Pertanyaan:
Assalamu alaikum wr. wb.
Pernah saya dalam sebuah perjalanan, saya belum melaksanakan shalat Magrib, sampai tiba waktu Isyak, memang saya berniat untuk melaksanakan jamak ta’khir. Di perjalanan saya mendengar adzan Isyak. Pada saat saya sampai di masjid, kaum muslimin sedang berjamaah melaksanakan shalat Isyak. Saya bingung ikut jamaah Isyak baru melaksanakan shalat Magrib atau saya shalat Magrib dan Isyak sendiri?
Yuliardi, Padang, Sumatera Barat
(disidangkan pada hari Jum’at, 17 Muharram 1437 H / 30 Oktober 2015)
Jawaban:
Wa ‘alaikumus-salam wr. wb.
Terima kasih atas pertanyaan saudara. Pertanyaan yang sama pernah dibahas dalam buku Tanya Jawab Agama jilid 1 halaman 59-60 cetakan ke 7, namun demikian perlu kami perjelas kembali isinya sebagai berikut:
Cara melakukan shalat jamak yang dilaksanakan pada akhir waktu (jamak ta’khir) secara tegas tidak ditentukan, apakah Dzuhur dulu kemudian Asar atau sebaliknya. Demikian pula apakah Isyak dulu kemudian Magrib atau sebaliknya. Untuk jelasnya dapat diketahui hadis-hadis sebagai berikut:
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيْغَ الشَمْسُ أَخَّرَ الظُهْرَ إِلَى وَقْتِ العَصْرِ ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا فَإِنْ زَاغَتْ الشَمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَى الظُهْرَ ثُمَّ رَكِبَ [رواه البخارى و مسلم].
Dari Anas bin Malik (diriwayatkan), dia berkata: Rasulullah saw apabila berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau mengakhirkan Dzuhur sampai waktu Asar, kemudian beliau berhenti lalu melakukan jamak dan apabila berangkat sesudah tergelincir matahari beliau mengerjakan shalat Dzuhur dahulu, barulah berangkat [HR. al-Bukhari dan Muslim].
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ فِى غَزْوَةِ تَبُوكَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَجْمَعَهَا إِلَى الْعَصْرِ فَيُصَلِّيهِمَا جَمِيعًا وَإِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ زَيْغِ الشَّمْسِ صَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا ثُمَّ سَارَ وَكَانَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ الْمَغْرِبِ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْعِشَاءِ وَإِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ الْمَغْرِبِ عَجَّلَ الْعِشَاءَ فَصَلاَّهَا مَعَ الْمَغْرِبِ [رواه أبو داود]
Dari Muadz bin Jabal (diriwayatkan), bahwasannya Nabi saw di dalam perang Tabuk, apabila berangkat (dari tempat persinggahan) sebelum tergelincir matahari, maka beliau mengakhirkan Dzuhur sampai waktu Asar, dan menjamaknya dengan shalat Asar. Apabila beliau berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau menjamak shalat Dzuhur dan Asar, kemudian beliau berangkat. Apabila beliau berangkat sebelum waktu Magrib, beliau mengakhirkan shalat Magrib dan beliau kerjakan bersama dengan shalat Isyak, dan apabila berangkat sesudah Magrib segerakan Isyak itu dan mengerjakannya beserta shalat Magrib [HR. Abu Dawud].
Dari kedua hadis tersebut tidak kita dapati tata cara mengerjakan jamak ta’khir dari segi mana yang harus didahulukan. Bahkan dari riwayat yang lainpun kita tidak mendapatkan tata cara yang dimaksudkan. Dengan demikian jamak ta’khir itu dapat dilakukan Dzuhur dulu baru Asar atau sebaliknya bila melakukan jamak ta’khir antara Dzuhur dan Asar, dan dapat pula Magrib dulu baru Isyak atau sebaliknya jika mengerjakan jamak ta’khir antara Magrib dan Isyak.
Adapun mengenai persoalan saudara yang berkaitan dengan shalat jamaah, ada beberapa hadis tentang keutamaan shalat jamaah, antara lain sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلاَةُ اْلجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ اْلفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً [رواه البخاري]
Dari Ibnu Umar ra (diriwayatkan), bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Shalat jamaah itu melebihi keutamaan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat” [HR. al-Bukhari].
حَدَثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِى عَمْرَةَ قَالَ دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ المسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ المغْرِبِ فَقَعَدَ وَحْدَهُ فَقَعَدْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ -صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُوْلُ مَنْ صَلَى العِشَاءَ فىِ جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ الْلَيْلِ وَمَنْ صَلَى الصُبْحَ فِى جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَى اللَيْلَ كُلَّه [رواه مسلم]
Diceritakan oleh Abdurrahman bin Abu Amrah, dia berkata: Suatu hari sesudah shalat Magrib, Usman bin Affan masuk masjid. Beliau duduk sendirian, lalu aku temani beliau. Beliau berkata: Keponakanku, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isyak dengan berjamaah, maka seakan-akan dia melakukan shalat setengah malam penuh dan barangsiapa yang melaksanakan shalat subuh berjamaah maka seakan-akan dia melakukan shalat satu malam secara penuh” [HR. Muslim].
Berdasarkan keterangan di atas, kami berpendapat bahwa sebaiknya anda melaksanakan shalat Isyak berjamaah terlebih dahulu kemudian mengerjakan shalat Magrib sebagai jamak ta’khir, mengingat shalat jamaah lebih utama daripada shalat sendiri.
Wallahu a’lam bish-shawab
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 9 Tahun 2016