Oleh: Deni Asy’ari, MA
Salah satu tantangan terbesar dalam mengelola bisnis media cetak hari ini adalah, tumbuh mengguritanya bisnis media berbasis platform online atau digital. Kehadiran media-media online yang didukung dengan berbagai kecanggihan teknologi, secara perlahan, namun pasti, membuat bisnis media cetak atau printing berjalan “megapmegap”. Lebih dari itu, bahkan sebagian bisnis media cetak, satu persatu juga mulai tumbang dan berhenti.
Peristiwa ini, tidak saja terjadi di luar negeri seperti di Amerika Serikat, bahkan di tanah air, sejak 2015, tidak sedikit media-media yang mulai berhitung dalam mengelola bisnis media cetak, di antara mereka ada yang memutuskan untuk berhenti/ tutup total, sebagian ada yang menghentikan sub media yang dikelola, dan sebagian juga ada yang mulai menarik alias berhenti terbit untuk mediamedia berbasis lokal/daerah, bahkan untuk mediamedia raksasa sekelas Kompas dan Tempo, juga mulai mengurangi oplah terbitnya setiap edisi.
Untuk menyebutkan yang sudah tutup versi koran di antaranya, ada koran Bernas, harian Bola, Jurnal Nasional, Jakarta Globe, Sinar Harapan. Kemudian versi majalah juga dialami oleh, Majalah Tajuk, Prospek, Fortune dll. Bahkan kematian parsial juga terindikasi dari penutupan biro koran Sindo, Galamedia, Edisi Minggu, dan Koran Minggu Tempo. Data-data kematian ini tentu akan bisa terus bertambah, seiring dengan penurunan beberapa oplah media cetak, baik nasional maupun media lokal.
Fenomena bisnis media cetak yang “gugur beruntun” tersebut, tidak lepas efek dari serbuan media online atau daring melalui kemudahaan penggunaan internet yang semakin hari penggunanya semakin meningkat.
Asosiasi Pengguna Jasa Internet (APJI) menyebutkan, sepanjang tahun 2017, pengguna internet lebih dari 50% penduduk Indonesia, atau sekitar 143 juta jiwa. Membaca trend ini, tidak heran jika kemudian sejumlah perusahaan media cetak, “megap-megap” mengelola bisnisnya dan bahkan gulung tikar. Dan tentu ancaman ini tidak menutup terjadi pada media persyarikatan Muhammadiyah, yaitu Majalah Suara Muhammadiyah. Sekalipun media ini berbasis media keagamaan dan komunitas, namun melihat trend pertumbuhan media online atau daring yang juga menggunakan konten-konten keagamaan, secara perlahan berdampak pada majalah Suara Muhammadiyah.
Di tengah kondisi perubahan teknologi yang semakin cepat dan tidak menentu, Suara Muhammadiyah sebagai sebuah media cetak, mau tidak mau, suka atau tidak suka, harus melakukan transformasi diri, baik untuk melakukan proses pengembangan usahanya maupun untuk melakukan penyesuaian atas kondisi zaman yang berkembang. Sebab Suara Muhammadiyah sebagai bagian dari media massa, tentu tidak berbeda dengan media lainnya. Namun Suara Muhammadiyah sebagai media syiar dan ideologisasi, media ini berbeda dengan kebanyakan yang lain. Oleh karena itu, sampai kapan pun, Suara Muhammadiyah sebagai media syiar dan ideologisasi harus tetap terbit dan hadir menjadi bacaan dan kebanggaan bagi warga persyarikatan Muhammadiyah.
Transformasi Suara Muhammadiyah
Salahsatu upaya mempertahankan majalah Suara Muhammadiyah, di tengah gempuran media online dan berbagai bisnis di era digital, adalah dengan melakukan transformasi kelembagaan dan usaha di lingkungan Suara Muhammadiyah. proses transformasi tersebut, merupakan langkah yang harus digerakkan oleh Suara Muhammadiyah ke depan.
