BANTUL, Suara Muhammadiyah – Spirit berdirinya Muhammadiyah sejak awal yaitu berdakwah lewat menolong sesama. Termasuk kiprah Muhammadiyah dalam aksi kemanusiaan yang saat ini selalu menjadi yang terdepan bukan hanya di tingkat lokal bahkan dalam kancah global.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dr Agus Taufiqurrahman, SpS, MKes dalam pembukaan Pertemuan Ilmiah Muhammadiyah (PIM) Kebencanaan dan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (30/1).
Menurut Agus, masyarakat terutama para relawan perlu seksama dalam menyikapi kebencanaan. Majelis Tarjih dan Tajdid dan MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menerbitkan Fikih Kebencanaan, inilah yang menjadi pedoman. “Kalau kita salah sebagai seorang Islam menghadapi kebencanaan, yang terjadi justru menyalahkan sana-sani, kemudian bertindak tidak rasional sebagai orang beriman, akan tetapi bagaimana hadir memberikan pertolongan bagi sesamanya yang sedang berduka,” tutur Agus.
Oleh karena itu, di depan para relawan Muhammadiyah se-Indonesia yang hadir, Agus mengapresiasi kiprah MDMC yang selalu mengamalkan tuntunan tentang kebencanaan yang baik dan benar. Terbukti dalam beberapa bencana yang terjadi MDMC melakukan respon secara menyeluruh hingga ke pelosok dan mendapingi penyintas dalam rehab dan pemulihan.
Kemudian Agus mengungkapkan bahwa spirit Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan datang yaitu internasionalisasi sebagaimana tema “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta”. Agus menyebut rintisan internasionalisasi Muhammadiyah telah dilakukan MDMC. Termasuk yang terbaru lewat Muhammadiyah, Indonesia akan mempunyai Emergency Medical Team (EMT) Internasional yang tersertifikasi oleh WHO.
Dalam mempersiapkan EMT tersebut dilakukan bersama berbagai pihak seperti Majelis, Lembaga maupun Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) terutama Perguruan Tinggi yang memiliki Fakultal Kedokterannya. “Apa yang disiapkan oleh Muhammadiyah selalu dengan berbasis keilmuan yang jelas,” imbuh Agus.
Ketua MDMC PP Muhammadiyah menyampaikan Pertemuan Ilmiah Muhammadiyah dan Rakernas bertajuk “Menguatkan Sumber Daya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas dan Teknologi Kebencanaan dalam Rangka Memajukan Indonesia” menjadi basis dalam berdakwah MDMC. “Sebagai bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah, MDMC berkewajiban memberikan masukan dalam mengingkatkan kiprah Persyarikatan Muhammadiyah,” tutur Budi.
Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencna (BNPB) Lilik Kurniawan, ST, MSi, dalam keynote Speechnya mengungkapkan lembaga pendidikan Muhammadiyah harus tangguh bencana. “Bangunannya harus tangguh, menejemen bencana harus ada di sekolah itu dan muatan-muatan lokal dengan fiqih keagamaan. Lalu rumah sakit Muhammadiyah kita harapkan menjadi rumah sakit tangguh bencana yang dapat menginspirasi banyak rumah sakit lain dalam pengurangan resiko bencana di Indonesia,” ungkap Lilik. (Riz)