TULUNGAGUNG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Tulungagung mengadakan milad Muhammadiyah ke-107 dengan mengadakan tabligh akbar di GOR Lembu Peteng Tulungagung bersama Prof Dr KH Din Syamsuddin, MA, Ahad (12/1).
Pak Din, panggilan akrab beliau merasa tidak asing berada di Tulungagung. Sudah beberapa kali di antaranya ketika menjadi Dirjen Binapenta Depnaker di awal reformasi pada periode 1998-2000. Beliau datang ke Tulungagung untuk pembinaan kepada pemerintah Tulungagung terkait Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang salah satu penyumbang terbesar dari Tulungagung.
“Dulu TKI se-Indonesia bisa menghasilkan devisa buat negara 8 trilyun. Tapi sekarang setelah tadi ngobrol dengan Bupati Tulungagung Maryoto Bhirowo, MM untuk Tulungagung saja devisa yang masuk mencapai 2,1 trilyun tiap tahunnya,” ungkap Ketua PP Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 ini.
“Jumlah segitu merupakan sumbangan besar tenaga kerja kita kepada kemajuan Tulungagung,” imbuhnya.
Sebelum datang ke GOR Lembu Peteng, Pak Din disambut oleh Bupati di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso. Beliau dijelaskan oleh Bupati arti tafsir penamaan Tulungagung yang ada dua yaitu pertama, pertolongan yang besar.
“Saya berharap Tulungagung bisa menjadi pertolongan yang besar bagi bangsa ini. Kedua, Tulungagung berarti sumber yang besar, dimana dulu ada sumber air yang besar di tengah alun-alun kota yang airnya tidak pernah mati,” tambahnya.
Profesor lulusan University of California, Amerika Serikat tahun 1996 ini juga bercerita ketika didatangi utusan Uni Eropa saat menjadi Ketua PP Muhammadiyah. Beliau ditanya berapa gaji Ketua PP Muhammadiyah. Beliau menjelaskan tidak ada.
“Bermuhammadiyah teologinya memberi dan melayani bukan meminta-minta. Maka tidak mengherankan jika pengurus Muhammadiyah mulai dari pusat hingga daerah tidak mendapatkan gaji atau honorarium. Prinsipnya tangan di atas lebih mulia,” ujar Ketua PP Pemuda Muhammadiyah periode 1989-1993.
“Muhammadiyah selalu mendukung pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga sesuatu yang lumrah jika pemerintah mendukung dakwah Muhammadiyah. Hubungan yang akrab ini harus terus-menerus dipelihara,” tambahnya.
Suasana pengajian yang agak gerah dengan banyak jamaah yang kipas-kipas dengan kertas tidak menyurutkan semangat jamaah. Buktinya tidak ada jamaah yang keluar dari gedung GOR yang padat. Disela-sela ceramahnya beliau juga menyisipkan candaan kepada Kokam. Pengalaman jika pernah ceramah dikawal kokam dan baru setengah jam ada suara gedebuk ternyata ada yang pingsan.
“Kokam harus kuat fisik dan iman. Agar kuat menghadapi hidup dan tidak pingsan saat mengawal pembicara,”tambahnya disambut tawa hadirin.
Apa yang membawa jutaan manusia di sana menjadi Muhammadiyah? Untuk mencari ridho Allah. Dulu ketika mengisi ceramah di daerah banyak jamaah tabligh akbar datang berbondong-bondong dengan truk. Truk yang isinya berkerudung kuning berbatik hijau.
“Siapapun yang bermuhammadiyah, sama saja dia sedang hidup berfisabilillah. Hidup di jalan Allah,” jelas Pak Din yang saat ini menjabat Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan.
Warga Muhammadiyah juga berkeyakinan jika Pancasila merupakan keberkahan bagi ummat Islam. hasil dari perjuangan Muhammadiyah dan ormas yang lain.
“Maka keberkahan ini patut dijaga agar keberkahan ini tetap terjaga untuk kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,”terangnya.
Implementasinya Muhammadiyah memberikan keberkahan kepada siapapun tidak peduli agama, suku dan etnisnya. Terbukti dengan Universitas Muhammadiyah Kupang sering diplesetkan Universitas Muhammadiyah Kristen, 75 persen mahasiswa dari Kristen. Universitas Muhammadiyah Sorong 9000 mahasiswanya dari Kristen. Di Kabupaten Sorong juga ada Universitan Pendidikan Muhammadiyah 85 persen dosen dan mahasiswanya juga dari Kristen.
“Walikota Jayapura sekarang yang bernama Benhur Tomy Mano atau yang akrab disapa BTM merupakan alumni SMP Muhammadiyah YAPPIS Abepura. Dan beliau bangga pernah bersekolah di Muhammadiyah,” terang Pak Din.
“Terakhir saya mau bilang jangan pernah lelah berkiprah di Muhammadiyan dan masyarakat luas. Lakukan kerja nyata. Dan bukti Muhammadiyah Tulungagung melakukan kerja nyata jika berhasil menjadikan Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) menjadi Universitas Muhammadiyah Tulungagung,”ungkapnya sebagai penutup dari ceramahnya. (Muslih Marju/Riz)