Pada malam peringatan 45 tahun Muhammadiyah yang bertepatan dengan 22 November 1957 Ir H Djuanda Kartawidjaja Perdana Menteri Indonesia yang ke-10 turut hadir dan memberikan sambutannya kepada seluruh anggota Muhammadiyah dan tamu undangan yang datang. Djuanda yang pernah menjadi Pimpinan Sekolah Muhammadiyah tersebut memberikan sambutan tidak lama setelah dirinya diangkat sebagai Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 9 April 1957 menggantikan Ali Sastroamidjojo.
Adapun sambutan Ir Djuanda sebagaimana dalam Majalah Suara Muhammadiyah Nomor 10 Tahun 1957 yang disampaikan adalah sebagai berikut:
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saudara Ketua Panitia Yth. Paduka Yang Mulia Presiden. Saudara-saudara yang terhormat.
Saudara-saudara, saat yang kita peringati ini adalah sangat bersejarah. 45 tahun yang lalu pada tanggal 18 November 1912, almarhum KH Achmad Dahlan telah berhasil mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Terdorong oleh rasa tanggung jawab besar sekali terhadap Agama dan Bangsa, beliau menyusun organisasi Muhammadiyah. Pada waktu itu keadaan yang dihadapi sangat menyedihkan. Agama Islam tidak mendapat perhatian masyarakat sebagaimana mestinya. Umat Islam bercerai-berai, sedangkan pengajaran Agama Islam menunjukkan gejala-gejala kemerosotan. Tetapi, meskipun pada waktu itu dihadapinya pula suatu pemerintahan jajahan Belanda, dengan keinsyafannya untuk menjalankan suatu wajib terhadap Agama dan Bangsa, KH Achmad Dahlan dapat mengembangkan Muhammadiyah menjadi suatu organisasi yang besar dan melebar keseluruh penjuru Tanah Air kita.
Dengan tidak menghiraukan rintangan-rintangan dan kesulitan, Muhammadiyah terus melanjutkan usaha-usahanya. Tujuan untuk memajukan dan menggembirakan pelajaran dan pengajaran agama Islam dicapai dengan memberikan penerangan-penerangan agama yang didasarkan pada pikiran rasional yang ternyata dapat memenuhi suatu kebutuhan masyarakat dan dapat mengisi kekosongan dalam kehidupan Bangsa Indonesia yang beragama Islam. Tempat-tempat Pendidikan dan pengajaran berdiri dimana-mana. Sekolah-sekolah dibuka untuk menambah kesempatan rakyat mencari pengetahuan dan kepandaian.
Disamping itu, usaha-usaha untuk menolong kehidupan rakyat diadakan pula. Rumah-rumah sakit, rumah-rumah miskin, balai pengobatan, panti asuhan yatim piatu dan lain-lainnya didirikan. Bermacam-macam usahanya untuk mengisi kekurangan-kekurangan yang didapat dalam masyarakat, seperti memperbaiki dan menyempurnakan tempat-tempat ibadah, mendidik pemuda-pemudi supaya gemar beramal, memperbanyak kitab-kitab bacaan tentang agama Islam dan lain-lain.
Betapa besar sambutan rakyat terhadap pekerjaan yang dijalankan dengan penuh kerelaan hati itu, ternyata dari berdirinya cabang-cabang dan ranting-ranting Muhammadiyah dimana-mana. Demikian gambaran perjuangan Muhammadiyah sewaktu penjajahan Belanda.
Meskipun kesempatan untuk terus mengembangkan usaha-usahanya dalam zaman pendudukan Jepang sangat sempit, tetapi benih-benih yang telah tertanam tetap hidup, dan mulai saat kemerdekaan dapatlah usaha-usaha itu berkembang lagi, dan dapatlah Muhammadiyah mempertegas tujuannya.
Dan sekarang ini dapatlah Muhammadiyah dengan bangga menunjukkan hasil-hasilnya. Ratusan cabang, ribuan ranting-rantingnya yang tersebar diseluruh Indonesia, sampai ke Merauke dimana sekarang ini ada pula cabangnya. Hasil-hasil amalnya adalah sekolah-sekolah, madrasah-madrasah yang besar-besar. Dari sekolah rakyat sampai ke universitasnya dan perguruan tingginya terdapat di seluruh Negara kita. Dan sebagian besar berdiri atas usaha sendiri. Yang mendapat bantuan subsidi adalah sebagian kecil saja.
