BEIRUT, Suara Muhammadiyah – Lebanon tengah mengalami kekacauan yang serius akhir-akhir ini. Demonstrasi terjadi berhari-hari di Beirut, ibu kota Lebanon, bahkan hingga terjadi kericuhan antara demonstran dan pihak kepolisian. Terjadi aksi lempar batu yang dilakukan oleh para demonstran kepada pihak kepolisian yang menembakkan gas air mata untuk mengamankan aksi demonstrasi tersebut pada Ahad malam (19/1), seperti dilansir Al Jazeera.
Dari aksi demonstrasi yang terbaru ini, tim medis mencatat setidaknya ada 90 orang terluka. Jumlah ini menggenapi jumlah korban yang telah terluka dalam dua hari sebelumnya yaitu sebanyak 460 orang.
Aksi demonstrasi masyarakat Beirut ini dipicu krisis ekonomi yang melanda Lebanon beberapa bulan terakhir yang menyebabkan kesengsaraan masyarakat. Hal ini diakibatkan Lebanon yang tengah terlilit hutang serta kenaikan pajak. Massa aksi memprotes terkait sulitnya mendapat lapangan pekerjaan di Lebanon dan mengkritik pemerintah yang korupsi.
Demonstran juga menyalahkan pemerintah atas terjadinya krisis ekonomi yang mana itu terjadi akibat jeleknya manajemen pemerintahan Lebanon.
Dilaporkan oleh Al Jazeera pada 19 Oktober silam, aksi ini sudah berlangsung sejak bulan Oktober 2019 lalu, setelah pemerintah membuat usulan besaran pajak baru termasuk mengusulkan pemberian pajak pada panggilan telepon yang dilakukan dengan aplikasi WhatsApp.
Para pengunjuk rasa juga menuntut perbaikan besar-besaran dari sistem politik Lebanon, dan mengeluhkan terkait langkah-langkah penghematan yang diusulkan pemerintah, hingga mengeluh soal infrastruktur yang buruk. Masyarakat Lebanon menggelar demonstrasi selama berhari-hari untuk menolak hal tersebut dan demi menuntut hak mereka sebagai warga negara yang belum terpenuhi oleh pemerintah.
Pada awal demonstrasi di bulan Oktober, aksi ini berjalan damai, namun berubah menjadi ricuh setelah pihak kepolisian menghadang aksi mereka dan tuntutan mereka tidak digubris oleh pemerintah Lebanon.
Demonstrasi berlanjut pada 14 Januari lalu, tetapi jumlah demonstran lebih sedikit. Meski lebih sedikit, demonstrasi ini kian ricuh. Dilansir Al Jazeera pada Selasa (14/1) lalu, demonstran kian tegang ketika demonstran mulai membakar ban dan memblokir jalan menuju daerah ibukota. Para siswa juga ambil bagian dalam beberapa protes dan ratusan orang berbaris di jalan raya utama, mengibarkan bendera Lebanon dan memutar lagu-lagu untuk berkumpul melalui pengeras suara. Hingga terakhir pada Ahad malam kemarin.
Kerumunan berteriak “revolusi” saat mereka berkumpul pada hari Ahad itu. Para anak muda mencoba memanjat kawat berduri dan pagar untuk menyerbu bagian yang sangat diblokir dari pusat Beirut yang mencakup wilayah parlemen.
Al Jazeera juga melaporkan bahwa para demonstran tidak akan berhenti melakukan aksi sebelum tuntutan mereka untuk adanya pergantian struktur pemerintah, termasuk pengunduran diri dari Presiden Michael Aoun, hingga pengubahan sistem ekonomi Lebanon.(ran)