Kenapa harus Istiqomah ? Sebab Allah lebih mencintai kebaikan-kebaikan yang kecil namun konsisten dilakukan setiap hari. Salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah ialah dengan melakukan hal—hal baik meskipun nilainya kecil. Namun jika konsisten dijalankan akan menjadi luar biasa. Al-Qur’an mengistilahkan konsisten dengan kata ‘Istiqamah’.
Jika diartikan secara luas, istiqamah merupakan perbuatan yang merealisasikan semua perintah dan menjauhi semua larangan, yang meliputi pekerjaan hati dan anggota badan secara terus menerus dan dalam waktu tertentu. Allah swt berfirman,
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
“Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (Fusshilat:6)
Secara bahasa, istiqamah berarti al-i’tidâl (lurus). Sedangkan menurut syari’at, istiqâmah adalah meniti jalan lurus yaitu agama yang lurus (Islam) tanpa menyimpang ke kanan atau ke kiri dan mencakup seluruh ketaatan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi dan meninggalkan seluruh yang dilarang. Senada dengan firman Allah SwT.,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah. “Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Fusshilat:30)
Al-Qusyairi menjelaskan bahwa istiqamah itu tingkat sempurnanya suatu perkara. Dengan adaya istiqamah, akan memunculkan kebaikan-kebaikan lainnya. Imam an-Nawawi mengartikan istiqomah sebagai etika yang tetap konsekuen dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.
Istiqamah terdiri dari beberapa jenis-jenis. Pertama, istiaomah hati. Pada dasarnya, istiqamah adalah konsekuen hati terhadap tauhid. Apabila hati telah istiqamah pada ma’rifatullah, rasa takut kepada-Nya, mengagungkan dan mencintai-Nya, berdoa dan meminta kepada-Nya dan tawakkal penuh kepada-Nya, niscaya seluruh anggota badan adalah prajuritnya. Ibarat seorang Raja apabila berlaku benar, maka prajuritnya akan berlaku benar.
Kedua, istiqamah lisan. Setelah hati, hal yang perlu diperhatikan dalam istiqamah dalam istiqamah adalah lisan (ucapan). Karena ucapan merupakan penerjemahan bagi hati. Hal ini ditegaskan oleh hadits Nabi saw., bahwasannya seorang sahabat ra. bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, apa yang paling perlu saya takuti?” mendengar pertanyaan itu Rasulullah saw. lalu memegang mulutnya.” (H.R. Tirmidzi)
Disebutkan pula dalam riwayat lain, ”Tidaklah benar iman seseorang hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benra hati seorang, hingga benar lisannya.”(H.R. Imam Ahmad dari Anas RA.)
Banyak manfaat istiqamah yang dapat dirasakan. Dapat membangun keteguhan dan kemenangan, kekuatan dan keberuntungan bahkan di medan pertempuran antara ketaatan dan hawa nafsu. Karena itu, malaikat layak turun kepada orang-orang yang istiqamah, mengusir segala ketakutan dan keresahan, memberikan kabar gembira dengan surga dan menegaskan bahwa mereka (malaikat) senantiasa mendampingi orang-orang yang berbuat baik di dunia maupun di akhirat.(rahel)