Mengenang Islam di Manila

Mengenang Islam di Manila

Dok Manila Golden Mosque And Cultural Center

Oleh: Prof Dr H Syamsul Anwar MA

Kota Metro Manila. Semacam daerah khusus ibukota Filipina yang disebut dengan Daerah Ibukota Nasional (The National Capital Region/NCR). Metro Manila memiliki 17 satuan pemerintahan lokal yang disebut city dan municipality: 16 city dan satu muncipality. Mungkin dapat dianalogikan kepada DKI Jakarta yang terdiri atas enam satuan pemerintahan lokal: 5 kota administratif dan satu kabupaten administratif (Kepulauan Seribu).

Secara historis, Manila adalah kota yang relatif tua. Catatan tertulis paling awal tentang kota ini terdapat pada Prasasti Kepingan Tembaga Laguna. Prasasti ini ditemukan pada 1989 di kawasan Laguna dan bertuliskan bahasa Melayu kuna dengan campuran Jawa dan Sansekerta. Pada kepingan itu disebutkan bahwa hari Somawara (Senin), hari keempat sesudah purnama di bulan Waisakha tahun 822 Saka, Dayang Angkatan dan saudaranya yang bernama si Bukah, keturunan dari Wan Namwaran, dimaafkan dari hutang Wan Namwaran kepada Sang Pamegat Dewata atas baktinya kepada Sang Pamegat.

Bulan Waisakha 822 Saka bertepatan dengan April 900 M (Rabiul Awal 287 H). Secara falakiah, purnama pada bulan April 900 M (Rabiul Awal 287 H) itu jatuh pada dinihari malam Jumat (pukul 02:49 waktu Manila), 15 Rabiul Awal 287 H (18 April 900 M). Hari dalam Kalender Saka dimulai sejak matahari terbit. Hari pertama sesudah purnama bulan itu berarti hari Jumat. Hari keempat sesudah purnama berarti hari Senin, 21 April 900 M (18 Rabiul Awal 287 H). Ini berarti bahwa pada tahun itu telah terdapat suatu kekuasaan di Manila. Tentunya kekuasaan yang ada itu tidak muncul pada saat itu, melainkan pada waktu sebelumnya, sehingga itu berarti Manila telah eksis jauh sebelumnya.

Pada akhir abad ke-15, Manila berada di bawah kekuasaan Sultan Bolkiah (1485-1521) dari Kerajaan Brunei. Saat itu, Manila disebut Seludong dan menjadi mandala Kesultanan Brunei dengan penguasa wilayah seorang raja. Pada masa kekuasaan Sultan Bolkiah, Islam berkembang luas dan masyarakat Manila merupakan masyarakat Muslim yang relatif makmur di bawah pemerintahan raja Muslim keturunan Melayu.

Dapat diperkirakan bahwa Islam telah masuk Manila pada masa sebelumnya melalui hubungan bisnis. Ini karena kawasan Teluk Manila telah lama menjadi salah satu pusat kegiatan dagang. Apalagi di kawasan selatan Filipina, Islam telah berkembang sejak pertengahan abad ke-14 M. Masjid pertama kali berdiri di Filipina adalah Masjid Syeikh Karimul Makhdum yang dibangun 1380 M di Simunul, pulau paling selatan Filipina, tempat dari mana Islam pertama kali masuk ke negeri tersebut. Bahkan menurut Victor Taylor, ada pendapat bahwa Islam telah diperkenalkan di Filipina sejak abad ke-10 M oleh pedagangpedagang Arab yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat dan menyiarkan Islam melalui dagang dan perkawinan.

Menjelang kedatangan bangsa Spanyol ke Filipina pada abad ke-16, Filipina telah menjadi negeri Muslim seperti kepulauan Melayu lainnya. Di Mindanao, pulau terbesar kedua di Filipina, telah terdapat beberapa kesultanan, seperti Kesultanan Sulu, Kesultanan Lanao, dan Kesultanan Maguindanao. Di Manila terdapat Kerajaan Seludong (kemudian menjadi Manila) yang merupakan mandala Kesultanan Brunei, yang ketika tahun 1571 M terjadi invasi Spanyol, mandala diperintah oleh Raja Sulaiman III. Raja Sulaiman melakukan perlawanan terhadap Spanyol, namun tidak berhasil. Manila dibumihanguskan oleh Miguel Lopez de Legazpi, jenderal yang memimpin penaklukan Manila. Sejak itu, Manila berada di bawah kekuasaan kolonial Eropa, hingga ditaklukkan oleh Amerika pada tahun 1898.

Kolonialisme Spanyol atas Filipina telah mengubah perjalanan sejarah negeri ini. Dari negeri dengan pemerintahan kesultanan Islam menjadi seperti sekarang ini melalui proses minorisasi. Kini penduduk Muslim tinggal 11 % menurut estimasi sebuah badan pemerintah National Commission on Muslim Filipinos (NCMF). Tetapi pendapat lain mengatakan hanya 5,5 % saja. Di Manila sendiri warga Muslim hanya 1 % lebih sedikit.

Taylor mengatakan, “Ini adalah hasil dari 333 tahun pemerintahan kolonial Spanyol atas Filipina yang diikuti oleh 42 tahun kekuasaan Amerika.” Masih menurut Taylor, “Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa kalaulah tidak karena selingan kekuasaan kolonial Spanyol dan Amerika selama 375 tahun, Filipina telah menjadi sebuah negeri Muslim hari ini.” Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh Hannbal Bara, anggota komite eksekutif National Commision for Culture and Arts (NCCA) di bawah kantor Presiden, “Seandainya garis perkembangan ini tidak diganggu oleh kolonialisme Barat, Islam akan mewarnai keseluruhan perjalanan kebangsaan Filipina.”

Di Manila terdapat Benteng Intramuros, peninggalan Spanyol. Kata intramuros berasal dari bahasa Latin dan Spanyol: intra, bahasa Latin, berarti di dalam, dan muro, bahasa Spanyol, berarti tembok, sehingga intramuros berarti di dalam tembok. Artinya “kota di dalam dan dilindungi tembok”. Benteng ini didirikan pada Juni 1571 oleh conquistador Spanyol, Miguel Lopez de Legazpi, pemimpin invasi Spanyol ke Filipina dan kemudian menjadi Gubernur Jenderal pertama Filipina. Benteng yang hanya seluas 0,67 km2 itu dibangun di atas lokasi kota berbenteng Seludong, tempat istana Raja Sulaiman III yang dibumihanguskan saat pertempuran merebut Manila dari tangan sang Raja.

Prof Dr H Syamsul Anwar MA, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 6 Tahun 2017

Exit mobile version