Tafsir At-Tanwir merupakan buah mandat muktamar 1 abad Muhammadiyah di Yogyakarta, tahun 2010. Memasuki abad kedua, Muhammadiyah dituntut memiliki tafsir monumental yang menjadi rujukan warga Muhammadiyah dan masyarakat umum. Forum muktamar juga mengamanahkan penyusunan Risalah Islamiyah, sebagai panduan lengkap dan aktual menyangkut persoalan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah.
Urgensi Tafsir At–Tanwir, menurut Haedar Nashir dalam Suara Muhammadiyah: pertama, slogan al-ruju ila al-Qur’an wa al-sunnah bagi Muhammadiyah harus dibuktikan dengan ikhtiar nyata, dengan antara lain memiliki tafsir al-Qur’an yang gagasannya sejalan dengan spirit gerakan Islam Berkemajuan. Kedua, Muhammadiyah belum memiliki tafsir yang mewakili kelembagaan. Warga Muhammadiyah tetap membaca tafsir karya tokoh Muhammadiyah maupun tafsir muktabarah lainnya, untuk memperkaya wawasan.
Ketiga, menjadi fondasi dan dasar orientasi pemikiran keislaman warga Muhammadiyah. Keempat, menjadi basis gerakan tajdid Muhammadiyah abad kedua, yang menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang kompleks, baik yang bersifat pemikiran maupun praktik kehidupan nyata.
Sesuai namanya, At-Tanwir diharapkan menjadi oase yang mencerahkan, mengiringi agenda pencerahan yang menjadi fokus Muhammadiyah di abad kedua. “Umat Islam dengan petunjuk al-Qur’an diharapkan menjadi khaira ummah (Qs. 3: 110) yang menjadikan dirinya ummatan wasathan dan syuhada ‘ala al-nas (Qs. 2: 143), sekaligus menjadi rahmat dalam membangun peradaban umat manusia di seluruh semesta (Qs. 21: 107).”
Tafsir ini memahami Al-Qur’an dalam kerangka dasar sebagai kitab rahmat, semua penafsiran diarahkan untuk merealisasikan nilai dan prinsip rahmat. Al-Qur’an yang tujuannya sebagai rahmat secara khusus disebut dalam Qs Al-Qasas: 86 dan Qs Ad-Dukhan: 6. Al-Qur’an itu diwahyukan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia, berupa hidup baik, dengan indikator: bahagia, damai, sejahtera. Pembaca diharapkan mampu melakukan penjiwaan atas nilai-nilai ajaran Islam dalam bingkai paham Muhammadiyah untuk mendorong hidup baik. At-Tanwir juga berusaha untuk membangkitkan etos ibadah, etos ekonomi, etos sosial, dan etos keilmuan.
Naskah awal tafsir tahlili cum maudhui ini merupakan artikel di Majalah Suara Muhammadiyah rubrik “Tafsir At-Tanwir”. Proses penyusunannya dimulai dengan pembagian tugas per tema kelompok ayat dengan garis besar yang ditentukan. Merekalah yang menyusun naskah awal. Selanjutnya, dilakukan forum dan sidang untuk saling memberi masukan dan perbaikan di internal majelis tarjih. Kemudian naskah itu dibahas kembali secara lebih mendalam. Sidang terbatas yang dinamakan Halaqah Tafsir ini berupa presentasi dari individu penulis tafsir di hadapan para ahli sesuai tema yang diangkat.
Setelah sidang halaqah ini, penulis kembali memperbaiki naskahnya. Setelah itu, baru masuk ke proses editing dari tim yang ditunjuk untuk mensingkronkan segala hal, terkait aspek teknis, gaya bahasa, dan lainnya. Setelah diedit, lalu dikoreksi akhir oleh pembaca ahli yang juga Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid serta Ketua PP Muhammdiyah bidang Tarjih, Tajdid, dan Tabligh. Setelah tanfidz dari PP Muhammadiyah, At-Tanwir Jilid 1 diterbitkan pertama kali oleh Suara Muhammadiyah pada Mei 2016.
Sejak 2018, Tafsir At-Tanwir menjadi bahasan tema bersambung “Pengajian Tarjih” di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta pada setiap Rabu malam. Pengajian ini diisi oleh dua pemateri dari Majelis Tarjih PP Muhammadiyah yang membahas tentang Tafsir At-Tanwir, dan tema kapita selekta menyikapi fenomena aktual dari perpektif manhaj tarjih. (muhammad ridha basri)
Baca juga:
Ketua Tim Penyusun Tafsir At Tanwir Muhammadiyah Meninggal Dunia