Dibalik Pesan Kiai Dahlan tentang Al-Ma’un

Dalam pengajian rutin Subuh, Kiai Dahlan mengajarkan tafsir surat Al-Ma’un  secara berulang-ulang selama beberapa hari tanpa diganti surat lainnya. Namun, salah seorang murid dan peserta pengajian Kiai Dahlan, bertanya kepada Kiai Dahlan, namanya Sudjak. “Mengapa materi pengajian tidak ditambah-tambah dan hanya mengulang-ulang surat Al-Ma’un saja?

Mendengar pertanyaan itu, Kiai kembali bertanya kepada muridnya, “apakah kalian sudah benar-benar mengerti akan maksud Surat Al-ma’un?.” Para murid serentak menjawab bahwa mereka tidak hanya sekedar paham, bahkan mereka semua sudah hafal. Kemudian Kiai Dahlan bertanya kepada muridnya, apakah arti ayat-ayatyang sudah dihafal tersebut sudah diamalkan? Para murid menjawab dengan bertanya: “Apa yang harus diamalkan, bukankah surat Al-Ma’un  sering dibaca ketika salat?”

Kiai Dahlan menjelaskan kepada muridnya bahwa bukan itu yang dimaksud dengan mengamalkan, tapi apa yang sudah dipahami dari ayat ini untuk bisa dipraktekkan dan dikerjakan dalam wujud  nyata. Karena itu, Kiai masih mengulang surat al-Ma’un sampai murid-muridnya melakukan aksi terhadap ayat ini.

Kiai Dahlan pun memerintahkan kepada muridnya untuk mencari orang-orang miskin yang ada disekitar tempat tinggal mereka. Apabila sudah bertemu dengan orang miskin dan anak yatim, mereka harus membawa pulang kerumahnya masing-masing, dimandikan, dsabuni, diberi sikat gigi yang baik, pakaian yang baik, beri makanan yang baik, minuman yang baik dan tempat tidur yang baik.

Dalam pengajian itu, Kiai Dahlan menugaskan kepada murid-muridnya untuk melaksanakan yang telah ia jelaskan. Dalam setiap ceramah dan pengajiannya, Kiai Ahmad Dahlan terus menerus menyerukan agar setiap orang yang mampu bersedia memenuhi hak-hak dan berlaku adil kepada orang-orang miskin dan fakir miskin, anak yatim, orang terlantar dan orang menderita.

Gerakan penyeruan pemenuhan hak-hak fakir miskin dan orang-orang terlantar tersebut kemudian melahirkan gerakan mengelola zakat dan zakat fitrah untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin, orang terlantar dijalanan karena berbagai sebab. Maka dari sini pula lahir rumah miskin, panti asuhan yatim-piatu, rumah orang terlantar dan rumah sakit.(rahel)

Exit mobile version