Muballigh Muhammadiyah

tabligh

Pelatihan Mubaligh Muda Nasional (Dok Majelis Tabligh)

Oleh: M Muchlas Abror

MUHAMMADIYAH adalah gerakan dakwah Islam. Tugas melaksanakan dakwah Islam menjadi tugas Muhammadiyah secara keseluruhan. Tiap anggota Muhammadiyah tentu berkewajiban berdakwah. Tiap anggota Muhammadiyah hakikatnya adalah da’i atau muballigh. Karena itu, tiap anggota Muhammadiyah semestinya menyadari bahwa dirinya adalah muballigh/da’i. Kesadaran itu berpengaruh baik bagi perbaikan dan peningkatan kualitas diri. Sehingga dalam penunaian tugas dakwah hasilnya lebih baik dari sebelumnya.

Muhammadiyah berdakwah di masyarakat. Sebab, Muhammadiyah memang organisasi kemasyarakatan. Organisasi ini secara sadar memilih berjuang dalam bidang masyarakat. Muhammadiyah membagi manusia/ masyarakat menjadi dua bagian, yaitu: (1) yang belum mau menerima ajaran Islam, disebut ummat da’wah; (2) yang sudah mau menerima ajaran Islam, disebut ummat ijabah. Terhadap ummat da’wah, kewajiban Muhammadiyah ialah berusaha sampai mereka mau menerima kebenaran ajaran Islam. Setidak-tidaknya mau mengerti dan tidak memusuhi. Sedang terhadap ummat ijabah, kewajiban Muhammadiyah ialah menjaga dan memelihara agama mereka. Selain itu, berusaha memurnikan dan menyempurnakan dalam “ilmu dan amal” mereka. Semuanya itu dilakukan dengan dakwah Islam yang sifatnya: tabsyir (menggembirakan), tajdid (pembaharuan), dan ishlah (membangun).

Muballigh Muhammadiyah dalam bertabligh harus memiliki keteguhan pendirian, keluasan pandangan, dan kesantunan. Da’i Muhammadiyah dalam berdakwah mestilah mempunyai kelapangan jiwa, kelembutan, dan toleran. Hadapilah umat da’wah dan umat ijabah dengan keterbukaan, kearifan, kesabaran, dan keikhlasan. Sadarilah bahwa dirinya mempunyai tanggungjawab terhadap apa yang disampaikan. Muballigh/da’i Muhammadiyah harus percaya diri dan mempunyai spirit yang tinggi dalam menyampaikan ajaran Islam. Apalagi dirinya, sebagai anggota Muhammadiyah, berkewajiban untuk menghadirkan Islam yang murni dan berkemajuan.

Muballigh Muhammadiyah harus terjun di masyarakat. Tidak boleh mengurung atau memisahkan diri dari masyarakat. Tidak lari dan meninggalkan masyarakat. Sebab, kehadiran muballigh Muhammadiyah mengemban tugas mulia. Tugas menyampaikan ajakan, arahan, dan bimbingan kebaikan dan kebenaran Islam kepada masyarakat. Padahal, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk antara lain dalam hal suku dan agama. Karena itu, muballigh Muhammadiyah harus memperluas pergaulan dan memperbanyak hubungan. Dalam bermu’amalah dengan sesama, muballigh Muhammadiyah harus bersikap baik dan toleran. Termasuk dalam berkomunikasi dengan organisasi lain dan umat lintas agama.

Muballigh Muhammadiyah harus pula cerdas. Sebab, tidak berada dalam ruang hampa. Tetapi ruang berisi. Berada dalam situasi dan kondisi. Di dalamnya ada berbagai perubahan, misal, perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Ada pula perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis, materialistis, dan hedonistis. Selain itu, penetrasi budaya dan multikulturalisme yang dibawa oleh globalisasi yang makin terasa dan nyata dalam kehidupan bangsa. Kejahatan korupsi dan narkoba merebak dan meluas. Sedangkan penegakan hukum di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Karena hanya tajam ke bawah bagi rakyat kecil dan tumpul ke atas bagi pejabat dan politisi. Menghadapi semua itu, muballigh Muhammadiyah harus memiliki kecerdasan atau ketajaman berpikir. Agar tidak terbawa hanyut oleh situasi dan kondisi.

Muballigh Muhammadiyah harus terus belajar. Allah telah mengaruniai telinga, mata, hati, dan akal. Telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan banyak membaca, hati untuk merasakan, dan akal untuk berpikir. Gunakan karunia itu sesuai fungsinya sebagai sarana untuk belajar menambah ilmu. Namun, ketika ilmunya bertambah, siapa pun tidak boleh sombong. Sebab, dengan bertambahnya ilmu, sadarilah bahwa sebenarnya masih banyak yang belum diketahuinya. Sehingga jiwanya terbuka dan toleran. Pada sisi lain, bertambahnya ilmu menimbulkan kemantapan dan percaya diri dalam kegiatan menjalankan tugas.

Muballigh Muhammadiyah memang harus cerdas dan terus belajar.

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 8 Tahun 2015

Exit mobile version