Dan bahwa dalam pendidikan itu diutamakan pula mutu yang tinggi, dapatlah dibuktikan dari jumlah pemimpin-pemimpin Bangsa Indonesia yang berasal dari sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Saya sendiri merasa berterima kasih pada kesempatan yang diberikan kepada diri saya pada tahun-tahun 1933 sampai 1937, kesempatan untuk menyumbangkan tenaga sebagai guru dan direktur S. M. M. di Djakarta dan saya tidak luput dari perasaan bangga jika saya sekarang dapat bertemu dengan bekas murid-murid saya yang telah dapat melanjutkan sekolah-sekolahnya dan berhasil menjadi doktor, ahli hukum dan insinyur-insinyur atau menduduki tempat-tempat yang terhormat dalam masyarakat.
Saudara-saudara. Kita Bangsa Indonesia dalam kehidupannya yang merdeka, sekarang telah sampai pada saat-saat dimana akan terbukti kemampuan kita untuk memelihara serta mengisi kemerdekaan kita. Kita sekarang sedang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang maha besar. Segala tenaga dan pikiran kita harus dicurahkan untuk membawa Negara ke arah yang menjadi tujuan kita bersama, yaitu Indonesia yang adil dan makmur.
Pembangunan secara berpedoman dan berencana adalah langkah pertama ke arah tujuan, dan itupun harus dijalankan bukan sekarang saja tetapi terus-menerus sampai tercapai tujuan kita. Betapa kebutuhan kita akan tenaga-tenaga yang terdidik untuk keperluan itu, tidak perlu diterangkan lagi. Dan untuk kelanjutan pekerjaan-pekerjaan kita, harus pula dipikirkan menyiapkan pemuda-pemudi kita yang akan menerima tugas seterusnya. Merekapun harus dididik supaya memiliki pengetahuan dan kepandaian, serta mempunyai perasaan tanggung jawab yang besar dan berbudi luhur.
Disamping kesibukan-kesibukan pembangunan itu, tidak boleh pula kita lupakan untuk meringankan kehidupan dan penderitaan-penderitaan di masyarakat.
Disinilah pemerintah, disamping menjalankan usaha-usahanya sendiri mengharapkan timbulnya inisiatif dikalangan masyarakat, supaya dapat membantu mengisi kekosongan yang terdapat.
Dalam hal ini pemerintah sangat berterima kasih kepada Muhammadiyah, yang telah berhasil turut memikul tanggung jawab pemerintah dengan kerelaan hati untuk sekian lamanya.
Seluruh masyarakat sungguh-sungguh dapat mengambil tauladan kepada usaha-usaha itu.
Harapan kami, mudah-mudahan Muhammadiyah dapat terus subur, terus dapat mencapai hasil-hasil yang lebih gilang gemilang untuk kepentingan bangsa dan negara kita.
Semoga Pimpinan Muhammadiyah senantiasa mendapat petunjuk dari yang Maha Esa, dan dapat menjalankan kebijaksanaannya dan menjaga tradisi Muhammadiyah yang cemerlang itu.
Sekian, terima kasih.
Djakarta, 22 November 1957.
Disamping isi pidato yang disampaikan diatas, pernahkah kita membayangkan Ir. Djuanda berdiri dihadapan kita? Seolah memberikan tamparan keras terhadap permasalahan yang sedang terjadi terhadap bangsa ini.
Isi pidato sambutan tersebut seperti telah mengkonfirmasi yang terjadi saat ini dengan apa yang dikatakan Menteri Keuangan pertama RI 63 tahun yang lalu tersebut. Perjalanan bangsa ini masih sangat panjang untuk mencapai tujuan bersama. Kita sebagai generasi penerus bangsa khususnya warga Muhammadiyah harus terus bergerak maju berjuang untuk menyongsong cita-cita para pendiri bangsa yaitu Indonesia yang berdaulat adil dan makmur yang dirahmati oleh Allah Swt.(diko)