AR Fachruddin dikenal sebagai sosok ulama besar yang berwajah sejuk dan bersahaja. Kesejukannya sebagai pemimpin umat Islam bisa dirasakan oleh umat beragama lain. AR sangat akrab dengan panggilan Kiai Haji Abdur Rozak Fachruddin. Fachruddin biasa di sapa dengan ‘Pak AR’.
Pak AR lahir pada tanggal 14 Februari 1916 di Cilangkap, Purwanggan, Pakualaman, Yogyakarta. Ayah Pak AR merupakan seorang Lurah Naib atau Penghulu di Puro Pakualaman yang diangkat oleh kakek Sri Paduka Paku Alam VIII, berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Sedangkan ibunya adalah Maimunah binti K.H. Idris, Pakualaman.
Pak A.R mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk memajukan umat Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Di Muhammadiyah, Pak AR memulai berdakwah dari pimpinan Pemuda Muhammadiyah (1938-1941). Selanjutnya, Pak AR juga menjadi pimpinan mulai di tingkat ranting, cabang, wilayah, hingga sebagai Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jabatan sebagai ketua PP Muhammadiyah dipegangnya pada 1968 setelah di fait accompli menggantikan KH Faqih Usman, yang meninggal.
Pak AR pernah menjadi pemegang rekor pimpinan paling lama memimpin Muhammadiyah, yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Sikapnya yang merakyat inilah yang membuat periode kepemimpinannya dinilai sangat berhasil. Totalitas Pak AR dalam ber-Muhammadiyah, itu juga ditunjukkan dalam bentuk penolakannya ketika pemerintah Orde Baru berkali-kali menawarinya menjadi anggota DPR dan jabatan lainnya. Di sisi lain, Pak AR juga tetap menjaga hubungan baik dengan pemerintah, dan bekerja sama secara wajar. Sikap dan kebijakannya ini membuat warga Muhammadiyah merasa teduh, aman dan memberikan kepercayaan yang besar kepadanya.
Kata-Kata Motivasi dari Pak AR Fachruddin
Pada hakikatnya, tugas itu pertanggungjawaban kepada kepada Allah. (Pak AR)
Toleransi adalah umat Kristen leluasa melaksanakan ibadah di gereja-gereja. Umat Islam leluasa melakukan salat di masjid-masjid. Toleransi tidak diartikan bahwa uang dan bantuan lain dengan maksud diganti agamanya. (Pak AR)
Apabila ingin memperbaiki nasib kita, maka kita harus berani mengubah keadaan kita terlebih dahulu. (Pak AR)
Jika sedang berusaha didunia, tidak perlu putus asa, tak perlu terdesak oleh nafas dan tak perlu berkecil hati. Mari kita hadapi dengan jiwa besar, penuh keyakinan dan harapan. (Pak AR)
Orang yang tidak memiliki sesuatu, tidak mungkin memberikan sesuatu kepada orang lain. (Pak AR)
Jangan mencar-cari musuh, justru ajaklah semua pada kebaikan. (Pak AR)
Hubungan akrab itu bukan berarti menjilat, tetapi jauhkan diri dan bersikaplah konfrontatif. (Pak AR)
Berjalanlah sesuai dengan Al-Qur’an. Jikalau keliru, mari dibetulkan dengan cara bijaksana. (Pak AR)
Umat Islam itu ibarat seperti sisir. Tanpa ada perbedaan tinggi rendah. (Pak AR)
Kala menjadi seorang pemimpin yang baik, seseorang perlu menghayati bagaimana kkehidupan umat secara riil. (Pak AR)
Tidak harus pandai dan kaya, tetapi cukup dengan adanya kemauan disertai dengan keyakinan, maka Allah akan menolongnya. (Pak AR)
Kalau dilecehkan tidak usah ditanggapi. Kalau dikritik, dikoreksi dan diperhatikan maka terimalah dengan gembira dan berterimkasihlah. (Pak AR)
Kalau belum berhasil, maka diulangi. Kalau belum berhasil, maka ulangi lagi. Jangan bosan dan putus asa. (Pak AR)
Jalan ke surge memang penuh onak dan duri. Hanya jalan ke neraka yang penuh keenakan dan kelezatan namun dilandasi dengan hawa nafsu. (Pak AR)
Bekerj sama bukan berarti meleburkan tujuan atau meleburkan kepribadian, apalgi meleburkan keyakinan dan cita-cita. (Pak AR)
(rahel)