Mohamad Djazman lahir di Yogyakarta tanggal 6 September 1938. Dibesarkan dalam keluarga santri di Kauman, Yogyakarta, tempat asal KH Ahmad Dahlan memulai dakwah Muhammadiyah sejak awal. Pendidikannya dimulai di Sekolah Rakyat Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, dan SMA Muhammadiyah 1 bagian B yang semuanya di Yogyakarta. Pak Djazman kuliah di Universitas Gadjah Mada dan mendapat gelar Sarjana Muda Sastra dan Kebudayan serta Sarjana Geografi pada 1965. Kemudian pada 1968 mengikuti Management Courses di University of Malaya, Kuala Lumpur dan pada 1974-1975 mengikuti Non-Degree Program Pascasarjana di Institute of Islamic Studies McGill University, Motreal, Canada.
Pada 1964 Pak Djazman membidani lahirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan menjadi Ketua Umum pertama DPP IMM. Dalam persyarikatan Muhammadiyah, Pak Djazman pernah menjadi Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Ketua Badan Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, Ketua Biro Organisasi dan Kader PP Muhammadiyah, Ketua Pertama Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyang hingga Pemimpin Umum majalah Suara Muhammadiyah.
Pak Djazman pada 1976 mendapat amanah untuk menjadi Rektor IKIP Muhammadiyah Surakarta. Kemudian pada 1981 berinisiatif menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM Surakarta bertransformasi menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) serta menjadi Rektor UMS pertama tahun 1981-1985.
Kata-kata Inspiratif Pak Djazman Al-Kindi
Kebangkitan Islam hanya dapat terwujud dengan menumbuhkan semangat beramal yaitu berbuat sesuatu untuk kehidupan dan mewujudkan cinta Islam (Djazman Al-Kindi)
Sikap religius seorang Muslim selalu dijiwai oleh kehendak akan menegakkan akidah islam tanpa mengabaikan prinsip toleransi (Djazman Al-Kindi)
Seorang Muslim selalu dituntut untuk mempelajari agamanya. Tidak sekadar sebagai ilmu atau dijadikan polemik filsafat yang tak terselesaikan (Djazman Al-Kindi)
Meskipun sezarah debu ilmu yang dimiliki oleh seorang Muslim, agama menuntut kerja kerasnya untuk mengamalkan (Djazman Al-Kindi)
Islam juga menuntut seorang Muslim untuk melaksanakan amalnya dengan bimbingan ilmu yang diyakini kebenarannya. Islam menegaskan prinsip amal ilmiah dan ilmu amaliah (Djazman Al-Kindi)
Yang paling sulit kita lakukan ialah menegakkan Islam untuk diri kita sendiri (Djazman Al-Kindi)
Fenomena sosial di negara-negara maju sekarang menunjukkan bahwa modernisasi yang mengabaikan nilai-nilai agama menghasilkan inhuman humanism (Djazman Al-Kindi)
Manusia menjadi budak ilmu dan teknologi yang diciptakannya sendiri. Seolah-olah dengan hasil ciptaannya ini manusia melakukan bunuh diri secara perlahan-lahan dan secara massal (Djazman Al-Kindi)
Betapa banyak orang menutup mulut dengan bedil atas nama demokrasi dan betapa banyak orang harus mengencangkan ikat pinggangnya justru pada saat tercapainya prestasi pembangunan ekonomi (Djazman Al-Kindi)
Saya adalah rektor pada saat di kamar kerja, namun pada saat saya keluar dari kamar itu, fungsi saya sama dengan saurdara-saudara sekalian, sebagai anggota Muhammadiyah yang punya kesamaan tugas untuk melakukan amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat (Djazman Al-Kindi)
Seorang anggota IMM seharusnya berjuang tidak sekadar sebagai mahasiswa, tetapi sebagai manusia yang dianugerahi akal budi, dan secara sadar memegang teguh nilai-nilai yang bersumber pada firman-firman Allah betapapun rumit masalahnya (Djazman Al-Kindi)
Jadikanlah IMM sebagai organisasi untuk belajar, untuk beramal, dan untuk mengabdi (Djazman Al-Kindi)
Masyarakat yang sedang berubah mudah sekali untuk mendapat pengaruh dari sikap ekstrem dan radikal yang lahir dari jiwa yang kerdil karena ingin mengeksploitasi masyarakat untuk popularitas demi kepentingan emosinya sendiri (Djazman Al-Kindi)
Martabat manusia tidak terletak pada pemenuhan hak asasi manusia semata-mata, tetapi terletak pada akal budi manusia yang relational dengan nilai-nilai transenden (Djazman Al-Kindi)
Manfaat terbesar dari kebebasan manusia terletak pada akal budinya yang bisa membatasi kebebasannya, sehingga kebebasan itu tidak menjurus kepada hal-hal yang menjatuhkan martabatnya sebagai manusia (Djazman Al-Kindi)
Dalam setiap proses perubahan kaki yang goyah akan jatuh dan jiwa yang terbelah tak akan mampu menangkap makna perubahan tersebut (Djazman Al-Kindi)