Istanbul: Dua Peradaban dalam Satu Kota

Istanbul: Dua Peradaban dalam Satu Kota

Hagia Sophia di Istanbul, Turki (Dok britannica)

Istanbul atau Istambul adalah kota terbesar di Turki. Hingga tahun 1930, orang-orang Barat lebih mengenalnya dengan nama Konstantinopel. Pada abad ke-19, beberapa orang menyebutnya Stambul dan jauh sebelumnya kota ini juga pernah dikenal sebagai Byzantium.

Sejak tahun 1985, berbagai peninggalan sejarah di Istanbul ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Penetapan Istanbul sebagai kota kebudayaan Eropa sudah direncanakan oleh Uni Eropa sejak tahun 2006, bersama dua kota lain di Eropa, yaitu Essen di Jerman dan Pecs di Hungaria.

Istanbul merupakan kota tempat bertemunya Timur dan Barat. Kota tersebut terletak di dua benua, Asia dan Eropa, sehingga disebut kota dua benua. Istanbul menyimpan kebudayaan yang sangat beragam, yang terdiri dari kebudayaan Barat yang bercampur dengan kebudayaan tradisional dari Timur. Bangunan-bangunan dan benda-benda seni yang terdapat di Istanbul merupakan pencampuran dari kebudayaan asli Turki, Byzantium, dan Romawi.

Sebagai kota terbesar kedua setelah Ankara, kegiatan perekonomian, perindustrian, pariwisata, hiburan, dan Pendidikan berkembang pesat di Istanbul. Berwisata ke Istanbul ibarat melakukan perjalanan ke masa lalu dengan peradaban yang modern. Berbagai bangunan peninggalan Romawi, Byzantium dan Turki Utsmani tetap terjaga dengan baik, berdampingan dengan bangunan-bangunan modern yang terus berkembang pesat.

Salah satu tempat wisata yang paling diminati oleh wisatawan adalah Selat Bosphorus. Selat tersebut menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Marmara, dan memisahkan Turki Asia dengan Turki Eropa.

Tempat bersejarah lainnya di Istanbul adalah Museum Hagia Sophia. Banyak ahli sejarah mengatakan bahwa Hagia Sophia dapat dinominasikan sebagai keajaiban dunia ke delapan. Hagia Sophia merupakan bangunan gereja yang dibangun oleh Konstantin pada abad ke-4. Hagia Sophia memiliki arsitektur bergaya Romawi. Hal tersebut terlihat dari eksterior dan interiornya yang mempunyai kubah besar dan megah.

Setelah Istanbul diebut oleh Turki Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fatih, Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi masjid. Meski demikian, ciri gereja pada masjid tersebut sama sekali tidak dihilangkan.(diko)

Exit mobile version