اَلإِنسَانُ مَحَلُّ الخَطَاِ وَ النِسْيَانِ
Artinya: Manusia tempatnya salah dan lupa
Secara disengaja maupun tidak, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan pun bermacam-macam. Ada yang menggunakan lisannya lalu menyakiti perasaan atau dari tingkah lakunya menjatuhkan harga diri seseorang. Tidak jarang dari sebuah kesalahan timbul permusuhan dan perpecahan. Membuat keadaan semakin tidak terkendali dengan saling melontarkan cacian dan hinaan. Menebarkan kebencian ditengah-tengah manusia. Sampai pada terror pun sudah sangat lazim dilakukan manusia kepada siapa saja yang dianggap telah menyakiti hatinya.
Kesalahan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja, tidak mengenal apa dan siapa dirinya. Besar, kecil, tua, muda, kaya, miskin, seluruhnya memiliki kemampuan untuk melakukan kesalahan. Dengan demikian tidak serta-merta Islam membenarkan serta memperbolehkan perbuatan atau perilaku salah yang dilakukan manusia. Namun Islam punya cara tersendiri untuk menyikapi hal tersebut. Rasulullah saw bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya: Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya. (HR. At Tirmidzi no. 2499, Hasan)
Memaafkan kesalahan orang lain adalah hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ibnul Jauzi rahimahullah pada satu kesempatan pernah berkata bahwa melupakan kesalahan orang lain adalah sifat orang-orang mulia. Karena manusia tidak ada yang lepas dari kesalahan dan dosa. Apabila seseorang selalu memperhatikan setiap kesalahan orang lain, ia akan lelah dan membuat orang lain lelah. Orang yang cerdas adalah orang yang tidak menghitung-hitung kesalahan saudaranya, tetangganya, temannya dan keluarganya. Oleh karena itu Imam Ahmad rahimahullah dalam kitab Tahdzibul Kamal 19/230 berkata, “Sembilan persepuluh akhlak yang baik ada pada taghoful (melupakan kesalahan saudaranya).” Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah saw bersabda, “Dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba yang memaafkan saudaranya selain kemuliaan.”
Selain itu, orang yang suka memaafkan kesalahan saudaranya akan membuat hatinya lapang dan tenang. Orang yang demikian tidak akan terperangkap kepada sesuatu yang sia-sia, lebih bijaksana dan mampu mengendalikan diri kapanpun dan dimanapun tempatnya. Ada satu alasan kenapa kita harus memaafkan kesalahan saudara kita, menurut hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Barang siapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat.” (Iko)