YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Pimpinan Pusat (PP) Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) menyelenggarakan kajian bulanan dengan tema “Dakwah Perempuan Muda Muhammadiyah di Tengah Arus Islam Transnasional.” Tema yang diangkat merupakan pilar pertama yang diambil dari sepuluh Pilar Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul ‘Aisyiyah. Kajian tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Agung Danarto, MAg dan Majidah, Lc, MA selaku Departemen Dakwah Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Agung Danarto menjelaskan bahwa menurut pandangan Muhammadiyah, manusia hidup di dunia mempunyai dua tugas. Tugas yang pertama adalah untuk beribadah kepada Allah Swt (QS. Adz-Dzariyat: 56) dan tugas yang kedua adalah menciptakan rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya: 107). Kemudian manusia sempurna (al-Insan al-Kamil) sesuai dengan yang dipahami oleh Muhammadiyah adalah terkait ketaatan dalam beribadah kepada Allah dan keberhasilan dalam mewujudkan kesejahteraan bagi alam semesta.
“Kedua tugas tersebut tidak mungkin dapat dipasahkan, karena jika dipasahkan akan menjadikan kita sekuler. Sehingga di dalam dimensi ibadah harus ada rahmatan lil alamin dan di dalam rahmatan lil alamin harus ada dimensi ibadah,” tuturnya di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jum’at (17/1).
Menurut para ulama, Allah Swt menurunkan syariat ke muka bumi adalah untuk kemaslahatan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga dalam konteks al-insan al-kamil disini kita dapat membedakan, al-insan al-kamil menurut Muhammadiyah dan menurut sufi. Sedangkan menurut sufi, manusia sempurna adalah mereka yang dapat menghilangkan sisi-sisi kemanusiaan dalam diri, karena sisi kemanusiaan adalah hal yang dapat menghalangi dirinya untuk menyatu dengan Tuhan.
Ia melanjutkan, sebagai warga Muhammadiyah kita harus terus berada ditengah-tengah alam semesta, mengikuti segala dinamika kehidupan yang ada untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. “Sehingga tolok ukur manusia sempurna bagi Muhammadiyah adalah tertib dan taat dalam beribadah mahdah sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan dia memberikan banyak manfaat bagi orang lain,” ujarnya.
Majidah menyampaikan, Islam Transnasional adalah sebuah istilah yang ditunjukkan kepada organisasi Islam yang bergerak lintas negara, dimana pergerakannya melewati batas-batas teritorial negara yaitu seperti Ihwanul Muslimin (IM), Ahmadiyah, HTI, Salafiyah dan lain sebagainya.
Gerakan tersebut berorientasi kepada agenda penyatuan umat Islam di seluruh dunia dan idiologinya di dominasi dengan pemahaman dan pemikiran keagamaan yang skripturalis, tekstual normatif, radikal dan fundamental. Ada juga yang mengusung faham liberalisme, sekulerisme, pluralisme dari Barat.
“Dalam menangkal paham-paham yang tidak sesuai dengan paham Muhammadiyah maka yang harus dilakukan adalah kembali menguatkan dan mengukuhkan ideologi Muhammadiyah dengan cara massifikasi pengajian ranting, cabang, daerah untuk meneguhkan paham beragama. Meningkatkan kualitas dan kuantitas mubalighah NA, mengorbitkan mubalighah NA baik melalui media sosial dan platform dakwah lainnya,” ungkap Majidah.(diko)