Oleh karenanya, sejak 2015 yang lalu, Suara Muhammadiyah melakukan proses pengembangan dan pendirian unit-unit usaha secara independen dan mandiri.
Jika pada awalnya, pengelolaan usaha hanya dalam satu unit, yaitu majalah Suara Muhammadiyah, namun sejak tahun 2015, menjadi awal bagi Suara Muhammadiyah meletakkan konsep dasar bagi pengembangan unit usaha di luar majalah Suara Muhammadiyah. Salah satu konsep dasar itu adalah, menginstitusionalisasikan usaha-usaha yang memiliki prospek yang bagus dalam sebuah manajemen unit usaha tersendiri. Misalnya, usaha penerbitan buku dan bagian periklanan, jika sebelumnya menjadi bagian dari manajemen Suara Muhammadiyah, namun dengan melihat prospek usaha yang bagus, didirikan unit usaha di bidang penerbitan buku-buku dan unit usaha periklanan dan event, yang secara manajemen dan keuangan berbeda dengan majalah.
Kedua unit baru yang terpisah dari majalah Suara Muhammadiyah, dikelola dengan target dan pola yang kompetitif antar unit. Sehingga kedua usaha baru ini, dapat menopang pengelolaan dan perkembangan majalah Suara Muhammadiyah hingga hari ini. Artinya, melalui 2 usaha baru tersebut, majalah Suara Muhammadiyah akan relatif aman untuk bisa terbit secara terus menerus. Jikalaupun kabar buruk yang menimpa media lain terjadi pada majalah Suara Muhammadiyah, tentu dengan keberadaan 2 unit usaha penopang ini, Suara Muhammadiyah, jauh lebih safety dibandingkan media lainnya. Bahkan di tengah kondisi media cetak yang berjalan “megap-megap” tersebut, justru Suara Muhammadiyah, tahun 2018 mendirikan bangunan berlantai 5 di pusat kota Yogyakarta, sebagai pusat aktivitas Suara Muhammadiyah, yang dikenal dengan Grha Suara Muhammadiyah.
Hasil yang bagus dari konsep pendirian 2 unit usaha ini, menjadi inspirasi dan sumber bagi tumbuhkembangnya usaha-usaha baru di lingkungan Suara Muhammadiyah pada tahun-tahun selanjutnya. Di antaranya, mulai dikembangkan unit usaha Toko Suara Muhammadiyah, unit konveksi suara muhammadiyah, unit pusdalitbang Suara Muhammadiyah, Unit TV Suara Muhammadiyah, Unit Distro Suara Muhammadiyah, unit SM Tour & Travel, unit SM Logistik dan pengembangan unit outlet di setiap provinsi dalam bentuk SM Corner, yang saat ini jumlahnya mencapai 50 outlet di tanah air dan 3 di luar negeri.
Bahkan pada tanggal 17 November 2019 yang lalu, menjadi penanda bagi gerak Suara Muhammadiyah untuk menjadi pemain utama dalam ranah ekonomi dan bisnis di lingkungan persyarikatan, dengan melakukan groundbreaking pembangunan SM Tower atau menara Suara Muhammadiyah, yang berfungsi sebagai unit usaha hotel/penginapan Muhammadiyah.
Beberapa perkembangan dan pertumbuhan unit usaha Suara Muhammadiyah dalam 3 tahun belakangan ini, bagian dari ikhtiar Suara Muhammadiyah bukan saja sebagai upaya menopang keberlangsungan majalah Suara Muhammadiyah, namun sekaligus untuk memperkuat agenda-agenda Suara Muhammadiyah ke depan, untuk menjadi pusat bisnis persyarikatan.
Maka memasuki tahun 2020 ini, Suara Muhammadiyah selain memperkuat unit-unit usaha yang telah berjalan, juga akan mulai bergerak pada unit usaha perhotelan dan pariwisata. Sesuai dengan grand planning 5 tahun ke depan, yang menjadi sebuah resolusi 2020, Suara Muhammadiyah akan mendirikan SM Tower atau hotel Muhammadiyah yang berbasis jejaring atau jamaah, yang akan didirikan setiap provinsi di tanah air.
