Jazakumullah atas jawabannya.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Bu Lisa, di Jogja

Wa’alaiumsalam wr wb.

Bu Lisa yth, orang tua sering dibuat khawatir saat anak beranjak besar dan mulai memiliki teman serta nyaman dengan lingkungannya. Sebelumnya kegiatan si buah hati selalu terkontrol. Kini ia bisa seharian bersama temannya, jauh dari pengamatan bunda. Usia sekolah adalah saatnya kegiatan sosialisasi dengan lingkungan berkembang pesat.

Setiap anak membutuhkan sosialisasi, umumnya mereka takut menjadi berbeda dan dikucilkan lingkungan. Maka, jika si kecil tak diijinkan menginap bersama teman-temannya, kemungkinan ia akan merasa minder dan terasing. Karena merasa tidak nyambung ketika teman-temannya membahas tentang kegiatan saat menginap.

Orang tua berpikir berkali-kali untuk melepas anaknya menginap, karena beberapa kekhawatiran, yaitu khawatir anak tidak mandiri dan kebutuhannya tidak terpenuhi. Misal, bagaimana jika nanti ia tidak mau makan karena tidak ada yang memaksa atau menyuapinya. Selain itu khawatir perangai teman-teman sekolahnya tak sesuai dan akan memengaruhi buah hati. Termasuk kebiasaan keluarga tempat menginap yang tak sesuai, si kecil jadi ikut-ikutan atau membandingkan.

Menurut saya, ketika anak minta menginap, biasanya si kecil sudah merasa mandiri. Ini berarti ia sudah punya kesiapan. Bisa dilihat dari kemampuannya untuk mengurus diri sendiri. Mulai dari mandi sendiri, tidak takut ke kamar mandi, bisa merapikan bajunya dan lain-lain. Bisa juga dilihat dari ketika si kecil ibu tinggal pergi ke luar kota, apakah si kecil terlihat murung di rumah? Apakah ia menangis dan selalu minta ikut saat Ibu bepergian? Dikatakan siap bila ia tak keberatan atau bereaksi negatif saat ditinggal orang tuanya.

Untuk mengurangi kekhawatiran, sebelum memberi ijin, ibu kenali dulu tuan rumah. Ibu bisa bertanya, dalam rangka apa sih, kok harus menginap? Dimana ia akan menginap dan bersama siapa saja? Adakah orang dewasa yang mendampingi si kecil bersama teman-temannya? Akan lebih baik bila ibu sudah kenal orang dewasa ini, sehingga ibu bisa menelpon untuk mengecek kegiatan tersebut sekaligus menitipkan si kecil. Sampaikan kebiasaannya yang tidak biasa. Misalnya, si kecil punya allergi terhadap makanan tertentu atau kebiasaan sebelum tidur. Selanjutnya, orang tua bisa sesekali mengontrol. Jangan terlalu sering, agar tidak menyinggung perasaan tuan rumah, karena sudah mempercayakan si kecil padanya.

Jangan lupa bekali si kecil dengan memberitahunya bahwa kebiasaan setiap keluarga itu berbeda-beda. Sehingga, harus menyesuaikan diri dan mengikuti peraturan yang berlaku di rumah temannya. Selalu terus diingatkan untuk berlaku sopan dan tidak merepotkan.

Dengan informasi di atas, semoga bisa menjadikan ibu lebih bisa mengendalikan kekhawatirannya, bila ibu memutuskan untuk memberi ijin menginap pada si kecil. Insyaa Allah ini akan memberi pengalaman pada si kecil dalam hal ketrampilan bersosialisasi dan melatih kemandiriannya.

Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, SPsi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 23 Tahun 2018

Exit mobile version