Oleh: Hidayah Hariani
Madrasah di Indonesia merupakan nama istilah dari sekolah yang mempelajari pengetahuan agama Islam. Biasanya, madrasah kerap dikenal sebagai tempat belajar Al-Qur’an, mengaji kitab, pengetahuan tentang Islam dan yang berkaitan dengan keislaman. Namun, istilah ini berbeda penggunaan di negara Kamboja. Madrasah di Kamboja kian akrab dikenal sebagai pondok pesantren. Di sisi lain, istilah santri (siswa) dalam bahasa Khmer (bahasa lokal Kamboja) dinamakan konsah (eorang anak yang belajar dalam bahasa lokal Kamboja.). Sapaan kepada guru kerap dipanggil ustadz dan ustadzah.
Salah satu Madrasah yang penulis kunjungi aalah Madrasah Norol Iman yang terletak di sebuah desa kecamatan Chroy Methrey Provinsi Kandal Kamboja. Madrasah Nurul Iman memiliki beberapa tingkat sekolah, mulai dari TK, SD, SMP dan SMA. Di kelas TK terdapat 200 orang jumlah siswa dan siswi yang terdiri dari kelas 1A, 1B, 2A dan 2B. Sedangkan siswa SD berjumlah 500 orang yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6. Dan siswa SMP dan SMA terdapat 300 siswa dengan jumlah keseluruhan terdapat 1000 siswa dan siswi Norol Iman pada tahun 2019.
Siswa yang duduk di tingkat SD biasanya belajar Iqra’ selama dua jam pelajaran setiap harinya. Namun, dalam seminggu, jadwal mata pelajaran Iqra’ dilaksanakan tiga kali dalam sepekan. Maka, total jam pelajaran Iqro’ sebanyak enam jam pelajaran dalam sepekan.
Penulis melakukan wawancara kepada salah satu Ustazah di Nurul Iman, Ustazah Safini sebagai pengajar Iqra’. Ia mengatakan bahwa seluruh siswa masuk pukul 07.00 waktu setempat. Biasanya diadakan apel pagi untuk seluruh siswa dan ustadz dan ustadzahnya dengan perwakilan enam siswa sebagai petugas apel di depan. Adapun rangkaian apel pagi di Madrasah Norol Iman yaitu diawali dengan membaca dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam juz 30. Kemudian membaca dan menghafalkan salah satu hadis, menyanyikan mars madrasah, membaca salawat dan terakhir baris-berbaris atau pemanasan olahraga.
Apel pagi biasanya dilaksanakan dengan durasi 10-20 menit. Setelah apel pagi, maka seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing dan memulai pembelajaran pada pukul 07.15 waktu setempat. Setiap satu jam pelajaran menghabiskan waktu 45 menit. Biasanya, setiap kelas terdapat 40-45 jumlah siswa dalam sauu kelas. Dalam setiap pertemuan tatap muka, Ustadz atau Ustadzah mengawali pembelajaran dengan membaca doa pembuka belajar bersama yang di pimpin oleh Ustadz atau Ustadzah yang bertugas. Pelaksanaan selanjutnya, Ustadz atau Ustadzah menunjuk salah satu siswa untuk memimpinnya di depan kelas.
Bagi para guru, masih berpendapat kurangnya fasilitas dan metode baru agar anak-anak tidak bosan ketika belajar AL-Qur’an. Apabila hanya menggunakan buku Iqro’ kebanyakan siswa akan merasa bosan dan tidak cepat dalam menangkap pelajaran. Kesulitan yang dihadapi dalam mengajar kelas SD di Madrasah Norol Iman adalah mereka butuh pengulangan sampai 2 atau 3 hari untuk meyakinkan benar-benar bisa pada materi itu. Selain itu juga kesulitannya dalam mengatur ketika didalam kelas akan tetapi masih bisa dalam kendali.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehari-hari yang diterapkan di Madrasah Nurul Iman kelas meliputi membaca, menulis, memahami al-Qur’an, dalam mengawali dan mengakhiri pembelajaran Al-Qur’an. Dengan begitu, besar harapan dari para guru yang mengajar termasuk penulis yang pernah beberapa kali mengajar dalam kelas. Kelak akan membuat masa depan mereka menjadi masa depan yang cerah untuk membawa Muslim di Kamboja menjadi Muslim yang berpengetahuan dan berfikir yang maju.
Hidayah Hariani, Reporter Suara Muhammadiyah, Alumni KKN Internasional di Kamboja