Jelang KUII 2020, Uhamka dan MUI Rancang Masa Depan Pendidikan Indonesia

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat bersama Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia Bidang Pendidikan untuk Indonesia yang Maju, Adil dan Beradab”.

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Uhamka kampus Limau ini menghadirkan para akademisi dari berbagai kampus di Jabodetabek dan tiga narasumber, yaitu Prof Dr Sudarnoto Abdul Hakim, Prof Dr Herry Suhardiyanto, dan Dr Ahmad Syahid.

Wakil Rektor IV Uhamka, Dr Bunyamin, MPd, menyambut baik kegiatan FGD yang dilaksanakan MUI dan Uhamka, menurutnya persoalan pendidikan di Indonesia, utamanya lembaga pendidikan Islam sangatlah kompleks. Untuk itu, perlu terus dikaji secara mendalam peluang dan tantangan, serta terobosan yang harus dilakukan oleh umat Islam dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada MUI Pusat atas kegiatan ini, diharapkan hasil diskusi di FGD ini dapat memberi masukan konseptual untuk pembangunan pendidikan saat ini dan ke depannya, khususnya lembaga pendidikan Islam yang secara jumlah cukup banyak namun perlu ditingkatkan kualitasnya,” ujar Bunyamin, Selasa (4/02/2020).

Dalam FGD ini, Ketua Komisi Pendidikan MUI, Sudarnoto Abdul Hakim menjelaskan bahwa problematika pendidikan Indonesia saat ini semakin kompleks. Pendidikan Indonesia menurut Sudarnoto masih berhadapan dengan persoalan eksploitasi,  korupsi, Penipuan/kebohongan, buly,  kekerasan verbal dan fisik, serta diskrimimasi.

Pendidikan di Indonesia juga menurutnya, mulai terkubur keteladanan dan nilai-nilai luhur terpinggirkan. Kemudian masyarakat skeptis atas ketakberdayaan lembaga pendidikan sebagai tempat yang menyenangkan, menyemai ilmu, memperkokoh kepribadian dan menempa integritas

“Pendidikan mulai tereduksi maknanya sedemikan rupa menjadi persoalan teknikal dan transfer ilmu pengetahuan semata,” tuturnya.

Sudarnoto menegaskan bahwa, esensi pendidikan ialah melahirkan manusia yang berkarakter atau berkepribadian kokoh, bukan semata manusia yang pandai atau berilmu pengetahuan

“Pendidikan pada hakikatnya membangun manusia seutuhnya. Kepribadian diperkuat, wawasan dikembangkan dan integritas diperkokoh. Untuk itu hakekat pendidikan adalah memanusiakan manusia, upaya terus menerus membuat manusia menjadi berbudaya, berakal budi dan berkeadaban,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Prof Dr Herry Suhardiyanto, menjelaskan pentingnya pendidikan di Indonesia berorientasi pada kompetensi yang bisa menjawab tantangan nasional dan global saat ini. Menurutnya pendidikan harus mengembangkan kompetensi dasar seperti kompetensi Spiritual, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai toleransi, menjunjung tinggi HAM, gotong royong, tolong menolong, mufakat, dan berkeadilan.

Selain kompetensi spiritual, mantan Rektor IPB juga ini memaparkan pentingnya kompetensi Kewarganegaraan. Dimana kemampuan berinteraksi secara konstruktif dan produktif baik dengan warga bangsa maupun warga dunia, menghargai perbedaan tanpa menghilangkan identitas dirinya harus menjadi perhatian serius pendidikan di Indonesia.

Untuk menjadi Negara maju, pendidikan di Indonesia menurut Prof. Herry haruslah berorientasi pada literasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni.

“Literasi Data dan Literasi STEM-AL (Science, Technology, Engineering, Mathematics, Art, and Language) sangatlah penting sekarang ini dan ke depan”. Tuturnya.

Untuk itu ia mengusulkan agar Indonesia perlu selalu menjadikan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945, serta UU Sisdiknas sebagai rujukan utama dalam politik pendidikan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi.

Selain itu, Ia juga mengharapkan agar pemerintah perlu menyusun rancangan peran masa depan bagi para lulusan semua jenjang, jenis, dan strata pendidikan dalam kiprah di semua bidang, di dalam dan luar negeri.

“Pemerintah perlu menjaga konsistensi dalam meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan untuk mengisi rancangan peran tersebut serta menjalankan agenda pendidikan nasional sehingga mudah diikuti.” Ungkapnya.

Sementara itu, Dr Ahmad Syahid menyoroti pentingnya umat Islam melakukan langkah-langkah  strategis dan transformatif.

Dalam pandangan Ahmad Syahid, umat Islam harus melakukan transformasi menuju hidup berkeadaban.

“Harus melakukan langkah strategis dan transformative, yakni melakukan mobilitas vertikal dalam politik-kekuasaan, membangun koneksi jalur dagang internasional dan ekonomi global, membangun relasi keilmuan keislaman Temur Tengah-Nusantara, melakukan networks “negara-bangsa” skala internasional, serta melakukan modernisasi wilayah, yakni pengembangan komunitas belajar menjadi kawasan kosmopolit.” Tutur akademisi UIN Syarifhidayatullah Jakarta ini.

Kegiatan FGD ini dilaksanakan dalam rangka merumuskan konsep untuk memberikan saran dan masukan di bidang pendidikan menjelang dilaksanakannya Kongres Umat Islam yang ke-7 dilaksanakan MUI di Bangka Belitung pada 26-29 Februari 2020 mendatang.(DF/Riz)

Exit mobile version