Selain itu, sejalan dengan planning pendirian SM Tower, Suara Muhammadiyah pada tahun-tahun mendatang, juga akan masuk pada unit usaha finance atau keuangan yang nantinya kita sebut SM Finance. Keberadaan SM finance, sekurang-kurangnya dalam tahap awal, dapat menopang pembiayaan pendirian jaringan SM Tower di setiap daerah ke depannya. Beberapa perkembangan usaha inilah, yang kemudian kita sebut sebagai agenda besar transformasi kelembagaan Suara Muhammadiyah, dari usaha (publikasi) lembaran ayat dan hadits, diterjemahkan menjadi bagian untuk menggerakkan ekonomi dan enterprenuer di lingkungan persyarikatan. Sehingga hari ini, mulai tumbuh pengusaha-pengusaha baru melalui jaringan usaha yang dikelola oleh Suara Muhammadiyah.
Suara Muhammadiyah Online & Digital
Tidak hanya pengembangan institusi bisnis. Manajemen Suara Muhammadiyah memasuki tahun 2020 juga melakukan proses transformasi konsep pengembangan dan penyebaran majalah Suara Muhammadiyah. Jika selama ini majalah Suara Muhammadiyah hanya bisa dibaca melalui media cetak. Namun, sebagai resolusi tahun 2020, manajemen Suara Muhammadiyah, menghadirkan konsep majalah dalam 2 versi lainnya, yaitu Suara Muhammadiyah versi online dan Suara Muhammadiyah versi digital. Sehingga pada tahun 2020, Suara Muhammadiyah tampil dalam format printing, online dan digital.
Kehadiran Suara Muhammadiyah versi online dan digital, merupakan usaha Suara Muhammadiyah untuk menyesuaikan perkembangan teknologi dan perkembangan media online atau daring yang begitu pesat. Pergeseran pembaca, untuk menikmati media online dan digital semakin hari semakin berkembang. Para generasi muda atau millennial, begitu akrab dengan penggunaan layanan digital. Bahkan kegiatan sehari-hari seperti berbelanja, tagihan listrik, layanan transportasi hingga pemesanan makanan, semua menggunakan tombol perangkat mobile atau layanan digital.
Maka untuk proses keberlanjutan, sekaligus menjadi bagian dari sumber bacaan wajib, khususnya bagi warganya, langkah transformasi Suara Muhammadiyah dari printing ke online dan digital, adalah sebuah keharusan. Apalagi, 10 tahun ke depan, bangsa Indonesia akan menghadapi bonus demografis yang sangat besar, hampir 70% penduduk Indonesia akan didominasi oleh generasi produktif atau generasi digital tersebut. Oleh karena itu, memasuki tahun 2020, SM dalam 3 versi akan menjadi bagian dari warga Muhammadiyah ke depan.
Beberapa langkah di atas, baik transfomasi institusi suara Muhammadiyah dengan menghadirkan berbagai unit bisnis baru, maupun transformasi format majalah Suara Muhammadiyah, dari versi printing hingga online dan digital, adalah sebuah ikhtiar Suara Muhammadiyah, untuk menjadikan Suara Muhammadiyah sebagai pusat bisnis dan pusat syiar persyarikatan Muhammadiyah ke depan. Sehingga, melalui pengelolaan bisnis yang semakin matang dan professional, persyarikatan ke depan, tidak lagi hanya bermain di hilir bisnis dalam pusaran ekonomi nasional, melainkan juga menjadi bagian dari pemain bisnis pada hulu pusaran ekonomi bangsa. Semua ini, tentu akan dapat dicapai dengan baik dan cepat, jika potensi yang dimiliki, kita kelola secara berjamaah, dalam semangat konsolidasi ekonomi Muhammadiyah.
Deni Asy’ari, Direktur PT Syarikat Cahaya Media/ Suara Muhammadiyah