Oleh: Ahmad Fuad Fanani
Islam di Kanada berkembang pesat dari waktu ke waktu. Jika dibandingkan dengan jumlah penganut agama lain, Muslim di Kanada mengalami perkembangan signifikan.
Pada 2001, jumlah populasi Muslim mencapai 579.000. Sepuluh tahun kemudian (2011), berdasarkan National Household Survey, penganut Islam di Kanada mencapai 1.053.945 orang (3,2%). Peningkatannya hampir mencapai 50%. Islam pun menjadi agama terbesar kedua di Kanada setelah Kristen (67%). Sementara populasi penganut agama lain, Hindu sekitar 1,5%, Sikh 1,4%, Yahudi 1%, dan agama-agama lain 0,6%. Namun, jumlah Muslim di Kanada masih di bawah jumlah yang mengaku tidak beragama (23,9%), prosentase ini meningkat jika dibandingkaan tahun 2001 yang mencapai 16,5%.
Populasi Muslim di Kanada terdiri dari beragam latar belakang. Sebagian besar berasal dari negara Asia Selatan, Timur Tengah, dan Asia Tenggara: dari India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, Iran, Iraq, Lebanon, Bosnia, Maroko, China, Indonesia, dan sebagainya. Ada yang berpendidikan tinggi seperti doktor, master, dokter, dan insinyur. Namun ada juga yang berpendidikan rendah dan tidak mengenyam pendidikan. Ada yang menjadi profesor, dokter, suster, kerja kantoran, dan banyak juga yang menjadi sopir taksi, kerja serabutan, dan membuka usaha sendiri.
Meningkatnya penganut Islam ini seiring dengan Kanada yang, menurut sebagian orang, dianggap lebih memberikan kepastian hidup dibandingkan negara lain. Pemerintah Kanada lebih terbuka terhadap datangnya imigran dan lebih mudah memberikan status permanent resident atau green card (penduduk tetap). Ini wajar karena Pemerintah Kanada membutuhkan imigran: Kanada masih kekurangan penduduk dan memerlukan tenaga kerja di berbagai bidang.
Potret Muslim
Kedatangan Muslim di Kanada terjadi sebelum konfederasi atau penyatuan beberapa wilayah di Amerika Utara untuk membentuk negara Kanada. Muslim pertama di Kanada berasal dari imigran, tapi bukan dari negara Muslim. Menurut catatan Muslim Association of Canada (MAC), Agnes dan James Love (berlatar belakang Scottish) adalah Muslim pertama. James Jr, lahir pada 1854, menjadi Muslim pertama yang lahir di Ontario. Pada Sensus Kanada pertama tahun 1871, jumlah Muslim di Kanada sekitar 13 orang, tapi masjid pertama di Kanada baru didirikan pada 1938 di Edmonton (Provinsi Alberta). Dan sejak itu, Islam berkembang pesat.
Jauh sebelum masjid pertama didirikan, yakni pada 1911, penganut Islam sudah mencapai 500 orang (terbanyak dari Turki dan Bulgaria), di wilayah British Columbia. Ini adalah populasi Muslim terbanyak di seluruh wilayah Kanada. Sayangnya, setelah itu, orang non-Eropa merasa sangat sulit hidup di negara Barat. Problem resesi ekonomi, diskriminasi, dan rasisme dialami banyak imigran non-Eropa. Bahkan, ketika terjadi Perang Dunia Pertama, imigran Turki ditekan untuk meninggalkan Kanada. Akibatnya, pada 1921, populasi Muslim di Provinsi British Columbia tinggal 82 orang.
Namun, perubahan terjadi pasca Perang Dunia Kedua. Imigran Muslim yang datang ke Kanada terdiri dari pekerja profesional dan berketerampilan. Muslim dari Afrika Utara yang berbahasa Perancis memilih menetap di Quebec. Ada juga yang bermigrasi karena tertarik dengan Institute of Islamic Studies di McGill University dan Department of Middle Eastern Studies di Universitas Toronto . Maka, sejak 1960, perkembangan Muslim di Kanada semakin pesat. Utamanya ketika Pemerintah Kanada menerapkan kebijakan imigrasi baru yang lebih membuka kesempatan terhadap imigran non-Eropa. Kebijakan multikulturalisme yang ditetapkan pada 1971 juga memberikan peluang Muslim untuk pindah ke Kanada.
Saat ini, jumlah besar itu dapat dilihat di berbagai tempat. Misalnya, di Kota Toronto dan sekitarnya, jumlah Muslimnya 424.925 (7,7 % dari total penduduk). Di Kota Montreal dan sekitarnya, populasi Muslimnya 221.040 (6% dari total penduduk). Jumlah masjid pun meningkat pesat. Di Kota Toronto, terdapat 20 lebih masjid. Terdapat juga lembaga pendidikan Islam seperti Sayyeda Khadija Center (SKC) di Missisauga, Al-Rashid Islamic Institute di Cornwall, Institute of Islamic Studies of Toronto, dan sebagainya. Bahkan rutin digelar berbagai festival Islam seperti Festival Idul Fitri, Muslim Festival, dan acara tahunan Reviving the Islamic Spirit (RIS) yang masuk tahun ke-15.
Tantangan Muslim
Meskipun jumlahnya makin meningkat, bukan berarti umat Islam sepi dari tantangan dan permasalahan.
Seperti pada era pemerintahan sebelumnya di bawah Partai Konservatif, ada beberapa anggota parlemen dan bahkan PM Stephen Harper yang kurang simpati terhadap Islam. Ada yang ingin menerapkan aturan larangan penggunaan cadar di tempat umum. Ada usulan jilbab tidak boleh dipakai untuk urusan terkait kependudukan, seperti pembuatan Paspor. Untungnya, kebijakan itu ditinjau ulang ketika Partai Liberal memenangi pemilihan tahun 2015, dan Justin Trudeau terpilih menjadi Perdana Menteri Kanada. Ia dikenal lebih simpatik terhadap Islam.
Tantangan lainnya adalah masih ada gejala islamophobia di negara Barat. Pada 2014, misalnya, ada beberapa poster mengecam umat Islam yang ditempel di salah satu masjid di Quebec. Pada bulan puasa 2016, ada teror dengan meletakkan kepala babi di satu masjid di Quebec. Terpilihnya Donald Trumph sebagai Presiden Amerika Serikat, secara tidak langsung, menimbulkan kekhawatiran bahwa fenomena anti imigran dan anti Muslim akan berpengaruh ke Kanada.
Kebijakan PM Justin Trudeau yang memberi peluang imigran dari Syiria hingga 25.000 orang juga tidak sepi dari protes. Sebagian orang menganggap, mayoritas imigran hanya ingin memanfaatkan sistem welfare state yang diterapkan Kanada: setiap imigran akan memperoleh asuransi kesehatan gratis dan setiap anak memperoleh tunjangan dari pemerintah.
Umat Islam Kanada harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan berkontribusi positif ikut memajukan Kanada. Harus membuktikan bahwa mereka tidak membebani, namun justru berhasil meningkatkan perekonomian Kanada. Semoga.
Ahmad Fuad Fanani, Kader Muhammadiyah, sedang studi S3 di The University of Toronto, Kanada
Artikel Ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 5 Tahun 2017