JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, M.Si, PP Muhammadiayah dan seluruh keluarga besar Persyarikatan Muhammadiyah menyampaikan selamat atas peringatan hari lahir (Harlah) ke-94 Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 2020 yang bertepatan dengan 6 Jumadil Akhir 1441 H.
Abdul Mu’ti Sekretaris Umum PP Muhammadiyah mengungkapkan bahwa Muhammadiyah dan NU memiliki ikatan sejarah dan persaudaraan yang kuat. KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asy’ari (Pendiri NU) bersahabat dekat dan keduanya merupakan murid dari guru yang sama Kiai Saleh Darat, ulama ahli falak dari Semarang.
Pada masa kepemimpinan Buya Ahmad Syafii Ma’arif dan KH Hasyim Muzadi, Muhammadiyah dan NU banyak menjalin kerjasama diantaranya dalam program pemberantasan korupsi berbasis agama (Partnership for Governance Reform). Sudah sekitar lima tahun, LazisMu dan LazisNu bermitra dengan sebuah perusahaan minuman membagikan kurban kepada masyarakat. MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU dan organisasi kemanusiaan Indonesia tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar. “Tentu masih banyak kerjasama di level pusat dan akar rumput antara Muhammadiyah dan NU yang tidak bisa disebutkan satu persatu,” ujarnya.
Lanjutnya, banyak pengamat menyebut Muhammadiyah dan NU adalah dua kekuatan Islam di Indonesia. Tanpa menafikan peran ormas Islam lainnya, persoalan keumatan dan kebangsaan dapat terselesaikan bila Muhammadiyah dan NU bergandengan tangan. “Muhammadiyah dan NU tidak hanya menjadi kekuatan Islam moderat, tetapi juga menjadi tumpuan masa depan bangsa,” pesannya saat ditanya tentang hubungan Muhammadiyah dan NU.
KH Said Aqil Siroj Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dalam rangka memperingati Harlah NU yang ke 94 menyampaikan, dengan segala tantangan dan ujian yang ada, baik domestik, nasional dan internasional NU tidak pernah bergeser dan berubah dari prinsip tawasuh dan tasamuh, moderat dan toleran serta betul-betul paham dan mengerti misi Islam yaitu risalatu assalam misi perdamaian dan misi kemanusiaan.
Sejak awal berdirinya sampai seterusnya, tujuan NU ialah menjaga kerukunan antar umat, memelihara serta terwujudnya ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan antar sesama umat manusia). NU menghendaki tatanan dunia yang damai tanpa senjata perusak masal, tanpa peperangan dan pertumpahan darah. Seluruh konfilik harus diselesaikan dengan cara yang damai yaitu melalui jalan diplomasi. Kedepan, NU akan selalu siap menjadi mediator dan penengah diantara mereka yang bertikai, memberikan solusi terbaik bagi seluruh pihak demi tercapainya keseimbangan, perdamaian, dan kebahagiaan.
KH Said Aqil berpesan, sudah saatnya NU memberikan persembahan yang sangat besar bagi bangsa dan dunia, “Dari NU untuk Bangsa dan Dunia” yaitu mempelopori terwujudnya Islam yang damai, Islam yang ramah dan Islam yang rahmatan lil alamin. “NU akan tetap berjuang membela ahlusunnah wal jamaah dan mempertahankan keutuhan NKRI. Yang dimaksud Islam Nusantara adalah Islam yang ramah, berbudaya, santun, menghormati perbedaan, menghargai budaya yang berbeda dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran Islam,” ujarnya di Kantor PBNU Jakarta. (diko)