PASURUAN, Suara Muhammadiyah – Selasa, 14 Januari 2020, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan tausyiyah pada acara Milad Muhammadiyah Kota Pasuruan ke-107 tahun.
Haedar Nashir menyampaikan bahwa menurut sejarawan Prof. Dr. Taufiq Abdullah kata “Mencerdaskan kehidupan Bangsa” dalam UUD 1945 merupakan sumbangan dari tokoh Islam, salah satu diantaranya adalah Ki Bagus Hadikusumo yang menjadi anggota BPUPKI sekaligus Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1942 – 1953. Dalam sejarahnya, Ki Bagus Hadikusumo merupakan pemegang kunci kompromi tentang tujuh kata dalam piagam Jakarta.
Demi bangsa dan negara yang baru satu hari merdeka, Ki Bagus melakukan dialog bersama tokoh-tokoh Islam lain di panitia Sembilan yang merumuskan piagam Jakarta dan akhirnya umat Islam bersedia mencoret tujuh kata serta mengkonversikannya dengan sila pertama. Sehingga sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa selain sangat fundamental, juga merupakan hasil titik temu dari seluruh kekuatan bangsa dan kerelaan seluruh kekuatan Islam untuk Indonesia. “Dan ini sebagai hadiah terbesar umat Islam Indonesia untuk NKRI,” ujarnya.
Oleh sebab itulah Muhammadiyah dalam Muktamar tahun 2015 yang lalu mengeluarkan dokumen resmi yang menjadi rujukan tentang bagaimana sikap, pandangan, dan posisi Muhammadiyah dalam berbangsa dan bernegara. Dengan lahirnya Indonesia sebagai “Darul ahdi wa syahadah” Muhammadiyah merupakan satu-satunya ormas yang memiliki dokumen dan pemikiran resmi yang menyatakan bahwa NKRI dengan seluruh elemen di dalamnya termasuk pembukaan UUD 1945, kebinekaan dan kesatuan wilayah Indonesia sebagai Negara Pancasila.
“Tidak cukup sampai disitu, Indonesia harus menjadi negara yang maju sebagaimana cita-cita nasional, maka penting bagi semua pihak untuk menjadikan Indonesia sebagai “Darul as-syahadah” tempat kita bersaksi, tempat kita berbuat, dan tempat kita berkiprah untuk memajukan Indonesia,” pesannya.
Ia melanjutkan bahwa Muhammadiyah merupakan ormas Islam modern yang mempunyai misi mencerdaskan kehidupan bangsa dan semesta. Ada dua landasan dalam aspek mencerdaskan ala Muhammadiyah. Pertama, dari aspek ajaran. Sejak awal, Islam adalah agama yang membawa misi mencerdaskan peradaban.
Bagi Muhammadiyah misi mencerdaskan bukan hanya pada otak tetapi juga jiwa, hati nurani, dan kehidupan umat manusia. Wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt dan penanda lahirnya Islam sebagai ajaran akhir zaman serta Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir yaitu perintah untuk membaca (iqra’). “Tentu kita semua sudah hafal ayat ini dan paham tentang bagaimana isinya, namun seringkali kita merasa lalai dalam mengamalkannya di seluruh aspek kehidupan,” tuturnya.
Demi mewujudkan masyarakat yang maju, umat islam harus mempunyai tradisi iqra’. Perintah iqra’ dalam makna khusus adalah membaca dan dalam makna yang lebih luas yaitu kegiatan pemikiran dan olah hati manusia untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an.
Kedua, dari aspek sejarah. Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman dihadirkan oleh Allah untuk membangun peradaban yang cerdas. Sebagai simbol, nabi lahir ditengah masyarakat arab yang disebut sebagai masyarakat jahiliyah. Selama 23 tahun setelah Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah, Islam berkembang sangat pesat, membangun peradaban dan menguasai dunia. Sejarah mencatat bahwa Islam dapat menaklukkan dunia tanpa ekspansi militer disebabkan karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin. “Kehadiran Islam dibutuhkan karena Islam memberikan pencerahan kepada setiap bangsa serta negara mana pun, dan itulah misi Muhammadiyah,” tutupnya.(diko/riz)