MUSCAT, Suara Muhammadiyah – Sultan Oman yaitu Sultan Qaboos bin Said Al Said dikabarkan telah meninggal pada Jumat 10 Januari 2020. Dilansir dari Al Jazeera (11/01) Sultan Qaboos meninggal setelah memimpin Oman selama 49 tahun, atau lebih dari empat dekade.
Sultan Qaboos, telah sakit selama beberapa waktu dan diyakini menderita kanker usus besar. Dia menghabiskan satu minggu di Belgia menjalani perawatan medis pada awal Desember tahun lalu.
Ia memerintah Oman sejak menggulingkan rezim ayahnya, Said Al Said, dalam kudeta damai pada tahun 1970.
Sejak mengambil alih kekuasaan, Qaboos mengubah Oman dari daerah terpencil yang terisolasi, dengan sedikit atau tanpa infrastruktur, menjadi negara yang lebih modern.
Sultan Qaboos lahir pada 18 November 1940 di Salalah, ibukota provinsi Dhofar di Oman selatan.
Qaboos adalah keturunan langsung dari pendiri dinasti Al Said, yang menciptakan rezim kesultanan di Oman pada 1600-an setelah mengusir kepemimpinan Portugis dari Muscat (sekarang ibu kota Oman).
Sultan Qaboos menempuh pendidikan di India dan di Royal Military Academy di Sandhurst.
Setelah menyelesaikan pelatihan militernya dengan tentara Inggris di Jerman, ia mempelajari pemerintahan lokal dan memulai tur budaya global. Dia kembali ke Oman pada tahun 1964, dan menghabiskan sebagian besar waktunya sesudah mempelajari hukum Islam dan sejarah Oman.
Di seluruh pemerintahan lima dekade Sultan Qaboos, ia dipuji karena menggunakan kekayaan minyak Oman untuk mengubah negara Teluk yang berpenduduk jarang menjadi negara kaya. Dengan industri pariwisata menakjubkan dan standar hidup yang tinggi.
Sultan Qaboos juga membawa Oman punya peranan penting tidak hanya di negaranya, tapi juga di kawasan Teluk dan kawasan Timur Tengah secara luas. Sehingga kematiannya merupakan kesedihan dan kehilangan yang mendalam di kawasan tersebut, sebagaimana yang dikatakan James Bays, Editor Diplomatik Al Jazeera.
Di sisi lain, kematian Sultan Qaboos juga memunculkan tanda tanya besar soal siapa orang yang akan menggantikan posisinya sebagai pemimpin Oman. Hal ini dikarenakan Sultan Qaboos tidak memiliki anak atau saudara laki-laki, yang kemudian bisa menggantikan posisinya. (ran)