‘Aisyiyah dan Kepemimpinan

Oleh: M Muchlas Abror

‘AISYIYAH adalah organisasi perempuan dan hingga kini tetap menjadi salah satu organisasi otonom Muhammadiyah. ‘Aisyiyah berdiri pada tanggal 27 Rajab 1335 H bertepatan tanggal 19 Mei 1917. Ketika Muhammadiyah di bawah kepemimpinan KH Ahmad Dahlan (1912 – 1923). Jadi, menurut Kalender Hijriyah, pada bulan Rajab tahun ini, ‘Aisyiyah berumur 101 tahun. Sedangkan menurut Kalender Miladiyah, ‘Aisyiyah satu abadnya masih dua tahun lagi. Karena itu, Muktamar ‘Aisyiyah, pada tanggal 3 – 7 Agustus 2015, di Makassar disebut Muktamar ‘Aisyiyah Satu Abad. Tentu Muktamar itu mempunyai nilai dan arti penting sendiri.

‘Aisyiyah lahir atas keprihatinan dan kepedulian KH Ahmad Dahlan. Setelah beliau melihat kemiskinan, keterbelakangan, dan ketertinggalan kaum perempuan di Indonesia, khususnya Muslimat. Mereka berada dalam kelemahan, jauh dari kemajuan, dan seolah tidak memiliki peran sama sekali, paling hanya sebagai kanca wingking. Bahkan, sering dikatakan suwarga nunut, neraka katut. Mereka umumnya tidak mendapatkan pendidikan. Itu antara lain yang mendorong suatu hari beliau mengundang rapat. Setelah menjelaskan maksud rapat, beliau membuka kesempatan untuk pembahasan. Hadir KH Muchtar, KH Fachruddin, dan Ki Bagus Hadikusumo. Rapat menyepakati perlunya dibentuk organisasi perempuan dalam Muhammadiyah. Diterima usul KH Fachruddin, organisasi ini diberi nama ‘Aisyiyah.

KH Ahmad Dahlan sangat besar perhatiannya terhadap kaum perempuan. Beliau tidak tinggal diam, tetapi bergerak dan menggerakkan. Beliau aktif membuat kader. Tiga gadis Kauman, yaitu Bariyah, Wadingah, dan Dawimah diarahkan masuk sekolah “Neutraal Meisjes School”. Itu angkatan pertama dan menyusul angkatan berikutnya, yaitu Dalalah, Busyro, Zaenab, Aisyah, Dauchah, Hayinah, dan Badilah. Mereka yang bersekolah umum itu diberi kursus dan pendidikan agama sore hari langsung dari beliau dan isterinya. Selain itu, beliau membuka Madrasah Diniyah. Di antara siswinya yaitu Munjiyah dan Umniyah.

‘Aisyiyah kini telah berusia satu abad. Eksis, tiada henti berkiprah, dan berkembang. Itu menunjukkan kepemimpinan ‘Aisyiyah berjalan baik dan lancar. Kepemimpinan berarti proses dan kemampuan mengarahkan, menggerakkan, dan memengaruhi orang lain. Sehingga bersedia melakukan sesuatu dengan senang hati. Kepemimpinan ‘Aisyiyah, sebagaimana halnya dalam Muhammadiyah, bersifat kolektif kolegial. Kepemimpinan ‘Aisyiyah berhasil dalam operasional secara vertikal dan horizontal karena tidak mengedepankan instruksi (komunikasi satu arah). Meskipun sekali waktu diperlukan. Tetapi banyak menggunakan konsultasi dan membangkitkan partisipasi. Juga melakukan pengendalian melalui biimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Selain itu, keteladanan dan ketulusan diutamakan.

Anggota ‘Aisyiyah yang terpilih dalam Musyawarah (Rapat Tahunan / Kongres / Muktamar) untuk mengemban amanah menjadi Ketua PP ‘Aisyiyah datang silih berganti secara lancar. Dalam kepemimpinan ‘Aisyiyah selama satu abad, yang pernah menjadi Ketua PP ‘Aisyiyah adalah sbb: (1) Ibu Bariyah, (2) Nyai Walidah Ahmad Dahlan, (3) Ibu Aisyah, (4) Ibu Munjiyah, (5) Ibu Badilah, (6) Ibu Hayinah, (7) Prof Dra Siti Baroroh Baried, (8) Dra Elyda Djazman, (9) Prof Dr Siti Chamamah Soeratno, (10) Dra Noordjannah Djohantini, MM, MSi.

Kehadiran ‘Aisyiyah selama satu abad dengan kepemimpinan yang baik dari masa ke masa telah memberi kontribusi besar. Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Nyai Walidah Ahmad Dahlan karena keberhasilannya mendidik dan membina perempuan-perempuan muda sebagai para calon pemimpin. ‘Aisyiyah menjadi perintis pendidikan usia dini dan pendidikan kaum perempuan. ‘Aisyiyah turut memprakarsai terselenggaranya dan mewarnai Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta tahun 1928. Amal Usaha ‘Aisyiyah di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dll sesuai dengan perjalanan zaman juga terus meningkat dan berkembang. Semua itu harus disyukuri.

‘Aisyiyah telah menempuh perjalanan jauh dan umurnya pun telah satu abad. Pasti banyak yang telah dilihat, dialami, dan dirasakan. Teruslah ‘Aisyiyah melangkah untuk banyak berbuat yang bermanfaat. Allah SwT akan mengaruniai rahmah dan berkah. Percayalah!

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 10 Tahun 2015

Exit mobile version