Kungfu: Bagian Warisan Budaya Tiongkok Islam

Sadar dan tahukah kita bahwa minoritas muslim Tiongkok telah berjasa besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya di Tiongkok. Salah satu yang sangat kita kenal dan terdengar tidak asing di telinga, Kungfu.

Kungfu atau gongfu adalah ilmu bela diri yang berasal dari Tiongkok kuno. Arti kata Kungfu sebenarnya memiliki makna yang jauh lebih luas, yakni sesuatu yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan ketekunan yang tinggi.

Kungfu dianggap sebagai seni bela diri paling kuno dan termasuk paling populer di dunia. Jika ditelusuri akar sejarahnya, tampaknya seni bela diri ini sudah mulai ada lebih dari 4.000 tahun silam.

Dalam tulisan Dr Muhammad Syafii Antonio Ensiklopedia Peradaban Islam dijelaskan bahwa selama masa pemerintahan Dinasti Zhou (1122 – 1256 SM), Jiao Di dikembangkan menjadi sistem gulat yang dikenal sebagai Jiao Li. Jiao Li adalah salah satu sistem seni bela diri yang paling kuno di dunia dan pertama kali tercatat di buku besar Tiongkok kuno, The Classic Ritus.

Selama Dinasti Zhou, seni bela diri berkembang bersamaan dengan tren filosofis Konghucu dan Taoisme di masyarakat. Konfusianisme termasuk dalam praktik seni bela diri sebagai bagian dari enam seni yang harus dipraktikkan dalam hidup, berdampingan dengan kaligrafi, matematika dan musik. Maka dari sinilah seni bela diri Kungfu lahir.

Penduduk minoritas muslim Hui Tiongkok diketahui telah berlatih Kungfu selama ratusan tahun. Penindasan dari pihak penguasa, khususnya di masa Dinasti Qing (1644 – 1912 M), telah membuat para ahli bela diri Hui mengadaptasi Kungfu melalui metode yang mereka terapkan sendiri.

Sama seperti di biara Shaolin dan Wudang, para imam muslim sering berlatih Kungfu dan mengajarkannya kepada murid-murid mereka yang memenuhi syarat di pelataran masjid. Sabda Nabi Saw yang berbunyi, “Orang kuat bukanlah mereka yang mampu mengalahkan lawannya, tetapi mereka yang bisa melawan hawa nafsu,” telah merasuk di dalam diri ahli Kungfu muslim. Hal ini mendorong mereka tidak hanya mengembangkan teknik bela diri secara fisik, tetapi mereka pun mengembangkan energi dalam untuk pengendalian diri. Spirit pengendalian diri tersebut bersumber dari hadits Nabi Saw di atas. Bahkan menurut peneliti Tiongkok Mohammed Khamouch dalam tulisannya yang berjudul, “The Legacy of Muslim Kung Fu Masters”, sabda Nabi Muhammad Saw tersebut merupakan filosofi penting dalam seni bela diri Tiongkok Islam.

Muslim Tiongkok telah mampu mengembangkan kungfu yang diselaraskan dengan nilai-nilai Islam. Karenanya, filosofi dan praktik Kungfu muslim didasari ajaran dan identitas keislaman.(diko)

Exit mobile version